DI MANAKAH ORANG-ORANG YANG
TELAH MENINGGAL DUNIA BERADA?:
SEBUAH STUDI MENGENAI
INTERMEDIATE STATE
BENNY SOLIHIN
PENDAHULUAN
Perjanjian Baru mengajarkan bahwa orang-orang yang telah mati akan dibangkitkan
pada waktu
kedatangan Kristus kedua kali. Pertanyaan yang segera muncul atas pengajaran
Alkitab ini adalah, "Di
manakah mereka selama kurun waktu antara kematian mereka dan kedatangan Tuhan
Yesus kedua
kali?" Dengan perkataan lain, "Di manakah jiwa mereka menunggu selama waktu itu?"
Wajar bila kita
berpikir bahwa mereka ada di suatu tempat di dalam periode antara kematian dan
kebangkitan mereka.
Masa atau keadaan itu disebut dengan istilah "intermediate state."
Istilah ini diciptakan oleh para teolog untuk menjelaskan dengan tepat ruang dan
waktu yang
bersifat sebagai antara dan sementara. Kata sifat "intermediate" mengacu pada
suatu kurun waktu
tertentu sedangkan kata benda "state" berarti suatu kondisi manusia di bawah
keadaan tertentu. Jadi,
konsepsi ini secara keseluruhan menyatakan keadaan orang-orang mati dalam amsa
antara kematian dan
kebangkitan mereka, dalam hal ini juga mencakup pertanyaan-pertanyaan yang
timbul seperti: Dalam
kurun waktu itu, di manakah orang-orang yang sudah meninggal dunia menunggu?
Apakah mereka
masih hidup? Apakah mereka sadar dan tahu siapa diri mereka? Apa yang mereka
lakukan? Apakah
mereka sudah menerima hukuman atau pahala, atau masih dalam keadaan netral:
tanpa hukuman atau
pahala? Lalu bagaimana dengan roh atau jiwa mereka?
Pertanyaan-pertanyaan yang penting ini dapat muncul begitu saja dalam diri kita.
Tentu jawaban
pertanyaan ini dapat memberikan kepada kita suatu pengharapan yang besar atau
sebaliknya,
kekecewaan yang mendalam. Sayangnya, kebanyakan kita tidak mempunyai pengertian
yang jelas
tentang doktrin ini. Sehubungan dengan hal ini Millard J. Erickson berkata,
Ada dua alasan mengapa banyak orang Kristen tidak mampu secara efektif melayani
orang
yang sedang berkabung. Pertama, karena secara relatif Alkitab tidak berbicara
banyak
tentang doktrin intermediate state. Alasan kedua, adanya kontroversi teologis
yang
berkembang di dalam doktrin ini.1
Artikel ini adalah suatu usaha untuk menyelidiki apa yang sesungguhnya Alkitab
katakan tentang
pengajaran Intermediate State. Tujuannya adalah guna mendapatkan pengertian yang
lebih jelas tentang
Page 1 of 10 Di Manakah Orang-orang Yang Telah Meninggal Dunia Berada? - Benny
Solihin
hal tersebut sehingga kita mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan penting yang
datang dari mereka
yang memerlukan kepastian dan kekuatan di tengah-tengah dukacita mereka. Alur
penulisan artikel ini
adalah sebagai berikut: Pertama kita akan melihat beberapa pandangan tentang
doktrin interemdiate
state, tanpa memberi komentar apa pun terhadap pandangan-pandangan itu. Kemudian,
kita akan
mencoba mengerti beberapa bagian Alkitab yang sering disebut-sebut sebagai dasar
pengajaran
intermediate state. Terakhir, kita akan melihat kesimpulan dan komentar atas
beberapa pandangan
tentang intermediate state yang akan menutup tulisan ini.
BEBERAPA PANDANGAN TENTANG INTERMEDIATE STATE
Doktrin Tentang Soul-Sleep
Pandangan ini mengatakan bahwa jiwa orang yang telah meninggal berada dalam
keadaan tertidur,
tidak sadar, tanpa pengetahuan dan kegiatan. Keadaan itu terus berlanjut sampai
kebangkitan tubuh.
