DOSA DAN
KETERHILANGAN
Pdt. Dr. Stephen Tong
Artikel ini diterjemahkan dari teks ceramah berbahasa Inggris yang disampaikan
dalam sidang pleno
Lausanne II, di mana pembicara adalah satu-satunya wakil Asia Tenggara yang
memimpin sidang
pleno dalam Kongres di Manila ini.
Dosa dan fakta
Tidak menyadari adanya bahaya merupakan bahaya yang lebih besar daripada bahaya
itu sendiri.
Demikian juga kemasabodohan dan kesalahmengertian mengenai dosa adalah berbahaya
seperti dosa itu
sendiri.
Tuhan tidak membagi manusia ke dalam 2 kategori ketika Ia berkata, "Aku datang
bukan untuk
memanggil yang benar, tapi yang berdosa untuk bertobat." Ini hanya sebuah ironi
untuk orang berdosa
yang tidak sadar akan keadaan mereka yang berdosa itu. Alkitab mengajar dengan
jelas bahwa dosa
adalah fakta yang dibukakan oleh Allah yang benar kepada manusia yang berdosa.
Namun kesulitannya
terletak pada bagaimana orang berdosa dapat mengerti dengan tepat akan
keberdosaannya. Karena dosa
juga telah merusak pada aspek pengertian manusia. Itulah alasan mengapa Alkitab
terus menerus
mengajarkan bahwa satu-satunya jalan untuk menjadi sadar mengenai dosa manusia
adalah melalui
iluminasi Roh Kudus. Sejak zaman Renaisance pandangan dunia yang anthroposentris
mengenai
manusia alami telah mencoba untuk mengintepretasikan ‘Allah’ dan ‘jiwa’ melalui
diri manusia sendiri
yang berdosa sebagai titik pusat dari alam semesta. Dengan menjunjung tinggi
rasio sebagai alat mutlak
untuk menemukan kebenaran dan menganggap natur sebagai tujuan akhir dari hasil
yang dicapai untuk
memecahkan semua problem manusia. Tapi sejarah menyatakan kesaksian yang jujur
mengenai
kegagalan manusia. Di bawah segala pencapaian hasil dangkal dalam ilmu
pengetahuan, ekonomi,
politik, pendidikan, psikologi, filsafat, dan bahkan agama, ada penyebab, yang
nyata dan konsisten, dari
ketidakseimbangan dan masalah-masalah. Lingkungan kita padat dengan jiwa-jiwa
yang kosong
sementara berlimpah materi, penuh kekuatiran akan perang sementara pembicaraan
mengenai
perdamaian tidak berhenti, penuh dengan ketidakamanan sementara dihasilkan
senjata-senjata yang
tercanggih. Bertambahnya angka bunuh diri sementara tersedia alat kehidupan yang
lebih baik;
kehancuran keluarga meningkat sementara kebebasan sex dan percintaan makin
meluas. Kita sedang
bermimpi dari Renaisance sampai abad 20 mengenai otonomi manusia yang lepas dari
campur tangan
Allah. Khususnya sejak abad 19, begitu banyak ideologi yang muncul untuk
menciptakan satu
optimisme modern yang naif, termasuk teologi liberal, evolusionisme dan
komunisme. Semua ini gugur
pada perang-perang yang menakutkan dalam abad 20. Demikian juga dengan revolusi
internasional,
Page 1 of 6 DOSA DAN KETERHILANGAN - Pdt. Dr. Stephen Tong
politik, komunisme dan politik nasional, dan filsafat eksistentialisme. Semua
mencoba untuk
memecahkan persoalan manusia tapi sekarang kita tetap hidup dalam situasi kacau,
tanpa tahu ke mana
tujuan sejarah ini. Bagi zaman ini masalah intinya adalah mencari identitas
manusia. Kita tetap berjuang
untuk demokrasi, kebebasan, keadilan dan hak-hak manusia. Tidakkah ini tetap
mengatakan kepada kita
bahwa dosa dan keterhilangan adalah fakta yang tidak dapat disangkal? Tidak
heran kalau Karl Barth
berjuang melawan 2 profesor liberalnya, Adolf von Harnack dan William Hermann,
yang mengajarkan
persaudaraan umat manusia pada satu sisi, dan di sisi yang lain menyetujui
invansi Jerman. Tidak heran
bila pemimpin liberal Dr. Fosdick harus mengakui bahwa kaum liberal telah
mengabaikan pengajaran
atas dosa, yang begitu konkrit, dan kaum konservatif lebih mengerti akan hal
ini. Tidak heran bila
Niebuhr harus menekankan kembali kepada pengajaran yang alkitabiah untuk
mengerti dosa seperti
yang dinyatakan oleh perang dunia, dalam bukunya The Nature and Destiny of Man.
