SUMBER KRISTEN: DAMAI DI BUMI

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

DAMAI DI BUMI
Pdt. Dr. Stephen Tong
Dua ribu empat ratus (2400) lebih tahun yang lalu, seorang filsuf yang bernama Empedokles (492-
432 SM) mengatakan: "Di dalam seluruh alam semesta, hanya ada dua kekuatan: kekuatan yang
mempersatukan dan kekuatan yang memisahkan." Apakah kekuatan yang mempersatukan itu? Itu
adalah kekuatan cinta kasih. Dan apakah kekuatan yang memisahkan, yang menceraikan, yang
memecahkan? Itu adalah kebencian. Melalui pertemuan yang akhirnya mempersatukan, manusia
menikmati cinta yang sejati. Melalui perceraian yang memecahbelah manusia, manusia terkutuk di
dalam kebencian. Namun demikian, filsuf-filsuf yang tertinggi di dalam dunia belum pernah
memberikan jawaban atas pertanyaan: Dari manakah cinta yang sesungguhnya itu dan bagaimana kita
dapat mengalahkan kebencian?
Malam natal ini kita boleh berkumpul bersama dan mendengarkan suatu khotbah yang bertema:
Melalui Natal ini, kita sekali lagi diingatkan kalau Tuhan menyatakan bahwa
hanya cinta kasih yang kekallah yang boleh mengalahkan segala kelalaian,
kebencian, kesalahan, perbuatan dosa, dan segala permusuhan di dalam dunia
ini.
Kita bersyukur, berterima kasih karena Tuhan senantiasa membuka kedua
tangan dengan lebar untuk menyambut manusia kembali kepada Tuhan. Tuhan
telah mempersiapkan keselamatan, pengampunan dan segala anugerah untuk
membawa manusia kembali kepada Tuhan.
Pada malam ini sekali lagi kita datang kepada Tuhan dengan segala kerendahan
hati dan kerinduan jiwa, berkata kepada Tuhan, "Kiranya cinta kasih-Mu
menghantar kami kembali kepada Tuhan dan kebenaran-Nya."
Page 1 of 11 Damai di Bumi - Pdt. Dr. Stephen Tong
'Damai di Bumi'. Namun khususnya pada akhir tahun 2001 ini, beribu-ribu orang, berjuta-juta jiwa
manusia tidak bisa mengalami perdamaian. Betapa besar pengharapan kita agar damai segera tiba. Pada
waktu kita membicarakan kalimat ini: 'Damai di Bumi', kita melihat di bumi Indonesia pun tetap ada
daerah-daerah yang tidak ada perdamaian: manusia dipaksa untuk disunat, orang Kristen dikepung,
jalan-jalan keluar kota ditutup, gereja dibakar, kebencian masih melanda di sana-sini. Di Afganistan
banyak orang tidak bersalah terkena bom, hanya karena seorang yang berani membunuh orang lain
tetapi tidak berani menyatakan: saya harus mati, jangan orang lain yang mati. Pemerintah Taliban bukan
pemerintah yang mencintai rakyat. Dia lebih mencintai seorang pemimpin pembunuh dan membiarkan
rakyat dibunuh lebih banyak.
Mungkinkah di dunia ini ada damai? Adakah damai sejahtera yang sesungguhnya? Mungkinkah
ada cinta kasih yang mempersatukan manusia kembali dari cerai-berai, pecah-belah dan segala macam
kebencian yang sudah melanda seluruh kebudayaan dan seluruh tanah di dunia ini?
Dari dahulu terkenal ada empat (4) hal yang membuat kita berperang: pertama kuasa, kedua harta,
ketiga perempuan dan keempat agama. Empat hal ini menjadi sumber, menjadi sesuatu penyebab
dimana manusia merebut, manusia tidak lagi mengindahkan sesama, tidak lagi memperdulikan hidup
dan bahagia orang lain. Asal saya bisa mendapat uang, saya akan membunuh habis, saya akan
menghancurkan semua kompetitor saya. Jikalau saya bisa mendapatkan kuasa, saya akan
menghancurkan, meremukkan semua orang yang bersaing dengan saya. Jikalau saya bisa mendapatkan
perempuan yang saya mau, saya akan bunuh orang lain yang menginginkan dia juga. Dan jikalau saya
memutlakkan agama saya, biar saya membunuh semua orang beragama yang lain, sehingga agama saya
menjadi agama satu-satunya di dunia. Apakah hal-hal ini kehendak Tuhan? Apakah benar kita harus
berperang? Apakah harta atau wanita (nafsu) atau kuasa atau agama itu memang patut menjadi penyebab
kita berperang satu dengan yang lain? Saya kira tidak demikian.