Ajaran ini didasarkan pada fakta bahwa Alkitab sering kali menggunakan istilah
tidur untuk kematian
(Kis. 7:60, 13:36; 1Kor. 15:6, 8, 20, 51; 1Tes. 4:13-15; Yoh. 11:11, 14). Mereka
yang percaya pada
ajaran ini beranggapan bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan dari
tubuh, jiwa dan kehendak. Jadi, pada waktu tubuh berhenti berfungsi maka jiwa,
sebagai satu kesatuan,
juga berhenti berfungsi. Ajaran ini pada umumnya dipegang oleh orang-orang
Yahudi,
"Psychopannychians" pada awal abad pertengahan, sebagian penganut Anabaptis dan
Luther.2 Sekarang
pandangan ini dianut oleh kaum Adven Hari Ketujuh, Saksi Yehova dan sebagian
Kristen Ortodoks.
Doktrin Purgatori
Ajaran ini mengajarkan bahwa semua orang yang mati dalam damai dengan gereja
namun yang
belum sempurna, harus menjalani hukuman penyucian di dalam suatu kurun waktu dan
tempat tertentu
yang dikenal sebagai purgatori. Selama masa kesengsaraan ini mereka mempunyai
penghiburan bahwa
suatu hari kelak siksaan mereka akan berakhir, dan setelah itu mereka akan masuk
ke dalam sorga. Masa
kesengsaraan mereka dalam purgatori bisa berkurang oleh doa, puasa, amal dan
juga kunjungan ke
tempat-tempat suci yang dilakukan oleh keluarga atau kerabat dari orang-orang
yang telah meninggal
atau juga orang-orang kudus. Doktrin ini dipegang terutama oleh gereja Roma
Katolik dengan berdasar
pada tradisi dan juga Alkitab, seperti 2 Makabe 12:43-45; Matius 12:32; 1
Korintus 3:15.
Kebangkitan Seketika
Ajaran ini pada dasarnya percaya bahwa orang-orang yang meninggal akan bangkit
segera. Namun,
ajaran ini masih terbagi menjadi dua golongan. Pertama, orang-orang percaya yang
meninggal dunia
akan dibangkitan segera dan tinggal bersama dengan Kristus (Flp. 1:23), tetapi
dalam wujud tanpa
Page 2 of 10 Di Manakah Orang-orang Yang Telah Meninggal Dunia Berada? - Benny
Solihin
tubuh. Kebangkitan tubuh baru akan terjadi pada hari Kristus datang ke dunia
untuk kedua kalinya, yaitu
pada "hari yang terakhir." J. Rodman Williams berpendapat,
Menurut kitab Ibrani (12:22-23), sorga -- "Yerusalem sorgawi" -- adalah tempat
berkumpulnya roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna. Oleh sebab
itu,
orang-orang percaya (orang-orang yang dibenarkan melalui apa yang telah Kristus
lakukan)
pada waktu mati roh mereka disempurnakan. Sebagai roh, mereka hadir bersama
dengan
Tuhan... Ringkasnya, roh atau jiwa orang yang percaya yang mati ada di sorga.3
Namun, tubuh mereka masih akan menerima kebangkitannya pada waktu Tuhan Yesus
datang
kembali.
Kedua, orang-orang percaya yang mati akan dibangkitkan segera dengan tubuh
mereka. Dengan
demikian, kebangkitan tubuh akan diterima sesaat setelah kematian. Oleh karena
itu, kedatangan Tuhan
Yesus kedua kali (parousia) bukan menjadi saat kebangkitan tubuh tetapi saat
masuknya kita ke dalam
kesatuan yang utuh dari kumpulan orang-orang beriman. Pandangan ini dipegang
oleh F. F. Bruce,
Aldwinckle dan Murray Harris dengan berdasar pada 2 Korintus 5:10. Aldwinckle
percaya bahwa
orang-orang yang telah meninggal yang berada dalam intermediate state memiliki
keberadaan tubuh.
"Pandangan yang berpendapat bahwa orang percaya yang telah mati berada di dalam
Kristus hanya
setengah bagian dirinya (roh) saja tidak masuk akal."4
PANDANGAN ALKITAB
Seperti yang telah dikatakan oleh Erickson, Alkitab hanya sedikit berbicara
tentang intermediate
state. Meskipun demikian, ada beberapa bagian Alkitab yang sering dikutip oleh
para teolog sebagai
dasar pengajaran ini. Pertama-tama kita akan membahas kata sheol dalam
Perjanjian Lama dan hades
dalam Perjanjian Baru, dilanjutkan dengan membahas Lukas 16:19-31, 23:42 dan
seterusnya, 1
Tesalonika 4:13-17; 2 Korintus :1-10; Filipi 1:23. Bagian terakhir yang juga
sering dikutip adalah
Wahyu 6:9-11. Kita akan melihat bagian-bagian Alkitab untuk mencoba menggali apa
yang dikatakan
oleh firman Tuhan tentang intermediate state. Semoga setelah itu kita mendapat
pengertian yang lebih
baik tentang masalah ini.
