Warsoma Kanta
Di antara empat belas perumpamaan yang ada dalam injil Lukas, perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai ini sangatlah unik karena dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus sepertinya ingin menonjolkan orang Farisi padahal selama Dia mengajar, figur orang Farisi ini jarang sekali disinggung selain itu, Tuhan Yesus juga memakai pemungut cukai dalam perumpamaan-Nya. Pada jaman itu, kedudukan orang Farisi di tengah masyarakat Yahudi sangatlah terpandang bahkan dianggap sebagai kelompok orang kudus sedangkan seorang pemungut cukai dipandang sangat hina dan dibenci oleh masyarakat Yahudi. Akan tetapi, dalam perumpamaan ini kedudukan orang Farisi di hadapan Tuhan sangatlah hina sedangkan pemungut cukai dianggap sebagai orang yang dibenarkan. Mengapa Tuhan Yesus menggunakan dua kelompok masyarakat yang mempunyai kedudukan bertolak belakang dalam perumpamaan-Nya?
Kita telah memahami bahwa dalam pelayanan Tuhan Yesus, kita selalu menjumpai dua kelompok yang berbeda. Kelompok pertama adalah sekelompok orang yang mendukung pelayanan Tuhan Yesus yang mengikuti kemanapun Tuhan Yesus pergi dan ikut terlibat di dalam pelayanan-Nya sedang kelompok yang kedua adalah sekelompok orang yang seolah-olah menghambat pelayanan Tuhan Yesus, mereka selalu mencari cara untuk menyalahkan dan menangkap Tuhan Yesus, salah satunya adalah kelompok orang Farisi. Apakah ini berarti Tuhan Yesus menggunakan figur orang Farisi dalam perumpamaan dilatar belakangi motif balas dendam karena orang Farisi ini selalu menghambat pelayanan Tuhan Yesus? Tuhan Yesus adalah Allah yang mengasihi manusia berdosa maka Tuhan Yesus tidak mungkin menggunakan perumpamaan ini untuk balas dendam! Apakah hanya karena orang Farisi menganggap dirinya benar maka Tuhan Yesus “memojokkan“ orang Farisi di dalam perumpamaan-Nya di hadapan orang banyak? Tidak, sebab ada suatu kebenaran yang lebih dalam yang hendak diungkapkan Tuhan Yesus.
Seorang penafsir mengungkapkan bahwa perumpamaan Tuhan Yesus itu merupakan pencerminan dari sesuatu yang disebut sebagai religiusitas semu, yakni suatu religiusitas yang secara fenomena kelihatan benar namun sesungguhnya di hadapan Tuhan, semua itu palsu. Gordon Allport mengamati bahwa religiusitas adalah tindakan agamawiah. Berdoa, berpuasa, memberikan persepuluhan merupakan wujud dari tindakan agamawiah belaka dimana dalam berbagai bentuknya ada dua kemungkinan, yakni semu atau sejati. Coba bandingkan dengan Mat. 23, bagaimana Tuhan Yesus mengkritik para ahli Taurat dan orang Farisi maka jelaslah perumpamaan ini hanyalah salah satu contoh kasus dimana Tuhan Yesus ingin menunjukkan ada suatu sikap yang lebih dalam dan lebih penting daripada sekedar memandang remeh orang lain yang ditunjukkan orang Farisi.
Untuk membedakan barang yang asli dan palsu itu gampang-gampah susah karena sepintas kelihatan sama sehingga kalau tidak kita perhatikan dengan teliti maka kita akan mudah tertipu. Itu barulah sekedar barang maka dapatlah dibayangkan, bagaimana kesulitan membedakan antara religiusitas yang semu dan palsu. Hanya Tuhan yang tahu apakah religiusitas yang kita lakukan tersebut asli atau palsu. Kadang-kadang kita merasa tertipu dengan suatu fenomena yang nampak baik di depan orang banyak tetapi sesungguhnya di hadapan Tuhan tidaklah berarti apa-apa. Ada tiga ciri yang dimiliki oleh orang Farisi yang menunjukkan suatu religiusitas yang semu yang membuat orang tertipu, suatu religiusitas yang sangatlah mencengangkan di dalam perumpamaan ini.