Ini juga menjadi
alasan yang sama mengapa Tillich menulis dalam buku hariannya, dalam khotbahnya
– untuk kaum
militer dalam perang dunia yang pertama, "Saya tidak melihat kehancuran dari
gedung-gedung
dihadapanku, tapi kehancuran dari kebudayaan." Kebudayaan kita tampaknya mati,
bahkan Rusia dan
Tiongkok setelah kemenangan mereka atas sistem politik yang lama dan setelah
menjalankan
komunisme untuk beberapa dekade, para pemimpin mereka merasa pentingnya suatu
pembaharuan.
Mereka tetap menghadapi banyak kesulitan untuk berjuang melawan diri sendiri.
Konsep Yang Salah Mengenai Dosa
Meskipun manusia mencoba untuk lari dari fakta dosa, menawarkan dan menafsirkan
ulang, manusia
tetap tidak akan pernah dapat melarikan diri dari pernyataan Allah mengenai dosa
dalam Alkitab.
Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa dosa dimulai dari sejarah kejatuhan Adam,
manusia pertama
dan wakil dari umat manusia, dan kemudian memasuki dunia. Sebelum kita berpikir
mengenai
pengertian dosa, pertama mari kita melihat konsep yang keliru mengenai dosa.
Pertama, Alkitab tidak memberikan satu tempatpun bagi konsep pra-eksistansi
kekal dari dosa. Dosa
bukan suatu keberadaan kekal yang ada dengan sendirinya. Juga dosa maupun
kejahatan bukan realitas
yang berdiri sendiri. Demikian juga Iblis dan kuasa-kuasa kejahatan. Tidak ada
apapun dan siapapun,
hanya Allah sendiri yang ada dengan sendirinya dan merupakan realitas yang
kekal. Hanya Allah yang
tanpa awal dan akhir. Alkitab langsung menolak ontologi dualisme dalam agama.
Kedua, Alkitab tidak memberikan tempat bagi konsep bahwa dosa diciptakan atau
sumber dari
kejahatan. Kata "kejahatan" dalam Yesaya 45:7 (dalam terjemahan versi King
James) harus dimengerti
sebagai hukuman Allah dalam sejarah, sebagai manifestasi dari kebenaran dan
pemerintahan-Nya
kepada dunia yang berdosa, tapi bukan kejahatan secara ontologi ataupun moral.
Ketiga, Alkitab tidak memberikan tempat untuk Allah dipandang bertanggung jawab
atas dosa.
Mengenai hal ini, satu hal yang dapat kita lihat dari Alkitab adalah satu izin
yang misterius untuk
munculnya kejahatan sebagai akibat dari salah penggunaan akan kebebasan yang
diciptakan di dalam
makhluk-makhluk rohani, yang juga menjadi aspek dari gambar dan rupa Allah dan
juga menjadi
fondasi penting bagi moralitas, tetapi yang harus dipertanggungjawabkan pada
keadilan dan
penghakiman Allah.
Maka dosa muncul dari ciptaan sendiri. Sebagai ciptaan dari yang dicipta untuk
melawan Pencipta
mereka. Dalam hal ini, Yesus berkata, "Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas
kehendaknya sendiri,
sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta." (Yohanes 8:44).
Page 2 of 6 DOSA DAN KETERHILANGAN - Pdt. Dr. Stephen Tong
Apakah Dosa Itu
Sekarang kita memikirkan tentang dosa. Alkitab mengajarkan bahwa dosa lebih dari
sekadar kegagalan
etika. Untuk menyatakan dosa dengan sesuatu yang tidak tepat hanya mendangkalkan
arti dosa itu.