Sheol dan Hades
Dalam Perjanjian Lama kata Ibrani yang dipakai untuk menunjukkan tempat
beradanya jiwa orangorang
yang telah mati adalah sheol. Pada umumnya sheol berarti "kuburan," atau dalam
arti luas berarti
"kematian." Meskipun kadang-kadang dikatakan semua bagian tubuh manusia akan
masuk ke dalam
sheol (Bil. 16:23-34; Mzm. 55:15; Ams. 1:12; Yes. 5:14), namun dalam Perjanjian
Lama lebih sering
dikatakan "jiwa" pergi ke sheol, bukan tubuh atau roh atau nafas. Kata ini
dikenakan baik kepada orang
benar atau orang jahat; mereka turun ke sheol (Ayb. 21:3; Mzm 6:6; 9:18; 88:4;
89:49). Tidak ada
Page 3 of 10 Di Manakah Orang-orang Yang Telah Meninggal Dunia Berada? - Benny
Solihin
kepastian bahwa sheol adalah tempat penghukuman selama-lamanya.
Dalam Perjanjian Baru tempat jiwa-jiwa orang mati berada disebut hades, tetapi
kata ini tidak
selalu digunakan dengan arti yang sama. Ada dua pandangan dasar mengenai
penggunaan kata ini.
Pertama, diungkapkan oleh Dale Moody bahwa hades adalah tempat atau status
sementara untuk orangorang
jahat. Pandangan kedua dipegang oleh Geerhardus Vos, L. Berkhof, Joachim
Jeremias dan A.
Hoekema, yang menyatakan ada dua penggunaan yang berbeda dari hades Perjanjian
Baru, yaitu
penggunaan abstrak dan yang lain adalah penggunaan lokal. Dalam penggunaan
abstrak hades berarti
"status kematian atau keberadaan tanpa tubuh" (Why. 6:8; 20:13). Dalam
pengertian ini dikatakan jiwa
Yesus turun ke hades (Kis. 2:27,31). Sedangkan dalam penggunaan lokal, hades
berarti tempat di mana
orang-orang jahat dikumpulkan selama intermediate state (Luk. 16:23; Mat. 11:23;
16:18).5 Hal lain
yang perlu kita ketahui adalah Perjanjian Baru tidak menggunakan kata hades
untuk neraka (gehenna)
atau sebaliknya. Artinya, hades memang berbeda dengan neraka.
Dari penjabaran tentang sheol dan hades di atas kita dapat menarik kesimpulan
yang bersangkut
paut dengan intermediate state: (1) Alkitab, baik Perjanjian lama dan Perjanjian
Baru, menyatakan ada
kehidupan setelah kematian; (2) Jiwa orang-orang yang telah meninggal dunia,
baik orang percaya atau
orang tidak percaya, tidak langsung masuk ke dalam sorga atau neraka, tetapi
berada dalam suatu tempat
sementara yang dalam Perjanjian Lama disebut sheol dan dalam Perjanjian Baru
disebut hades.
Lukas 16:19-31
Bagian Alkitab yang paling populer digunakan dalam pembahasan intermediate state
adalah kisah
orang kaya dan Lazarus (Luk. 16:19-31). Karena hingga saat ini masih menjadi
perdebatan yang panjang
di antara penafsir tentang apakah kisah ini suatu perumpamaan atau bukan, kita
coba mengesampingkan
hal itu dan memfokuskan penyelidikan hanya untuk mengetahui apakah kisah atau
perumpamaan ini
mengungkapkan pengajaran intermediate state atau tidak.
Karel Hanhart tidak setuju jika kisah ini dipakai untuk menjelaskan keadaan
kehidupan setelah
kematian karena ia melihat bukan itu yang menjadi tujuan utamanya, melainkan
menyatakan kebenaran
Allah, di mana Ia memulihkan status orang miskin.6 Tetapi, saya kira Hanhart
tidak sepenuhnya benar.