1. Religiusitas semu: tindakan agamawiah hanya alat mencapai status terhormat.
Merupakan suatu kebiasaan bagi orang Farisi berdoa di perempatan jalan raya supaya orang lain menganggap mereka sebagai orang yang rohani dan kudus (Mat 6:5). Seorang sejarahwan Yahudi bernama Josephus mengungkapkan jumlah orang Farisi tidak lebih dari 6000 orang. Namun di antara berjuta-juta orang Yahudi, orang Farisi ini berpengaruh sangat besar dan memiliki kedudukan yang terhormat, lebih besar dari statistik angka 6000 itu. Pengaruh orang Farisi tidak dapat dipandang remeh. Sejarah membuktikan bahwa pada jaman antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ada seorang Raja yang bernama Raja Alexander Yannaeus membuat suatu kebijakan yang menurut orang Farisi tidak benar, maka orang Farisi ini membuat suatu gerakan yang menjatuhkan Raja Alexander. Raja lain yang dijatuhkan, Raja Arestobulus II sampai harus melarikan diri karena adanya pemberontakan rakyat yang digalang oleh orang-orang Farisi. Di Indonesia, keberadaan orang-orang Farisi ini mirip seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang beberapa waktu lalu mengeluarkan suatu kebijakan dalam bidang ekonomi, yaitu sertifikat halal dimana tanpa setifikasi halal dari MUI maka perusahaan yang memproduksi barang dikonsumsi oleh masyarakat, tidak akan diijinkan masuk dalam pasar. Apa yang dilakukan oleh MUI ini hanya sekedar bersifat ekonomis namun apa yang dilakukan oleh orang Farisi lebih dari sekedar itu, ia juga mengkaji dan menambah peraturan-peraturan tertentu dalam hukum Taurat sehingga hukum Taurat yang tadinya hanya tertulis a sampai e, kini berubah menjadi a sampai k bahkan sampai z, dengan ditambah peraturan secara lisan.
Kedudukan terhormat yang dimiliki orang Farisi ternyata tidak ditunjukkan dalam sikapnya. Ketika berdoa, orang Farisi ini justru membandingkan dirinya dengan pemungut cukai yang ada di sebelahnya dengan kata lain ia ingin menonjolkan dirinya bahwa dirinya lebih baik dari orang lain (Mat. 18:12). Dia sengaja membandingkan warna putih dengan warna hitam agar orang melihat sifat warna putih tersebut. Memang, apa yang diungkapkan oleh orang Farisi ini dalam doanya adalah benar tetapi Tuhan melihat hati. Tuhan melihat ada motivasi lain dari orang Farisi ini, Tuhan melihat hidupnya tidak merefleksikan statusnya. Dia tidak mengaitkan doanya dengan kehendak Tuhan, dia tidak mengaitkan dirinya yang adalah manusia ciptaan berdosa dengan Allah yang kudus. Tidak! Ia justru membandingkan dirinya yang seolah-olah lebih benar dengan orang lain yang ia anggap tidak benar. Melalui perumpamaan ini Tuhan ingin membukakan pada kita, inilah religiusitas semu yang ada dalam diri manusia berdosa. Bayangkan, kalau tidak ada kalimat Tuhan Yesus (Mat. 18:14) maka kemungkinan besar orang akan semakin mengagungkan orang Farisi dan menghina pemungut cukai. Doa, perpuluhan, puasa dan ibadah yang dilakukan orang Farisi adalah palsu belaka. Doa dan ibadah yang dilakukan tidak membuatnya semakin baik tetapi justru semakin menunjukkan keberdosaannya, menyeretnya semakin jauh dari Tuhan.