Pertama, berbicara secara philologi, dosa berarti "tidak mencapai target".
Perjanjian Baru menggunakan
kata hamartia untuk mengindikasikan bahwa manusia diciptakan dengan sebuah
standar atau target
sebagai tujuan dan arah hidup. Ini berarti kita harus bertanggung jawab kepada
Allah. Ketika dosa
datang, kita gagal untuk mencapai standar Allah. Setelah kejatuhan manusia,
pandangan manusia
mengenai target kehidupan menjadi kabur dan kehilangan kriteria arah hidup.
Inilah alasan Allah untuk
mengutus Anak-Nya untuk kembali menunjukkan standar itu dan menjadikan Dia
sebagai kebenaran
dan kesucian kita. Tujuan hidup manusia hanya dapat ditemukan kembali melalui
contoh sempurna dari
Kristus yang berinkarnasi.
Kedua, berbicara dari sudut posisi, dosa adalah satu perpindahan dari status
yang mula-mula. Manusia
diciptakan berbeda, dalam perbedaan posisi, dengan tujuan untuk menjadi saksi
Allah, diciptakan antara
Allah dan Iblis, baik dan jahat. Setelah kejatuhan setan, manusia diciptakan
dalam kondisi netral dari
kebaikan, yang dapat dikonfirmasikan melalui jalan ketaatan, diciptakan sedikit
lebih rendah dari Allah
tapi mempunyai dominasi atas alam, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Ketaatan yang benar
dari manusia di hadapan pemerintahan Allah adalah rahasia untuk mengatur alam,
dan untuk mencapai
tujuan benar dari kemuliaan natur pencipta dalam hidup manusia. Segala pencobaan
datang kepada
manusia selalu dalam usaha mencoba untuk membawa manusia jauh dari posisi
rencana Allah yang
mula-mula. Kemudian datang kekacauan. Hal yang sama terjadi juga kepada malaikat
tertinggi ata
Alkitab mengatakan, "Mereka tidak mempertahankan status mereka yang pertama"
untuk menjelaskan
kejatuhan mereka. Inilah satu konsep yang benar dalam mengerti mengenai dosa.
Ketiga, dosa adalah penyalahgunaan kebebasan. Penghormatan terbesar dan hak
istimewa yang Allah
berikan kepada manusia adalah karunia kebebasan. Kebebasan menjadi satu faktor
yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi sebagi fondasi dari nilai moral. Hasil moral hanya dapat
berakar dalam kerelaan,
tidak lahir karena paksaan. Arti kebebasan mempunyai dua pilihan: hidup
berpusatkan Allah atau hidup
berpusatkan diri sendiri. Ketika manusia menaklukkan kebebasannya di bawah
kebebasan Allah, itulah
pengembalian kebebasan kepada pemilik kebebasan yang mula-mula. Jenis
pengembalian ini mencari
kesukacitaan dari kebebasan dalam batasan kebenaran dan kebaikan Allah. Sejak
Allah adalah realita
dari kebaikan itu sendiri, segala macam pemisahan dari-Nya akan menyebabkan
keburukan, dan juga
hidup berpusatkan diri sendiri jelas penyebab dosa. Terlalu berpusat pada diri
sendiri akan menjadi awal
ketidakbenaran. Kebebasan tanpa batas dari kebenaran Allah akan menjadi
kebebasan yang salah.
Bukanlah suatu kebebasan yang dimaksudkan Yesus ketika Ia berkata, "Tidak
seorangpun dapat
mengikuti Aku tanpa menyangkal dirinya sendiri."