Pada waktu Yesus lahir di dalam palungan, malam itu malaikat menyatakan diri kepada
penggembala-penggembala yang berada di padang, di tengah-tengah malam yang sejuk, mungkin
dingin. Malaikat itu memberikan cahaya, memberikan kehangatan, dan berkata, "Jangan takut karena
hari ini diberitakan kepada engkau kabar kesukaan yang bersangkut-paut dengan segala
bangsa" (terjemahan sendiri, Lukas 2:11). The good news for all nations. Not only good news for this
city, this town, this small place, this province of this country, but good news for all nations! Ada kabar
berita yang baik untuk segala bangsa, untuk seluruh umat di dalam dunia!
Barangsiapa mementingkan diri sendiri, mementingkan sekelompok minoritas, orang itu tidak
mungkin menjadi berkat bagi umat manusia. Barangsiapa mempunyai pikiran, sampai besarnya
mencakup seluruh umat seluruh dunia, orang itu mempunyai jiwa yang sangat dekat dengan Tuhan.
Karena dari Tuhan, dari tempat yang tertinggi, dikirim malaikat yang mengatakan kalimat ini: 'Kabar
kesukaan adalah kabar yang bersangkut-paut dengan segala bangsa'. Mari kita berdoa untuk Bangsa
Indonesia. Bukan hanya untuk Bangsa Indonesia saja, tapi juga untuk Bangsa Filipina, Bangsa Malaysia,
Bangsa Thailand, Bangsa Birma, Bangsa Tiongkok, Bangsa Amerika, Bangsa Afrika, Amerika Selatan,
Argentina dan semua bangsa! Karena seluruh umat manusia diciptakan oleh satu Tuhan saja. Seluruh
bangsa berasal dari satu Tuhan saja.
Di dalam Kisah Para Rasul 17:26, dikatakan: 'Dari satu sumber saja, Dia menciptakan segala
bangsa - From one origin, He created all races...' Allah adalah Allah dari orang Yahudi, Allah orang
Yunani, Allah dari orang kafir, Allah dari orang percaya, Allah dari orang atheis, Allah dari orang
komunis, Allah dari orang yang beragama, Allah dari orang yang tidak beragama - sebab semua bangsa,
seluruh umat manusia diciptakan hanya dari satu sumber. Dan Tuhan dengan sabar menanti, menunggu
orang-orang atheis, orang yang melawan Dia, orang yang tidak beragama dan orang beragama yang
jatuh ke dalam dosa, kembali kepada Dia.
Page 2 of 11 Damai di Bumi - Pdt. Dr. Stephen Tong
Malaikat berkata: 'Inilah suatu berita kabar baik untuk segala bangsa'. Lalu diberikan dua kalimat
yang indah mengenai suatu relasi vertikal antara surga dan bumi: 'Di tempat yang mahatinggi,
kemuliaan bagi Allah; di bumi, damai bagi orang yang diperkenan oleh-Nya. (Lukas 2:14). Di sini kita
melihat kabar kesukaan ini mengarah kepada dua kutub. Yang tertinggi, di surga, Tuhan mendapatkan
kemuliaan. Dan yang paling rendah, manusia yang begitu berdosa, yang begitu najis, diberi perdamaian
dan kita boleh hidup berkenan kepada Dia.