2. Religiusitas semu: Tindakan agamawiah hanya merupakan suatu kebiasaan buruk.
Setiap orang menyadari bahwa manusia pasti mempunyai kebiasaan dalam hidupnya, ada yang baik namun ada pula kebiasaan yang buruk. Sebagai contoh, setiap hari kita selalu bangun pagi untuk berolah raga maka itu menjadi suatu kebiasaan baik. Ada pula orang yang mempunyai kebiasaan buruk, yaitu lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Pertanyaannya sekarang adalah apakah mungkin tingkah laku religiusitas keagamaan dapat menjadi suatu kebiasaan yang buruk? Dalam konteks perumpamaan ini, bagaimana mungkin orang Farisi ini bisa mempunyai kebiasaan yang buruk, bukankah ia berada di dalam rumah Allah, bukankah ia sedang berdoa dan bukankah ia sedang beribadah?
Dalam Lukas 18:12, Lukas mencatat bagaimana orang Farisi dengan yakin berkata: “...aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari penghasilanku.“ Kebiasaan yang mereka lakukan memang baik, tetapi kebiasaan ini menjadi buruk karena ada motivasi buruk di dalamnya, ia ingin menunjukkan pada orang lain bahwa dirinya lebih baik; kebiasaan yang mereka lakukan tidak membuat ia semakin dekat pada Tuhan. Inilah kebiasaan-kebiasaan yang dipandang baik oleh orang Farisi. Namun dilakukan dengan adanya nada kesombongan bahkan berani menantang dan membandingkan dengan kehidupan orang lain. Tuhan Yesus mengetahui kebiasaan buruk yang mereka lakukan tersebut maka dengan tegas dan kontras, Tuhan Yesus menyamakan mereka seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya tampak bersih namun sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran (Mat. 23:27-28). Ada lagi kebiasaan buruk lain yang dilakukan oleh orang farisi, yaitu menambah hukum demi hukum dalam hukum Taurat padahal hukum yang mereka buat itu tidak dapat mereka jalankan sendiri. Akibatnya, ketaatan yang nampak dalam diri mereka hanyalah ketaatan yang bersifat harafiah belaka. Tindakan agamawiah yang dilakukan oleh orang Farisi (Luk. 18:9-14) mungkin di hadapan manusia menjadi sesuatu hal yang begitu agung tetapi di hadapan Tuhan semua itu hanyalah kesia-siaan. Religiusitas semu semakin menggerogoti hidup mereka, semakin menjauhkan hidup mereka dari Tuhan. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana dengan diri kita, sampai seberapa jauhkah disiplin rohani yang kita lakukan seperti perpuluhan, puasa, berdoa dan pelayanan kita membuat kita semakin dekat dengan Tuhan atau justru menjauhkan kita dari Tuhan?
3. Religiusitas semu: Tindakan agamawiah hanya merupakan suatu ritual belaka.
J. Sidlow Baxter (yang terkenal di Indonesia dengan bukunya Menggali Isi Alkitab) menyebut orang-orang Farisi ini sebagai suatu kaum ritualis, yakni kaum yang sangat mementingkan detail-detail ritual, formalitas-formalitas ibadah, aturan-aturan hitam di atas putih yang mengatur segala kehidupan orang Yahudi pada saat itu khususnya yang menyangkut kehidupan beragama. Bahka ada orang yang mengatakan bahwa orang Farisi mempunyai hak begitu besar sehingga dia dapat menambahkan hukum demi hukum dalam hukum Taurat secara lisan. Di jaman modern ini, masih kita lihat contoh salah satu universitas di Amerika mempunyai motto: we are not just learn about the law of economics but we write it on, kami tidak hanya belajar mengenai hukum-hukum ekonomi dunia tetapi kami juga membuat hukum ekonomi itu sendiri. Dengan kata lain universitas ini ingin membanggakan dirinya. Demikian juga halnya dengan orang-orang Farisi ini berani menambahkan peratura-peraturan dalam hukum Taurat. Tingkah laku agamawiah hanya terikat sebagai ritual, tanpa adanya pemahaman terhadap esensi tingkah laku itu sendiri. Orang Farisi tidak menyadari arti puasa dan doa serta perpuluhan! Mereka justru menggunakannya sebagai cara untuk membenarkan diri dan bukan membawa diri semakin mengenal Allah dan kekudusan-Nya.