Meskipun pendapatnya benar tentang tujuan kisah ini, namun yang menceritakan
kehidupan setelah
kematian dalam kisah ini adalah Yesus sendiri. Pertanyaan yang mendasar adalah,
mungkinkah Yesus,
yang berasal dari kekekalan, menggunakan setting cerita tentang kekekalan yang
berlainan dengan
keadaan kekekalan yang sebenarnya? Yang paling mungkin terjadi adalah Ia
mengatakan keadaan yang
sebenarnya sedang terjadi di dalam kekekalan.
Kisah orang kaya dan Lazarus harus dilihat sebagai kisah yang ditujukan kepada
orang-orang Farisi
(16:9, 13, 16-17, dan 17:1). Menurut sudut pandang orang-orang Farisi, kekayaan
akan menjadi tanda
restu Allah atas suatu kehidupan yang benar, tetapi kisah Yesus ini
menjungkirbalikkan pandangan
tradisional tersebut.7 Kisah ini membawa tema Injil Lukas, yakni peninggian
orang miskin dan
perendahan orang kaya (1:51-53; 6:20-26).
Kebanyakan penafsir sependapat kisah ini menyatakan implikasi yang jelas bahwa
orang kaya
tersebut jahat sebab ia tidak peduli dan tidak sensitif terhadap penderitaan
orang-orang miskin yang ada
di dekatnya. Setelah kematian kedua orang tersebut, Alkitab tidak mengatakan
bahwa Lazarus masuk ke
Page 4 of 10 Di Manakah Orang-orang Yang Telah Meninggal Dunia Berada? - Benny
Solihin
dalam alam maut (hades) pada waktu ia mati, melainkan ia dibawa oleh malaikat ke
pangkuan Abraham
(ay. 22). Tetapi untuk orang kaya itu dikatakan, "ia menderita sengsara di alam
maut, ia memandang ke
atas" (ay. 23). Dari kontras ini kita segera menangkap bahwa hades adalah suatu
tempat penyiksaan dan
penderitaanbagi orang-orang yang tidak benar, sedangkan "pangkuan Abraham"
adalah suatu tempat
atau keadaan yang berkebalikan dengan hades, yaitu tempat kebahagiaan
orang-orang yang dibenarkan
Allah (lihat juga ay. 25).
Hal lain yang perlu kita soroti adalah jawaban Abraham atas permintaan orang
kaya itu kepadanya
agar ia menyuruh Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan
lidahnya, "Selain
daripada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak
terseberangi..." (ay. 26). Jawaban ini
menyatakan ketidakmungkinan Lazarus datang ke tempat orang kaya tersebut dan
sebaliknya.
Lalu apa yang dapat disimpulkan tentang intermediate state dari kisah ini? Kisa
bisa mencatat
beberapa hal: (1) Orang-orang yang telah meninggal dunia, baik orang benar
maupun orang jahat, masuk
ke dalam intermediate state dengan kesadaran penuh. Mereka dapat berpikir,
berbicara, merasa dan
saling mengenali; (2) Orang jahat akan menerima hukuman dan kesengsaraan di alam
maut yang disebut
hades, sedangkan orang benar yang mendapat anugerah Allah mengalami penghiburan
di pangkuan
Abraham; (3) Bagi orang-orang yang telah meninggal dunia, tidak ada kemungkinan
perpindahan
tempat dari hades ke pangkuan Abraham dan sebaliknya.
Lukas 23:39-43
Perkataan yang paling jelas di dalam injil tentang intermediate state ditemukan
di dalam ucapan
Yesus kepada penjahat yang sedang sekarat di kayu salib. Penjahat itu begitu
terkesan dengan sikap
Yesus dalam menghadapi kematian di kayu salib dengan memohon pengampunan kepada
Bapa bagi
orang-orang yang menganiaya-Nya (ay. 34). Akhirnya ia berbalik kepada Yesus dan
berdoa, "Yesus,
ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (23:42).
Lukas sengaja menonjolkan kehadiran dua orang penjahat yang dieksekusi untuk
membuat
pemisahan tersebut menjadi lebih dramatis: seorang penjahat bergabung dengan
para pemimpin dan
tentara dalam memaki Yesus, tetapi seorang lain membuat pengakuan iman dan
meminta Yesus untuk
mengingatnya dalam kerajaan-Nya. Penjahat yang bertobat itu jelas percaya bahwa
kehidupannya tidak
akan berakhir setelah kematiannya.