Apakah peperangan itu perlu? Apakah damai itu mutlak? Tiga minggu yang lalu, saya beserta seorang
pemimpin Budhisme yang tertinggi di Malaysia berdiri, duduk dan berpidato bersama-sama di suatu
aula hotel berbintang 5 yang terkenal. Kapasitas 1.500 tempat duduk ternyata tidak cukup, karena yang
hadir 2.600 orang. Aula itu begitu penuh sesak, sampai yang hadir duduk berjejal-jejal di atas karpet dan
ada yang naik ke atas mimbar. Saya berpidato mewakili Kristen, apakah tanggapan agama Kristen
tentang perang. Dia berpidato mewakili Budhisme, agama Budha, apakah pandangan agama Budha
tentang perang. Kalimat-kalimat yang keluar darinya semua bagus. Dia mengatakan bahwa dengan
kekerasan melawan kekerasan, kekerasan itu tidak mungkin lenyap dari bumi. Itulah kalimat dari Budha,
kalimat dari Sakyamuni, kalimat dari pemimpin agama yang besar itu. Setelah setengah jam dia
berceramah, maka tibalah giliran saya.
Saya berkata bahwa semua kebudayaan yang agung, kebudayaan yang tinggi pasti mencintai
perdamaian. Demikian agama yang benar, pasti mencintai perdamaian. Lalu saya mengkutip dari Kong
Fu Tse yang mengatakan: Kalau orang itu baik kepadamu, jangan lupa baik kepada orang itu juga.
Tetapi kalau ditanya: Bagaimana kalau orang tidak baik kepada saya? Jawabnya: saya harus tegas, lurus,
jujur; Bukan balk kepada dia, tetapi tegas menyatakan pendirian saya. Kong Fu Tze tidak mengajarkan
balas dendam. Kong Fu Tse hanya mengajarkan: jujur, tegas, tegakkan pendirianmu, tidak berubah,
engkau tetap jalankan apa yang harus dijalankan meskipun tidak disetujui oleh orang lain.
Saya mengutip orang kedua, yaitu Lao Tze. Lao Tze mempunyai pikiran lebih tinggi daripada Konfusius
di dalam hal ini, karena dia mengatakan: Orang yang jahat kepada kamu, perbuatlah hal yang baik
kepada dia. Kalau dia tidak baik kepada engkau, engkau jangan tidak baik kepada dia. Kalau dia tidak
baik kepada engkau, biarlah engkau baik kepada dia. Mungkin engkau akan merubah hidupnya. Tetapi
ini masih kurang!
Saya mengutip lagi kalimat yang dikutip oleh biksu pemimpin itu: Memang dengan kekerasan tidak bisa
menghentikan kekerasan, karena kekerasan tidak mungkin dimusnahkan melalui kekerasan. Tetapi tidak
ada yang lebih dalam dari ajaran Tuhan Yesus yang mengatakan: Cintailah musuhmu dan berdoalah
bagi orang yang menganiaya kamu (Matius 5:44). Cintai musuh? Berdoa bagi orang yang menganiaya?
Ini bukan teori! Ini sesuatu pengorbanan yang sulit dilakukan oleh siapapun yang pernah dilahirkan oleh
wanita.
Di Jawa Timur, pada waktu ada suatu gereja dibakar, orang-orang jahat itu sengaja menutup semua
pintu karena mereka tahu pendeta masih berada di dalam. Supaya pendeta itu tidak bisa keluar, pintu
dikunci dengan kuat dari luar, tidak mungkin dia bisa keluar. Setelah itu, mereka baru membakar gereja
itu. Seluruh gereja hangus. Hari kedua setelah pembakaran itu, mereka mulai masuk, mencari apakah
masih ada yang belum terbakar. Mereka menemukan pendeta itu dalam sikap sedang berlutut, sedang
berdoa. Pendeta itu dibakar sampai mati hangus, sikapnya masih berdoa. Mulai hari itu, banyak orang
yang membakar gereja menegur hati sendiri, sedih, mengapa ada orang seperti ini. Saya membenci dia,
namun dia mendoakan saga. Saya membakar dia, namun dia masih mencintai saya. Mereka berubah
agama menjadi orang Kristen.