Keempat, dosa adalah kuasa yang menghancurkan. Dosa tidak hanya gagal dalam
pengaturan tapi lebih
dari itu adalah kuasa yang mengikat terus menerus yang tinggal dalam orang
berdosa. Paulus
menggunakan bentuk tunggal dan bentuk jamak dari dosa dalam kitab Roma. Bentuk
jamak dari dosa
mengindikasikan perbuatan-perbuatan salah, tapi bentuk tunggal dari dosa berarti
kuasa yang
mengarahkan segala perbuatan dosa. Paulus mempersonifikasikan dosa sebagai kuasa
yang memerintah
dan prinsip yang mengatur kehidupan orang berdosa. Ia juga merusak semua aspek
kehidupan kepada
satu tingkatan di mana tidak ada satu aspek kehidupan pun yang tidak kena
distorsi atau polusi. Inilah
Page 3 of 6 DOSA DAN KETERHILANGAN - Pdt. Dr. Stephen Tong
yang ditekankan dan dijelaskan Reformator. Berjuang melawan pengertian tidak
lengkap mengenai
kuasa dosa dalam Scholastisisme abad pertengahan. Dosa tidak hanya mencemarkan
aspek kehendak,
tapi juga berpenetrasi pada aspek emosi dan rasio. Tujuan utama dari kuasa
penghancur ini untuk
menyebabkan manusia menghancurkan diri sendiri dan membunuh diri sendiri seperti
yang dikatakan
Kierkegard, bahwa manusia dilahirkan dalam dosa. Satu-satunya kuasa yang kita
miliki adalah kuasa
untuk membunuh kita sendiri.
Kelima, dosa adalah penolakan terhadap kehendak Allah yang kekal. Akibat utama
dari dosa tidak hanya
merusak manusia tapi juga melawan kehendak Allah yang kekal melalui manusia.
Inilah hal yang paling
serius yang berhubungan dengan kesejahteraan rohani semesta. Calvin mengatakan,
"Tiada yang lebih
besar daripada kehendak Allah kecuali Allah sendiri." Ciptaan alam semesta,
keselamatan umat manusia
dan kebahagiaan kekal semua ada oleh kehendak Allah. Sejak dosa menolak terhadap
kehendak Allah
maka orang Kristen harus sadar pentingnya ketaatan yang setia kepada kehendak
Allah. Seperti Kristus
mengajarkan murid-murid-Nya untuk berdoa, "Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti
di surga." Alkitab
juga mengajarkan kita dalam 1Yohanes 2:17, bahwa dunia ini sedang lenyap dengan
keinginannya tetapi
orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Dosa dan Relasi Alam Semesta
Dosa tidak berhenti sebagai peristiwa saja tetapi terjadi perusakan yang lebih
lanjut dalam orang berdosa
dan menganggu seluruh susunan alam semesta. Dosa menghancurkan hubungan-hubungan
baik secara
pribadi maupun semesta, termasuk hubungan Allah dengan manusia, manusia dengan
manusia. Dalam
suatu pengertian yang lebih dalam, dosa juga menghancurkan hubungan antara
manusia dengan dirinya
sendiri. Oleh karena itu dosa membuat mustahilnya hidup harmonis, tapi yang
paling dalam adalah
rusaknya hubungan manusia dengan Allah. Dari hak mula-mula yang kita miliki,
kita diciptakan lebih
tinggi dari alam. Alam diciptakan untuk manusia. Berarti manusia menikmati,
menyukai, mengatur,
memelihara dan menafsirkan alam dalam menjalankan fungsi kenabiannya. Tapi dosa
telah
membalikkan manusia sebagai penghancur, musuh, bahkan penghancur alam.
Menyelidiki alam dan
menemukan kebenaran Allah yang tersembunyi di dalamnya adalah dasar ilmu
pengetahuan, tetapi sejak
timbulnya dosa, ilmu pengetahuan gagal untuk berfungsi sebagai alat untuk
memuliakan Allah dan
berbalik kepada kemungkinan digunakan sebagai alat setan untuk menghancurkan
Allah dan manusia.
Sebagai akibat rusaknya hubungan antar manusia, manusia kehilangan potensi untuk
merefleksikan
kasih dari Allah Tritunggal, yang menjadi model bagi komunitas manusia. Saling
menghargai atau
menghormati, saling percaya, saling melengkapi adalah ketidakmungkinan dalam
masyarakat kita.