Yesus menjawab, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan
ada bersamasama
dengan Aku di dalam Firdaus" (ay. 43). Penjahat itu tidak mengharapkan untuk
diingat segera
namun jawaban Yesus "hari ini" melebihi apa yang ia minta.8 Yesus mengundangnya
untuk menikmati
persekutuan dengan-Nya di hadirat Allah "hari ini," yakni segera setelah
kematian.
"Firdaus" adalah kata Yunani yang berasal dari bahasa Persia yang berarti
"taman" atau "kebun."
Dalam Perjanjian Lama kata ini digunakan dalam Yehezkiel 28:13; 31:8, "taman
Eden." Dalam tulisan
orang-orang Yahudi yang lebih akhir, kata ini menunjukkan tempat di mana
orang-orang benar diberkati
di masa antara kematian dan kebangkitan. Dalam 2 Korintus 12:4, Paulus
mempergunakan kata
"Firdaus" sebagai tempat tinggal Allah, "ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus."9
Implikasi dari dua bagian
Alkitab ini adalah setelah kematiannya, penjahat yang bertobat itu akan segera
bersekutu bersama
dengan Allah dalam intermediate state.
Page 5 of 10 Di Manakah Orang-orang Yang Telah Meninggal Dunia Berada? - Benny
Solihin
Dari bagian ini kita dapat menyimpulkan tentang intermediate state, yaitu segera
setelah kematian
orang-orang percaya akan masuk ke dalamnya dan menikmati persekutuan dengan
Yesus, tanpa harus
menunggu kedatangan Yesus yang kedua kalinya dan kebangkitan tubuhnya.
2 Korintus 5:1-10
Perikop 2 Korintus 5:1-10 memegang posisi kunci dalam problem intermediate
state. Konteks
perikop ini adalah kelanjutan pembelan Paulus atas tuduhan yang tidak benar
terhadap motivasi
pelayanannya. Tujuan perikop ini bukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
bersikap
spekulasi tentang kehidupan yang akan datang dan kapan kita akan mendapatkan
tubuh rohani;
sebaliknya, untuk memperlihatkan bagaimana jaminan kehidupan yang akan datang
dan juga takhta
pengadilan Kristus yang akan Paulus hadapi telah mengubah segala sesuatu dalam
kehidupannya
sekarang ini.
Frase "kemah kediaman kita di bumi" secara praktis identik dengan "sifat luar"
dari "tubuh
jasmani."10 Paulus menggunakan analogi "kemah" (tabernakel) dan "tempat
kediaman" (temple) untuk
mengungkapkan keyakinannya bahwa setelah kematiannya Allah menyediakan suatu
tempat kediaman
di sorga baginya, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh
tangan manusia.
Apa yang dimaksud Paulus dengan, "suatu tempat kediaman di sorga bagi kita,
suatu tempat
kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia?" Hoekema menunjukkan
ada tiga
kemungkinan mengartikannya. Pertama, kalimat itu berarti pada saat kematian
orang-orang percaya
menerima tubuh sementara ini akan diganti dengan tubuh kebangkitan. Kedua,
kalimat itu berarti orangorang
yang telah meninggal akan menerima kebangkitan tubuh pada saat Tuhan datang.
Ketiga, kalimat
itu menjelaskan mulianya keadaan orang-orang percaya di sorga bersama dengan
Kristus
menggabungkan kemungkinan kedua dan ketiga dengan berpendapat bahwa jiwa
orang-orang yang mati
di dalam Kristus segera mendapat tempat kediaman dari Allah di dalam kekekalan
sorgawi yang mulia,
tetapi ini baru tahap pertama yang belum sempurna. Kesempurnaan mereka akan tiba
pada saat Tuhan
Yesus datang ke dunia untuk kedua kalinya guna membangkitkan tubuh orang-orang
yang mati.11
Pada ayat 8 Paulus berkata, "Hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih
dari tubuh ini untuk
menetap pada Tuhan." Perbedaan antara "beralih dari tubuh ini" dan "menetap pada
Tuhan" jelas
berbicara tentang saat kematian. Beralih dari tubuh berarti tidak lagi hadir
bergabung dengan tubuh yang
fana, dan menetap pada Tuhan berarti berkumpul bersama dengan Kristus; keadaan
ini jauh lebih indah
dan kaya dari keadaan Paulus di dunia ini.12
Dari penggalian perikop ini kita dapat mencatat beberapa hal tentang
intermediate state: (1) Orangorang
percaya yang telah mati di dalam Kristus akan segera bersama dengan Kristus di
dalam suatu
keadaan yang bersifat sementara; (2) Selama berada dalam intermediate state
mereka telah menerima
kemuliaan sorgawi walaupun dalam fase itu keberadaan mereka belum sempurna dan
masih menunggu
saat kebangkitan tubuh pada saat parousia atau kedatangan Tuhan Yesus kedua
kali. Walaupun
demikian keadaan ini jauh lebih baik daripada keadaan kita sekarang ini.