Bolehkah ada perang? Perlukah ada perang? Apakah permusuhan tidak bisa dihindarkan? Jawabnya
adalah permusuhan memang tidak bisa dihindarkan. Engkau bilang baru saya khotbah begitu indah, saya
Page 3 of 11 Damai di Bumi - Pdt. Dr. Stephen Tong
bilang cinta kasih mengalahkan kebencian. Mengapa mendadak mengeluarkan kalimat ini? Kalimat ini
bukan keluar dari mulut saya. Kalimat ini keluar dari mulut Tuhan Allah sendiri! Permusuhan tidak bisa
dihindarkan. Kebencian dan peperangan harus ada. Tetapi peperangan dan kebencian dengan maksud
yang bagaimana? Mari kita mengerti.
Tuhan berkata: 'Ular, karena engkau telah menggoda manusia, sehingga mereka melawan
kehendak-Ku, mereka melanggar perintah-Ku, maka engkau harus dikutuk. Dan sekarang saya
menetapkan suatu permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunan
perempuan ini. Keturunan perempuan ini akan meremukkan kepalamu, tapi engkau hanya bisa
meremukkan kaki-Nya (Kejadian 3:15). Maka pasal ketiga dari kitab Kejadian atau pertama kali
manusia berbuat dosa, di situ Tuhan langsung mengatakan: harus ada permusuhan, harus ada
peperangan. Ini tidak bisa dihindarkan.
Di dalam ceramah/pidato saya kepada 2.600 orang di Malaysia itu, banyak pemimpin agama yang
berada di situ. Saya menantang mereka semua dengan satu kalimat: Pernahkah suatu negara, karena
menerima suatu agama lalu membubarkan tentaranya? Tidak ada! Sejak dulu sampai sekarang, sejak
jaman dulu sampai hari ini, sejak beribu-ribu tahun yang lalu sampai hari ini, abad ke-21, tidak pernah
ada satu negara yang karena menerima semacam agama lalu membubarkan tentaranya, lalu
menghentikan peperangan. Tidak ada. Bahkan Swiss yang terkenal paling damai, tidak pernah mau ikut
kelompok apapun, betul-betul dari dulu nonblok (sebelum ada kelompok nonblok, Swiss sudah
nonblok.) Tapi Swiss tetap memiliki tentara, karena itu engkau tidak heran melihat Swiss Army Watch.
Negara yang paling damai tetap ada tentara, berarti peperangan tidak mungkin berhenti, permusuhan
harus ada dan yang mengatakan kalimat ini adalah Tuhan Allah sendiri. Tuhan mengatakan tidak boleh
tidak ada, ada permusuhan antara engkau dengan perempuan ini. Manusia harus berperang. Berperang
terus tak habis-habis. Dan peperangan ini dinubuatkan oleh Tuhan Allah.
Tuhan Allah bernubuat berkali-kali melalui nabi, tetapi kali itu tidak melalui siapa-siapa, tapi dari
mulut Tuhan Allah sendiri. Maka Kejadian 3:15 itu adalah nubuat yang menjadi dasar semua nubuat. Itu
adalah nubuat yang paling hakiki. Nubuat yang paling penting. Nubuat ini adalah nubuat yang menjadi
dasar bagi semua nubuat yang lain. Dengan kata lain, semua nubuat dalam Perjanjian Lama hanya
menjadi footnote, hanya menjadi catatan kaki di bawah, yang mendukung nubuat dari Tuhan Allah itu
sendiri. Itu sebab saya katakan: `Mari kita jangan melarikan diri dari fakta. Mari kita jangan
mengatakan: damai, damai, lebih baik tidak ada perang. Itu mimpi! Mari kita perang! Tetapi perang apa?
Perang untuk apa? Perang macam apa? Perang sifat apa? Permusuhan kepada siapa?'
Istilah jihad di dalam Islam tidak seharusnya diterjemahkan atau ditafsirkan sebagai melawan orang
yang berbeda agama, lalu dibunuh habis. Itu ajaran sesat, bukan Islam yang asli. Jihad boleh diartikan
berperang dulu dengan nafsu dan berahimu yang tidak patut, yang tidak patuh kepada perintah Allah.