Bagaimana akibat diungkapkannya perumpamaan ini? Seorang penafsir mengatakan bahwa perumpamaan ini menimbulkan shock bagi orang pada jaman itu. Perumpamaan ini merombak paradigma orang tentang orang-orang Farisi, kalau sebelumnya orang menganggap orang Farisi sebagai orang yang terhormat kini orang mulai dibukakan kalau ternyata anggapan mereka selama ini terhadap orang Farisi adalah salah. Orang-orang Farisi telah terpaku pada hukum yang tertulis tanpa mengerti esensi dari hukum itu sendiri akibatnya mereka selalu mengkritik tindakan yang dilakukan Tuhan Yesus dan para murid-Nya seperti: makan pada saat orang Farisi berpuasa, melakukan sesuatu pada hari Sabat, dan masih banyak lagi. Mereka telah terjebak dengan suatu ritualitas belaka. Mereka tidak pernah mencari apa yang menjadi maksud dan kehendak Allah, mereka hanya mencari huruf-huruf dari hukum Allah. Religiusitas semu yang dilakukan oleh orang-orang Farisi sungguh berakibat fatal maka dengan tegas, Tuhan Yesus kembali mengecam mereka (Mat. 23:16). Orang Farisi tidak mengerti kebenaran tetapi ironisnya, mereka berani menambahkan hukum-hukum dalam hukum Taurat. Penambahan hukum itu hanya menjadi kuk yang memberatkan oran-orang! Lebih ironis lagi, mereka sendiri membuat hukum tetapi tidak pernah mau menyentuhnya (Mat. 23:4).
Lebih jauh lagi, apa akibat bagi orang Farisi yang melakukan religiusitas semu ini? Tuhan Yesus memandang mereka sebagai pemimpin buta (Mat. 23:16, 19, 24). Bahkan, orang Farisi tidak hanya terjebak dalam ritual semata. Mereka bersekongkol dengan para imam-imam kepala untuk bersepakat membunuh Tuhan Yesus (Yoh. 11:53). Ironis, bukan? Bagaimana mungkin orang yang berani menambahkan sesuatu ke dalam hukum Tuhan justru bersepakat membunuh Tuhan? Tindakan demikian tidak sepantasnya dilakukan oleh orang yang katanya “beragama.“ Biarlah kita mengevaluasi diri kita, ketika kita beribadah, berdoa dan melayani, apakah itu menjadikan kita lebih dekat dengan Tuhan ataukah justru menjauhkan diri dari Tuha? Apakh semua yang kita lakukan dalam kehidupan berjemaat ini akan membawa suatu keharuman bagi nama Tuhan ataukah tindakan itu hanya merupakan arogansi diri? Hati-hati, jangan sampai kita terjebak dalam ritualitas semu seperti yang dilakukan oleh orang Farisi. Biarlah kita menyadari keberadaan diri kita yang sesungguhnya seperti halnya pemungut cukai, mengaku bahwa diri adalah manusia berdosa di hadapan Tuhan dan akhirnya Tuhan berkenan pada kita. Tidak peduli berapa lama kita hidup tetapi yang perlu kita pedulikan adalah berapa dan bagaimana makna hidup kita? Sungguh merupakan suatu anugerah kalau Tuhan berkenan memakai kita untuk turut ambil bagian dalam pekerjaan-Nya tetapi ingatlah, biarlah semua itu menjadikan kita semakin dekat pada-Nya dan biarlah segala sesuatu yang kita lakukan hanya untuk kemuliaan nama-Nya saja. Amin. ?