Page 6 of 10 Di Manakah Orang-orang Yang Telah Meninggal Dunia Berada? - Benny
Solihin
Filipi 1:20-23
Perikop ini adalah bagian dari situasi Paulus yang diceritakan di Filipi
1:12-26. Paulus mengalami
situasi buruk yaitu pemenjaraannya, tetapi ia bersaksi bahwa apa yang
kelihatannya sebagai malapetaka
ternyata menjadi kemajuan bagi injil. Ia juga berbicara tentang motif
penginjilan yang tidak benar dari
beberapa orang, dan terakhir, ia merefleksikan dilemanya sendiri tentang
kehidupannya di kemudian
hari.
Pada bagian ini (ay. 20-23), dua kali ia menyiratkan bahwa kematian baginya
bukanlah sesuatu
kerugian atau ketakutan, sebaliknya itu merupakan keuntungan (ay. 21), dan
keadaan yang jauh lebih
baik daripada hidupnya yang sekarang (ay. 23). Namun, tentu saja ia tidak
mempunyai kuasa untuk
menentukan mati atau hidup dirinya sendiri karena semua itu adalah hak Tuhan.
Yang pasti, ia
memegang satu prinsip dasar yaitu Kristus harus dimuliakan di dalam tubuhnya,
baik oleh hidupnya,
maupun oleh matinya (ay. 20).
Richard R. Melick, Jr.13 dan Hanhart14 menyatakan bahwa Paulus tidak
mendiskusikan doktrin
intermediate state sama sekali dalam bagian ini. Ia hanya mengungkapkan
keyakinannya bahwa jika ia
mati, ia akan beruntung karena kematian adalah suatu keberangkatan menuju
hadirat Tuhan. Tetapi,
Hoekema melihat bahwa bagian ini masih memberikan sedikit gambaran tentang
intermediate state,
yaitu dari pandangan Paulus yang mengatakan bahwa kematian dan berkumpul dengan
Yesus itu jauh
lebih baik. Ia juga mengatakan bahwa dari paham ini kita mempunyai dasar untuk
menolak pengajaran
tentang soul-sleep, karena bagaimana mungkin jiwa yang tertidur atau
non-existence dapat menjadi jauh
lebih baik daripada keadaan yang sekarang?15
Jadi, kesimpulan tentang intermediate state dari bagian ini adalah: (1) Bagi
orang percaya,
kematian adalah keberangkatan untuk berkumpul bersama dengan Kristus; (2)
Kehidupan orang percaya
setelah kematian jauh lebih baik daripada sebelumnya.
1 Tesalonika 4:13-17
Dalam bagian ini Paulus membicarakan satu persoalan pastoral yang serius yang
sedang dialami
jemaat Tesalonika. Mereka sangat berduka dan kehilangan harapan karena
memikirkan beberapa orang
dari mereka yang mati sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Dalam
pengertian mereka
orang-orang yang meninggal akan kehilangan kesempatan untuk ikut berbagi dalam
hari yang besar itu.
Dari sini kita dapat menduga bahwa mereka mengira kedatangan Kristus itu akan
terjadi dengan segera.
Frase "mereka yang telah meninggal dunia" dalam ayat 13-15 diterjemahkan oleh
beberapa versi
penerjemahan Alkitab (KJV, NIV, ESV) dengan "mereka yang tertidur," karena
orang-orang percaya
yang mati sering disebut sedang tertidur baik di dalam Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru.16
Perhatikan bahwa Paulus tidak mengatakan bahwa orang Kristen tidak boleh
berdukacita karena
kematian seseorang yang dicintai, tetapi yang ia tekankan adalah jangan
berdukacita seperti orang lain
yang tidak mempunyai pengharapan. Ayat 14 menunjukkan dasar pengharapan Kristen
tersebut, yaitu
Yesus yang telah bangkit. Mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan
dikumpulkan Allah bersamasama
dengan Dia. Ini menunjukkan adanya jaminan dan kepastian bahwa orang-orang
percaya akan
menetap bersama dengan Kristus. Dalam ayat 15 Paulus menegaskan kepada jemaat
Tesalonika bahwa
mereka yang telah meninggal lebih dahulu tidak akan rugi pada saat kedatangan
Tuhan Yesus yang
Page 7 of 10 Di Manakah Orang-orang Yang Telah Meninggal Dunia Berada? - Benny
Solihin
kedua kali, karena mereka akan lebih dahulu dibangkitkan (ay. 16). Sesudah itu,
semua akan diangkat
bersama-sama (ay. 17).