Tuhan berkata: 'Ada permusuhan antara ular dan perempuan, antara keturunan ular dan keturunan
perempuan; Namun bukan keturunan ular dan keturunan perempuan yang berperang, tetapi ular yang
berperang dengan keturunan perempuan dan keturunan perempuan yang mengalahkan, meremukkan
kepala ular.' Dalam kalimat ketiga itu mendadak tidak lagi terjadi suatu perbandingan yang setaraf,
karena ular sendiri yang akan memerangi keturunan perempuan, bukan keturunan ular. Dan keturunan
perempuan yang satu-satunya itu yang akan meremukkan kepala ular. Di sini Tuhan memberikan suatu
pengharapan kepada manusia. Tuhan memberikan suatu nubuat yang mengandung hari depan yang
cerah bagi manusia. Manusia sudah berdosa, sudah jauh dari Tuhan. Kau sudah terjerumus di dalam
kejahatan. Kau sudah digoda oleh iblis. Namun demikian Tuhan memberikan janji. Tuhan memberikan
suatu janji menuju suatu prospek yang cerah. Pada hari depan, ada seorang Anak yang disebut benih
perempuan, yang disebut keturunan tunggal dari perempuan akan meremukkan kepala ular yang adalah
setan itu. Mulai hari itu, peperangan itu menjadi peperangan yang menjadi dasar damai.
Page 4 of 11 Damai di Bumi - Pdt. Dr. Stephen Tong
Waktu itu saga berkata tidak ada agama yang akhimya bisa menghentikan perang. Itu sebabnya,
jangan kita bicara teori yang tinggi-tinggi: damai, damai, jangan perang. Saya mengatakan, mewakili
orang Kristen saya berkata: Alkitab tidak pernah mendorong perang. Alkitab juga tidak pernah melawan
perang. Alkitab bahkan pernah memerintahkan Israel pergi membunuh 7 suku orang Kanaan. Dengan
peperangan, hancurkan mereka, satupun tidak boleh tinggal!
Engkau berkata: Bukankah ini mengajak, mengajar perang supaya orang Israel membunuh bangsa
lain? Tidak! Ini adalah semacam perintah, sehingga orang Israel pada waktu itu harus menghabiskan
orang-orang yang terlalu berbuat dosa itu. Orang Israel dipakai oleh Tuhan sebagai algojo. Ketika algojo
membunuh orang, algojo itu tidak perlu dimasukkan ke penjara, karena algojo itu melakukan perintah
untuk melaksanakan keadilan. Pembunuhan yang dilakukan algojo tidak termasuk melanggar 10 hukum:
'Jangan engkau membunuh', karena itu merupakan suatu hal yang harus dilakukan. Dengan demikian,
bukan berarti Allahnya orang Kristen, Allahnya Alkitab adalah Allah yang kejam karena memerintahkan
suatu bangsa pergi membunuh suku-suku yang lain. Saya mengatakan, itu justru menyatakan bahwa
Allah di dalam Alkitab adalah Allah yang penuh cinta kasih kepada manusia.
Pada waktu saya berbicara sampai poin ini, banyak orang yang menengadahkan kepalanya ke atas,
matanya melotot melihat, bagaimana jawabnya, bagaimana penjelasannya? Saya memberikan
penjelasan: karena ke tujuh suku yang harus dibasmi itu adalah suku-suku yang melangsungkan
perzinahan dalam kuil-kuil mereka. Mereka masuk ke dalam kuil, menyembah dewa-dewa, dansa-dansa
di dalam. Di tengah-tengah acara penyembahan, mereka membuka seluruh pakaian mereka, lalu laki -
laki dan perempuan bergaul, bergiliran berzinah di dalam kuil itu. Tuhan mengatakan: Jikalau memakai
agama, tetapi caranya begitu najis, begitu berzinah, Saya harus hancurkan mereka, tidak tinggal satupun,
kalau tidak seluruh umat manusia dari 3.000 tahun yang lalu semua sudah terkena AIDS.
Mengapa Tuhan menyuruh Israel membunuh ke tujuh suku itu? Apakah karena Tuhan itu kejam?