Sebaliknya kita melihat pemutlakan dari setiap individu sendiri untuk menolak
orang lain dengan hidup
berpusat pada diri sendiri yang menyebabkan tekanan dan sakit hati yang tanpa
akhir dalam komunitas
kita bahkan dalam hubungan internasional. Sebagai akibat dari hancurnya hubungan
antara manusia dan
diri sendiri, manusia menjadi musuhnya sendiri. Ia kehilangan semua damai
rohani, perlindungan kekal,
dan keyakinan akan arti hidup. Dan selanjutnya keberadaan manusia jadi sebuah
pulau yang terisolasi
dalam alam semesta, keberadaan yang lain menjadi neraka yang menyiksa dan
kenihilan tampaknya
sebagai suatu yang ada, yang menelan keberadaan kita ke dalam kenihilan. Semua
terefleksi dalam
eksistensialis atheistik modern.
Pemutusan hubungan yang paling serius dalam hubungan antara manusia dengan
Allah, menjadi
penyebab putusnya hubungan-hubungan yang lain. Ketika manusia dipisahkan dari
Allah menjadi tanda
tidak lagi ada relasi lain yang dapat diperbaiki. Tertutup semua kemungkinan
damai tiap pribadi dalam
roh dan damai universal di bumi. Seluruh abad 20 adalah ladang pelaksana dari
ideologi abad 19 dan
kita lihat tidak ada pengharapan sejati bagi masa depan kita, juga sekarang
dalam dekade akhir dari abad
Page 4 of 6 DOSA DAN KETERHILANGAN - Pdt. Dr. Stephen Tong
ini. Kita tetap menghadapi ketidaktahuan akan kemungkinan masadepan. Tidakkah
kini waktu yang
tepat dibandingkan waktu lain untuk berpikir ulang dengan mendalam dan dengan
tenang mengadakan
evaluasi ulang? Segala kelemahan dari teologi yang muncul dari humanisme
anthroposentris.
Alkitab mengatakan Allah adalah kasih, Allah adalah Hidup, Allah adalah Terang.
Ia juga Allah dari
Kebenaran, Kebaikan dan Kesucian. Apa model lingkungan yang kita miliki jika
kita terpisah dari Allah
yang sedemikian seperti yang dinyatakan dalam Kristus? Hanya satu kemungkinan
yang tersedia bagi
kita yaitu kebencian, kematian, kegelapan, penipuan, ketidakadilan, dan
kerusakan-kerusakan yang jelas
kita lihat pada zaman ini. Tidakkah kita harus mengakui bahwa ada gap besar
antara mandat kultural
Allah kepada manusia dengan hasil kultural yang dicapai manusia? Itulah dosa.
Dosa dan Keterhilangan
Akibat dari keterpisahan dari Allah jelas memimpin keberadaan orang berdosa ke
dalam status
keterhilangan, terhilang dari dukungan dan kehadiran Allah.
Pertama, dosa menyebabkan manusia tidak memenuhi kemuliaan Allah. Konsep
Agustinus bahwa dosa
sebagai kekurangan, harus lebih dimengerti sebagai akibat dosa dalam manusia
daripada penafsiran
mengenai dosa itu sendiri. Ketika dosa muncul, kemuliaan Allah langsung
meninggalkan manusia. Ini
berarti kehilangan hak istimewa manusia sebagai wakil Allah untuk menjadi
reflektor kemuliaan-Nya.
Kehilangan kemuliaan Allah dari manusia, membuat manusia berada dalam suatu
kondisi yang sangat
menyedihkan. Manusia akan hidup tanpa hormat dan kemuliaan, pendidikan akan
menolak kebenaran,
hak-hak manusia tidak mempunyai kebaikan, pengetahuan tanpa hikmat, pernikahan
tanpa kasih, dan
ilmu pengetahuan tanpa hati nurani / kesadaran, kebebasan tanpa kontrol. Inilah
yang terefleksi dalam
kitab Yehezkiel bahwa kemuliaan Allah bergerak secara perlahan-lahan dan
meninggalkan Bait Allah.
Berarti penghukuman Allah sudah dekat, akhir dunia sudah berada di ambang pintu.