Kesimpulan yang dapat kita petik tentang intermediate state dari perikop ini
adalah: (1) Sekali lagi
ditegaskan, orang-orang yang meninggal akan tetap bersama dengan Kristus; (2)
Pada hari kedatangan
Tuhan Yesus kedua kali mereka akan mendapat tubuh kebangkitan terlebih dahulu
dari mereka yang
masih hidup pada saat itu.
Wahyu 6:9-11
Pembukaan meterai yang kelima oleh Anak Domba memperlihatkan di bawah mezbah ada
jiwajiwa
orang-orang yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena
kesaksian yang mereka
miliki. Para martir itu mengajukan satu pertanyaan penting, "Berapa lamakah
lagi, ya Penguasa yang
kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada
mereka yang
diam di bumi?" (ay. 10). Sebagai jawaban atas pertanyaan itu mereka
masing-masing diberi sehelai
jubah putih dan diminta menunggu sampai genap jumlah kawan-kawan pelayan dan
saudara-saudara
mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.
Beberapa penafsir berpendapat bahwa pemberian jubah putih ini merupakan suatu
pelukisan akan
tubuh spiritual atau tubuh mulia di dalam intermediate state. Tubuh mulia itu
diberikan tanpa menunggu
kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Kepada mereka dikatakan bahwa mereka harus
beristirahat
(menunggu) sedikit waktu lagi sampai genap jumlah kawan-kawan pelayan dan
saudara-saudara mereka
yang dibunuh sama seperti mereka. Leon Morris menjelaskan,
Itu tidak berarti bahwa Allah menginginkan suatu jumlah angka yang khusus dari
jiwa-jiwa
para martir dan Ia menunggu sampai jumlah itu terpenuhi. Yang benar adalah Allah
bekerja
berdasarkan rencana-Nya dan dalam rencana-Nya ada tempat untuk martir-martir
lain.
Rencana itu tidak bisa diperlambat atau dipercepat.17
George E. Ladd meragukan bila perikop ini menceritakan tentang intermediate
state, terutama
Wahyu 6:9, "Aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh
karena firman
Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki." Ia berpendapat bahwa ia
adalah suatu metafora
untuk menjelaskan kematian para martir dan tidak mengatakan tentang tempat
tinggal setelah
kematian.18 Hanhart juga mengambil posisi yang sama dengan Ladd.19 Tetapi saya
kurang sejalan
dengan pendapat mereka. Bila kita perhatikan dengan lebih seksama, maka kita
akan melihat bahwa para
martir itu ada dalam keadaan sementara, belum final. Mereka masih harus menunggu
sesuatu yang akan
datang. Jelas ini melukiskan intermediate state.
Dari bagian ini kita coba menyimpulkan tentang intermediate state. (1)
Orang-orang percaya yang
mati di dalam Kristus dan yang ada bersama dengan Kristus di dalam keadaan
sementara mempunyai
kesadaran identitas. (2) Di dalam intermediate state mereka telah menerima tubuh
spiritual atau tubuh
mulia untuk sementara, dan itu akan menjadi sempurna pada saat kedatangan Tuhan
Yesus yang kedua
Page 8 of 10 Di Manakah Orang-orang Yang Telah Meninggal Dunia Berada? - Benny
Solihin
kali ke dunia untuk membangkitkan orang-orang yang telah mati.
KESIMPULAN
Setelah melakukan penggalian di atas, sekarang tiba waktunya untuk kita menarik
kesimpulan
teologis tentang intermediate state. Pertama, Alkitab, baik Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru,
menyatakan ada kehidupan setelah kematian. Kedua, jiwa orang-orang yang telah
meninggal dunia, baik
orang percaya atau orang tidak percaya, tidak langsung masuk ke dalam sorga atau
neraka, tetapi berada
di dalam suatu tempat sementara sampai kedatangan Tuhan Yesus kedua kali.