LINK
Kotbah kawanjaja.blogspot.com/ 2006/01/kotbah-di-atas-bukit.html - 32k - |
Includes thousands of sermon
texts and outlines, indexed by Bible chapter. www.sermoncentral.com/ |
Sermon Illustrations provides
sermon illustrations, sermons, eulogies, funeral helps, and
counseling aids for ministers. www.sermonillustrations.com/ |
Weekly - Sermon ideas and
illustrations from SermonSearch.com. NEW - The Pastor's Corner -
Weekly Devotional Weekly - Encouraging words for Pastors. ... www.sermonsearch.com/ |
The largest library of over 93000
free MP3 audio sermons and podcasts on the web, live audio and
video webcasts, video and pdf sermons, breaking news, ... www.sermonaudio.com/ |
Revival Sermons at SermonIndex.net - audio mp3 sermon archive
Revival resources including over
8000+ free audio/video sermons you can download by classic
preachers like: AW Tozer, Leonard Ravenhill and many more.. www.sermonindex.net/ |
Sermon & Sermon-Lectionary Resources
Original sermons based on the
Revised Common Lectionary and links to various sermon and
lectionary resources on the WWW. Sermons posted prior to
lectionary ... www.rockies.net/~spirit/sermon.html |
Sermons, sermon outlines,
devotions, articles and bible sermons at Sermon Links.com. www.sermonlinks.com/ |
Sermon - Wikipedia, the free encyclopedia
The word "sermon" comes from
a Middle English word which was derived from an Old ...
This sermon was probably preached around 30 CE and is
recounted in the ... en.wikipedia.org/wiki/Sermon |
Sermons, articles, lectures,
meditations and outlines by reformed authors. www.sermon.org/ |
Offering more than 3000
inspirational stories to be enjoyed by anyone who likes reading
stories that touch the heart. Usable in sermons. www.sermonillustrator.org/ |
Baptist Online
Ministry of Jesus Christ
http://www.baptistbeacon.com/
THE LAST TRUMPET
http://www.lasttrumpet.com
SOVEREIGN GRACE BABPTIS CHURCH
http://www.sgrace.com/
REFORMED
THEOLOGY
http://www.geocities.com/Heartland/9170/
THE CHURCH
MINISTRY
http://www.thechurch-ministries.org/
HIS BY GRACER
A Christian Resource Page Committed to the Doctrines
Of Grace
http://www.hisbygrace.org/
Literature for sermon |
ALASKA
Anchorage
Municipal Libraries
www.lexicon.ci.anchorage.ak.us
·
Kenai Community
Library
www.kenailibrary.org
·
Homer Public
Library
www.xyz.net/~hpl
Juneau Public
Libraries
www.juneau.lib.ak.us/library
Warren-Newport Public
Library
www.wnpl.alibrary.com
·
Roselle Public Library
District
www.roselle.lib.il.us
· Mount
Prospect Public Library
Includes community information.
www.mppl.org
·
Waukegan Public Library
Details about library services, hours, events, catalog, and more.
www.waukeganpl.org
· Oak
Park Public Library
www.oppl.org
· Glen
Ellyn Public Library
Includes info on circulation and loans, hours, their online catalog,
periodicals list and more.
www.gepl.org
· La
Grange Park Public Library
Offers current information regarding programs, acquisitions, and recommended
web sites.
www.lplibrary.org
· Barrington
Area Library
Information on services and policies for children and adults.
www.barringtonarealibrary.org
·
Chicago Library System
Consortium of libraries.
www.chilibsys.org
· Shawnee
Library System
Regional, multitype library consortium serving 32 counties in southern
Illinois.
www.shawls.lib.il.us
Bahasa Mandarin, Cantonese, Hokkien, dll)
Literatur untuk Persiapan kotbah
Alkitab Perjanjian Baru dalam MP3 atau Disini (Juga tersedia dalam
Alasan mengapa Teori Evolusi salah
Exodus paper (GKRI)
Detik.com.
Kompas.com.
3. Astaga.com
Sekaligus.com