Apakah Tuhan itu kurang cinta kasih? Justru tidak! Karena Tuhan mengasihi isi dunia, sehingga Tuhan
membasmi orang yang terlalu jahat!
Saya percaya Osama bin Laden harus mati. Kalau tidak, keberanian orang membunuh sesama akan
bertambah. Konferensi sedunia Islam yang baru selesai menyatakan bahwa terorisme bukan rumusan
dari agama Islam. Jikalau konferensi itu diadakan di Indonesia dan seluruh dunia setuju bahwa terorisme
itu bukan rumusan Islam, maka kita percaya masih ada kemungkinan untuk saling menghormati, saling
berdamai antaragama.
`Damai di Bumi; ini bukan omong kosong, ini mungkin. Dan `Damai di Bumi' mungkin
memerlukan peperangan dulu. Peperangan untuk menghancurkan mereka yang tidak mau damai.
Peperangan menghancurkan terorisme yang menjadi ancaman lestari dari seluruh umat dunia.
Kita berada di bumi Indonesia, bumi yang begitu subur, yang begitu dicintai oleh Tuhan, bumi
yang penuh dengan segala anugerah, segala hasil bumi yang kaya lebih daripada di tempat-tempat lain.
Tetapi jikalau bumi ini dilanda dengan kebencian dan bukan dilanda oleh cinta kasih dari Tuhan, maka
hari depannya akan menjadi lenyap, akan menjadi sangat suram. Meskipun kaya di dalam harta benda,
harta benda yang Tuhan simpan di bawah tanah untuk keturunan kita terus-menerus, kita mungkin akan
menjadi negara yang paling miskin secara faktual.
Lalu bagaimanakah kita bisa mencapai damai yang sesungguhnya? Tuhan berkata: 'Ada benih
perempuan yang akan menghancurkan kepala ular itu: Benih perempuan itu bukan siapa, bukan banyak
orang, bukan setiap orang yang dilahirkan oleh wanita, tetapi hanya satu, satu-satunya yang dilahirkan
oleh seorang perawan, seorang anak dara, seorang yang belum pernah disentuh laki-laki, belum pernah
Page 5 of 11 Damai di Bumi - Pdt. Dr. Stephen Tong
berhubungan seks dengan pria. Perawan itu adalah perawan satu-satunya yang dipakai Tuhan. Dengan
tubuh wanita yang lembut, dia akan menaungi seorang pria yang gagah perkasa. Tuhan berkata melalui
Yesaya: `Lihatlah bahwa Tuhan Allah sendiri akan memberi pertanda kepadamu, yaitu seorang
perempuan muda akan melahirkan seorang anak dan namanya adalah Immanuel (Yesaya 7:14).
Dalam bahasa Ibrani, manu artinya manusia. Istilah manusia dalam bahasa Indonesia adalah istilah
yang dipengaruhi oleh bahasa Arab dan dipengaruhi oleh bahasa Ibrani, bahasa dalam Alkitab. Manu itu
manusia. Sedangkan El itu adalah Allah, Elohim. Immanuel berarti Allah beserta dengan kita yang
sebagai manusia, Allah beserta dengan kita.
Jikalau hari ini presiden datang, kita tepuk tangan, kita beri tempat duduk yang paling tinggi. Apa
mulianya? Dia cuma seorang
manusia! Banyak presiden yang pada waktu berada di tahta diberi tepuk-tangan, lalu sebelum turun
dicaci-maki. Dengan mata di atas kepala kita sendiri kita melihat, dalam beberapa tahun ini Indonesia
sudah mengganti berapa presiden? Dari Soeharto menjadi Habibie, dari Habibie menjadi Gus Dur, dari
Gus Dur menjadi Megawati. Apalagi? Tidak tahu. Mereka sebelum naik diharapkan, sesudah naik
ternyata begitu saja. Jikalau presiden hadir di sini, kita bermegah, kita foto. Jikalau presiden ada di sini,
engkau bangga? Bangga! Tetapi saya lebih bangga kalau Tuhan beserta kita! Tuhan beserta kita,
meskipun presiden tidak ada, jenderal tidak ada, gubernur tidak ada, tidak apa! Tuhan beserta dengan
kita! Tuhan beserta dengan kita itu namanya Immanuel!