Ketiga, di dalam
intermediate state, mereka hidup dengan kesadaran penuh: mengenal identitas diri
mereka, dapat
berpikir, berbicara, merasa dan saling mengenali. Dengan demikian doktrin
soul-sleep tidak dapat kita
terima. Keempat, di sana orang-orang jahat akan menerima hukuman dan
kesengsaraan di alam maut
yang disebut hades sebelum mereka pada akhirnya akan mendapat hukuman kekal di
neraka (gehenna).
Kelima, sebaliknya orang-orang percaya akan menetap bersama dengan Kristus dan
menerima tubuh
spiritual atau tubuh mulia untuk sementara dan itu akan menjadi sempurna pada
saat kedatangan Tuhan
Yesus yang kedua kali ke dunia untuk membangkitkan orang-orang mati. Pengertian
ini menyangkal
doktrin instantaneous resurrection pola pertama yang mengatakan bahwa jiwa
orang-orang percaya
akan segera dibangkitkan setelah kematian namun tanpa tubuh.
Keenam, orang-orang percaya akan mengalami penghiburan dan kebahagiaan dalam
persekutuan
dengan Kristus. Walaupun dalam fase ini mereka belum sempurna -- masih menunggu
saat kebangkitan
tubuh pada saat parousia-- tetapi kemuliaan ini jauh lebih baik daripada
kemuliaan mereka di dunia.
Ketujuh, pada hari kedatangan Tuhan Yesus kedua kali mereka akan mendapat tubuh
kebangkitan
terlebih dahulu daripada mereka yang masih hidup pada saat itu. Kemudian,
bersama-sama dengan
orang-orang percaya yang masih hidup mereka akan diangkat untuk bertemu dengan
Tuhan di udara dan
masuk ke dalam sorga. Atas dasar ini, kita tidak menerima doktrin instantaneous
resurrection pola
kedua yang mengajarkan bahwa orang-orang percaya yang mati akan dibangkitkan
segera dengan tubuh
mereka, dan dengan demikian, kebangkitan tubuh akan diterima sesaat setelah
kematian. Terakhir,
orang-orang yang telah meninggal dunia tidak mempunyai kesempatan untuk
berpindah tempat dari
hades ke pangkuan Abraham dan sebaliknya. Dengan demikian, kita jelas menolak
ajaran purgatori.
1 Introducing Christian Doctrine (edisi kedua; Grand Rapids: Baker, 2001) 378.
2 James Leo Garrett, Jr., Systematic Theology: Biblical, Historical and
Evangelical (vol. 2; Grand
Rapids: Eerdmans, 1995) 677.
3 Renewal Theology (Grand Rapids: Zondervan, 1992) 400.
4 Dikutip dari Stephen H. Travis, Christian Hope & the Future (Downers Grove:
InterVarsity, 1980)
110.
5 Garrett, Systematic Theology 675-676.
Page 9 of 10 Di Manakah Orang-orang Yang Telah Meninggal Dunia Berada? - Benny
Solihin
6 Intermediate State in the New Testament (Holland: Franeker, 1966) 197.
7 Frederick W. Danker, Jesus & the New Age (Philadelphia: Fortress, 1988) 287.
8 Anthony A. Hoekema, The Bible and the Future (Grand Rapids: Eerdmans, 1979)
103.
9 Loraine Boettner, Immortality (Philadelphia: Presbyterian & Reformed, 1967)
34-35.
10 F.F. Bruce, I & II Corinthians (NBC; Grand Rapids: Eedermans, 1990) 201.
11 Hoekema, The Bible 104-106.
12 Ibid. 106.
13 Philippians, Colossians, Philemon (NAC; Nashville: Broadman, 1991) 86.
14 Intermediate State 184.
15 The Bible 103.
16 William Hendriksen, 1 & 2 Thessalonians (NTC; Grand Rapids: Baker) 109-110.
17 Revelation (TNTC; Grand Rapids: Eerdmans, 1987) 106.
18 The Last Things (Grand Rapids: Eerdmans, 1978) 39.
19 Intermediate State 233.
Sumber: VERITAS 4/2 (Oktober 2003) 225-237
http://www.geocities.com/reformed_movement/artikel/intermediatestate.html
http://www.geocities.com/reformed_movement
Page 10 of 10 Di Manakah Orang-orang Yang Telah Meninggal Dunia Berada? - Benny
Solihin