|
Tema : PENYATAAN IMAN
Nats
: Lukas 23:33-43
Penulis : Rahmiati Tanudjaja
“Apakah
pernyataan-pernyataan iman kita/pernyataan religius dari mulut kita itu
sesuai dengan sikap hati kita yang sebenarnya”
Coba
perhatikan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh kedua penjahat yang digantung
bersama Yesus di bukit Golgota. Apabila kita tidak perhatikan, atau apabila
kalimat itu dilepaskan dari apa yang terjadi sebelumnya, lepas dari respon
dari penjahat yang lain (ay 39), maka pernyataan, “Bukankah Engkau adalah
Kristus, selamatkanlah diri-Mu dan kami” tidak akan dapat ditafsirkan
sebagai suatu hujatan, atau tidak akan terlihat bahwa kalimat ini keluar
dari seorang yang tidak tahu diri, seperti yang dikatakan oleh temannya yang
menegor dia. Ini kalimat yang wajar yang keluar dari orang yang sedang
menderita, sedang digantung, sedang disalibkan.
Seperti misalnya kita tahu bahwa seseorang itu adalah Superman dan kita
sedang bersama dengan dia dalam kurungan, kita dapat mengatakan, “Kamu kan
Superman, tolong dong, ayo kita kabur bersama.” Pengharapan karena tahu
bahwa itu adalah hal yang mampu dilakukannya. Kalau kalimat ini berdiri
sendiri kita tidak akan tahu bahwa pernyataan ini berupa hujatan,
penghinaan, lahir dari suatu ketidaktahudirian. Demikian juga di ayat 42,
saat penjahat yang kedua mengeluarkan pernyataan sebagai berikut, sesaat
setelah menegor temannya ia mengatakan: “Yesus ingatlah akan aku apabila
Engkau datang sebagai Raja”. Biasanya kita mendengar suatu pengajaran
bahwa saat seseorang mau menjadi orang percaya, ia harus menyadari bahwa ia
orang berdosa, dan ada suatu pernyataan bahwa dia mau menerima Yesus sebagai
Juruselamat secara pribadi. Tapi penjahat ini tidak menyatakan hal semacam
itu.
Kalimat ini juga bisa punya pengertian macam-macam. Kalau kita lepas
daripada tanggapan Tuhan Yesus atau dari apa yang dikatakan sebelumnya, maka
kita bisa punya pemikiran bahwa orang ini mungkin suka atau simpati pada
Yesus, atau dia mengharapkan sesuatu dari Tuhan Yesus, karena itu dia
berkata “Kalau Engkau menjadi raja, tolong dong ingat saya.” Dalam arti, dia
bisa saja punya pengharapan seperti murid-murid Yesus, yang ingin berada di
sebelah kiri dan kanan Yesus, merupakan suatu pernyatan yang lahir dari
motivasi yang haus akan kedudukan. Kita lihat bahwa pernyataan-pernyataan
seperti ini, bisa ditafsirkan baik secara negatif maupun positif. Kita lihat
dari pernyataan nomor 1 terlebih dahulu, Yesus melihat isi hati dari orang
itu, sikap hatinya dan teman yang sesama penjahat ini, yang sudah cukup
mengenalnya, tahu bahwa pernyataan itu keluar dari hati yang jahat, yang
tidak baik, Kita tahu hal itu karena Tuhan tidak langsung mengoreksi atau
menegur penjahat pertama.
Tapi
sebaliknya dengan penjahat kedua, yang mengatakan: “Yesus ingatlah akan aku
apabila Engkau datang sebagai Raja”, rupanya pernyataannya cukup bagi Yesus,
yang mengetahui luar dalam dari orang tersebut. Itu bukan hanya suatu
perkataan saja, yang keluar dari bibirnya, tapi juga sikap hatinya. Yesus
tahu motivasi dan tujuan pernyatannya, bagi Yesus ini merupakan pernyataan
iman yang cukup, yang mengakui siapa Tuhan Yesus dan
signifikansi/kepentingan Yesus bagi dirinya. Sehingga tanggapan dari Yesus
itu jelas, di ayat 43, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, hari ini juga
engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Dengan kata lain pernyataan ini mempunyai isi pernyataan
iman yang sama dengan yang dituntut dari Yoh. 1:12.
1:12 Tetapi semua orang yang
menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka
yang percaya dalam nama-Nya;
Orang
ini tidak mengatakan, aku orang berdosa, aku percaya kepada-Mu, aku mau
menerima Engkau sebagai Juruselamat. Tapi pernyataan yang diucapkannya itu
cukup dan Yesus melihat sampai ke dalam hatinya itu dan Dia menyelamatkannya
dari murka Allah.
Ada berapa banyak
pernyataan-pernyataan kita yang bersifat religius, pernyataan-pernyataan
yang kelihatan seperti pernyataan iman, keluar dari mulut kita, banyak
pernyataan yang bersifat rohani, tapi yang menjadi persoalan, apa pernyataan
itu sesuai dengan sikap hati kita. Kita bisa mengelabui manusia dengan
berbagai macam pernyataan rohani yang keluar dari mulut kita, sehingga
mereka berpikir bahwa kita manusia yang rohani, cinta Tuhan, dekat dengan
Tuhan karena begitu banyak pernyataan-pernyataan religius,
pernyataan-pernyataan iman yang keluar dari mulut kita. Tapi jangan lupa,
Tuhan tahu apa yang ada dalam kita, jangan sampai terjadi seperti yang Tuhan
katakan kepada bangsa-Nya, bangsa pilihan-Nya, yang melakukan ibadah, yang
sudah menyatakan pernyataan religius, tapi Tuhan isi hati mereka adalah
penilaian yang tidak bisa dibohongi (Yesaya 29:13).
29:13 Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat
dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh
daripada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang
dihafalkan,
Matius 7:21-23
7:21. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
7:22. Pada hari
terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami
bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan
banyak mujizat demi nama-Mu juga?
7:23. Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata:
Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah daripada-Ku, kamu sekalian pembuat
kejahatan!”
Kiranya apa yang dinyatakan firman Tuhan ini tidak terjadi pada kita. Apa
yang dijelaskan di dalam Injil Lukas, pernyataan itu keduanya keluar dari
penjahat yang sedang menerima hukuman atas kejahatannya. Orang pasti
berpraduga bahwa yang keluar dari mulutnya pasti jahat. Tapi Tuhan tidak
bisa dibohongi, Ia tidak melihat apa yang di luar saja. Ada pernyataan yang
diterima dan ada yang ditolak, karena Tuhan melihat sikap hatinya. Yang satu
pernyataannya kelihatannya, bisa ditafsirkan tidak seperti hujatan, tapi
dari sikap hatinya, seperti yang dikatakan Tuhan buah yang baik keluar dari
pohon yang baik, dari pohon yang tidak baik, pasti buahnya tidak baik.
Dari
penjahat yang kedua, dilihat/ditafsirkan oleh manusia sepertinya perkataan
yang keluar dari hati yang jahat, tetapi Tuhan melihat ke dalam hatinya
bahwa pohonnya baik dan buahnya pasti baik. Bagaimana dengan Saudara dan
saya? Mungkin Saudara berkata kita tidak sama dengan penjahat itu. Kita
sudah ditebus, dan menjadi anak-anak Tuhan. Pertanyaannya adalah apakah
pernyataan religius yang kita keluarkan, apakah Tuhan akan mendapati bahwa
itu sesuai dengan sikap hati kita. Dari pohon yang baik keluar buah yang
baik. Biar kita bukan orang yang bukan mengaku Tuhan dari mulut saja tapi
juga dari hati. Amin.
|