Lalu saya mau tanya: Bayi yang dilahirkan oleh anak perempuan muda, siapakah yang berhak
memberikan kepada kita jaminan bahwa dia itulah Immanuel? Siapakah bayi yang dilahirkan oleh
perempuan muda yang berhak disebut dengan nama Immanuel? Itulah sebabnya di dalam Alkitab,
Perjanjian Lama memakai istilah yang tidak boleh luput, tidak boleh tidak hanya satu arti: perawan,
perawan, perawan, anak dara. Memang di dalam Yesaya 7:14, Yesaya memakai istilah yang tidak harus
diartikan sebagai perawan, boleh diterjemahkan sebagai perempuan muda. Tetapi perempuan muda
melahirkan anak itu tidak heran. Setiap hari di rumah bersalin, banyak perempuan muda yang
melahirkan. Perempuan muda melahirkan itu bukan mujizat, itu umum. Perempuan tua yang melahirkan
itu baru sedikit mujizat. Tuhan akan memberikan pertanda kepadamu. Tuhan akan memberikan suatu
mujizat kepadamu.
Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus menggerakan Matius untuk memakai istilah Yunani parthenos.
Pada waktu istilah parthenos dipakai, ini mengunci semua kemungkinan yang lain, hanya satu-satunya
kemungkinan arti adalah anak dara (Maria) melahirkan Yesus Kristus. Itu disebut keturunan perempuan.
Kita semua dilahirkan oleh perempuan bukan? Kita semua adalah anak-anak kelahiran dari
perempuan. Tetapi kita tidak boleh disebut benih perempuan. Kita tidak boleh disebut sebagai keturunan
perempuan. Kita keturunan perempuan plus laki-laki. Jikalau ibu kita tidak menikah dengan bapak kita,
tidak mungkin kita ada di dunia. Jikalau bapak kita tidak tidur, bersetubuh dengan ibu kita, tak mungkin
kita bereksistensi. Maka kita adalah keturunan laki-laki dan perempuan. Kita adalah keturunan suamiisteri
yang bergabung melahirkan kita. Kita keturunan dari papa-mama kita yang menikah.
Tetapi satu-satunya keturunan perempuan, yaitu Yesus Kristus. Karena malaikat berkata kepada
Yusuf: 'Jangan takut, karena kandungan yang dimiliki oleh Maria itu adalah dari Roh Kudus. Sebab itu
engkau jangan menolak. Engkau jangan membuang Dia. Terima Dia dan sampai hari Dia lahir, beri
nama Yesus. Yesus berasal dari bahasa Grika. Dalam bahasa Ibrani, Yosua. Apa artinya? Juruselamat.
Dia akan diberi nama Yesus, akan diberi nama Yosua, diberi nama Juruselamat karena Dia yang akan
menyelamatkan umat-Nya keluar dari dosa (Matius 1:21).
Di dalam Alkitab ada seorang yang melambangkan Yesus, yaitu Musa. Musa mengeluarkan umat
Page 6 of 11 Damai di Bumi - Pdt. Dr. Stephen Tong
Tuhan dari Mesir. Yesus Kristus mengeluarkan umat Tuhan, bukan dari Mesir tetapi dari dosa.
Juruselamat Yesus Kristus. Bagaimana mengeluarkan kita dari dosa? Bagaimana mengeluarkan kita dari
tangan setan? Kepala setan diremukkan dulu,
baru kita dilepaskan! Pada waktu setan dikalahkan hanya oleh kuasa Yesus Kristus, maka dia tidak
berdaya lagi mencengkeram kita, menahan kita. Dia harus melepaskan semua yang berada di dalam
belenggunya untuk dibebaskan. Dan di situ kita mengalami kemerdekaan yang sejati. Perdamaian itu
menjadi mungkin, karena permusuhan ini diteruskan. Perdamaian itu menjadi mungkin, karena setan
harus dihancurkan. Itulah sebabnya perdamaian yang palsu dan perdamaian yang sejati harus dibedakan
oleh kita.