Sejak zaman Renaisance, pandangan dunia yang anthroposentris mengenai manusia
alami telah
mencoba untuk mengintepretasikan ‘Allah’ dan ‘jiwa’ melalui diri manusia sendiri
yang berdosa sebagai
titik pusat dari alam semesta. Dengan menjunjung tinggi rasio sebagai alat
mutlak untuk untuk
menemukan kebenaran dan menganggap natur sebagai tujuan akhir dari hasil yang
dicapai untuk
memecahkan semua problem manusia. Tapi sejarah menyatakan kesaksian yang jujur
mengenai
kegagalan manusia. Di bawah segala pencapaian hasil dangkal dalam ilmu
pengetahuan, ekonomi,
politik, pendidikan, psikologi, filsafat dan bahkan agama, ada penyebab, yang
nyata dan konsisten, dari
ketidakseimbangan dan masalah-masalah.
Lingkungan kita padat dengan jiwa-jiwa yang kosong sementara berlimpah materi,
penuh kekuatiran
akan perang sementara pembicaraan mengenai perdamaian tidak berhenti, penuh
dengan ketidakamanan
sementara dihasilkan senjata-senjata yang tercanggih. Bertambahnya angka bunuh
diri sementara
tersedia alat kehidupan yang lebih baik; kehancuran keluarga meningkat sementara
kebebasan sex dan
percintaan makin meluas. Kita sedang bermimpi dari Renaisance sampai abad 20
mengenai otonomi
manusia yang lepas dari campur tangan Allah. Khususnya sejak abad 19, begitu
banyak ideologi yang
muncul untuk menciptakan suatu optimisme modern yang naif, termasuk teologi
liberal, evolusionisme
dan komunisme. Semua ini gugur pada perang-perang yang menakutkan dalam abad 20.
Demikian juga
dengan revolusi internasional, politik, komunisme dan politik nasional, dan
filsafat eksistentialisme.
Semua mencoba untuk memecahkan persoalan manusia tapi sekarang kita tetap hidup
dalam situasi
kacau, tanpa tahu ke mana tujuan sejarah ini. Bagi zaman ini masalah intinya
adalah mencari identitas
manusia. Kita tetap berjuang untuk demokrasi, kebebasan, keadilan, dan hak-hak
manusia. Tidakkah ini
Page 5 of 6 DOSA DAN KETERHILANGAN - Pdt. Dr. Stephen Tong
tetap mengatakan kepada kita bahwa dosa dan keterhilangan adalah fakta yang
tidak dapat disangkal
kaum Injili di seluruh dunia menegaskan ulang kesungguhan dari fakta dan efek
dosa seperti yang
diajarkan dalam Alkitab. Penegasan ini lebih dari sekadar kebutuhan mendesak
dalam era post-liberal
dan post-modern, secara teologis dan sosia-politis. Dengan pengertian mendalam
mengenai kebutuhan
orang-orang berdosa akan keselamatan, cinta kasih berapi-api bagi orang berdosa,
mari kita dengan setia
memberitakan Injil ke dalam dunia yang berdosa.
"Bertobatlah karena Kerajaan Allah sudah dekat." "Lihat Anak Domba Allah yang
mengangkat dosa
seluruh dunia." Kata-kata pendahuluan yang agung dari Injil tetap berlaku sampai
akhir zaman. Mari
kita berseru, "Bertobatlah hai umat, koyakkan hatimu, bukan jubahmu!" kepada
para pemimpin dan
umat di dunia! Tinggikan salib Kristus yang menjadi pengharapan satu-satunya
dari umat manusia, agar
Roh Kudus mengiluminasikan generasi kita untuk menerima Kristus. Biarlah seluruh
makhluk dengan
rendah hati mengaku dosa di hadapan Allah, untuk membuka kembali pintu surga dan
memohon belas
kasihan dan pengampunan dari-Nya, yang akan menyembuhkan dunia yang berdosa.
Yang layak adalah Anak Domba yang telah disembelih! Kemuliaan bagi-Nya untuk
selama-lamanya!
http://www.geocities.com/reformed_movement/artikel/pi_hilang.html
http://www.geocities.com/reformed_movement
Page 6 of 6 DOSA DAN KETERHILANGAN - Pdt. Dr. Stephen Tong