Ada seorang filsuf Amerika yang paling melawan Kekristenan, sebenarnya dia dan adiknya dilahirkan di
dalam keluarga pendeta. Mengapa keluarga pendeta yang menghasilkan orang yang paling cinta Tuhan,
juga menghasilkan orang yang paling antikristen, paling antikristus? Kedua orang ini adalah orangorang
yang paling melawan kekristenan sepanjang sejarah Amerika. Dua-duanya anak pendeta, samasama
dilahirkan di dalam keluarga pendeta. Saya heran. Saya mencari, menyelidiki. Saya mau
mengetahui sebabnya.
Akhirnya jawabannya adalah memang pendeta itu pendusta. Papa dari kedua orang ini adalah
seorang pendeta yang tidak memiliki panggilan dari Tuhan. Seorang pendeta yang menjadikan
kependetaan menjadi semacam profesi untuk mencari nafkah. Dia selalu main kotor, mengeluarkan
perkataan-perkataan najis, suka mabuk, dan kalau sudah mabuk memukul orang. Namanya jelek luar
biasa. Pendeta yang sekaligus menjadi pendusta. Pendeta yang kejam, bengis. Pendeta yang tidak
mempunyai perikemanusiaan, membuat anak-anaknya benci kepada Tuhan, benci kepada gereja, benci
kepada Yesus Kristus, benci kepada agama Kristen.
Kedua saudara ini suatu hari dipukul setengah mati oleh papanya yang kejam itu. Mereka akhirnya
berjanji: 'Mulai hari ini engkau dan saya, kakak-beradik memberikan sumpah bersama-sama melawan
Tuhan sampai mati'. Adiknya, menjawab: 'Saya setuju.' Kakak-beradik, dua orang itu mengambil
sumpah melawan Tuhan. Kedua saudara ini pada hari itu bersumpah: mulai hari ini kita keliling
Amerika berpidato. Papanya pintar berkhotbah, tetapi hidupnya tak karu-karuan. Anaknya pintar
berkhotbah melawan khotbah. Mereka berdua berpidato, melawan, ke mana saja di Amerika, berdiri di
panggung, di tempat terbuka mencacimaki kekristenan, melawan Alkitab, melawan agama Kristen,
melawan Tuhan Allah. Atheis bertepuk-tangan.
Pada abad ke-19, di seluruh Amerika banyak orang pernah mendengarkan 'kebangunan rohani'
melawan Tuhan dari dua anak pendeta ini. Jaman itu Moody berkhotbah, Billy Sunday berkhotbah, Ira
Sankey bernyanyi, banyak orang melayani Tuhan dengan membuat tenda kebangunan rohani besar.
Kedua saudara ini melawan Yesus, melawan Tuhan.
Dan di dalam tulisan dia, saya masih simpan, dari Ingersoll Brother's, yang hidup di abad ke-19
mengatakan: all the prophecy in the new tastement are all never never, all never fulfill, except one -
nubuat di dalam Kitab Perjanjian Baru tidddak ada yang digenapi, hanya SATU. Wuah, saya tertarik
sekali. Sejak umur 17 tahun, saya betul-betul mau membela kebenaran karena dulu saya sangat tertarik
oleh komunisme, dialektika materialisme revolusionisme, atheisme, maka saya mau mengetahui orang
melawan Tuhan itu karena apa. Mereka melawan Tuhan teorinya apa. Dari apa mereka berani begitu
melawan Tuhan?
Saya membaca makalah itu. Dia mengatakan dengan kalimat begini: Yesus berkata: Aku datang,
jangan kira memberi damai kepada dunia. Aku datang memberi peperangan kepada dunia. Karena Aku,
maka mertua menjadi musuh, menantu dan anak menjadi musuh ibu bapak, saudara menjadi musuh
saudara, keluarga menjadi musuh antara keluarga, musuhmu ada di dalam keluargamu. Itulah nubuat
Page 7 of 11 Damai di Bumi - Pdt. Dr. Stephen Tong
satu-satunya yang terjadi tergenapi dari seluruh Kitab Suci. Saya membacanya dan menggelengkan
kepala. Saya sangat jengkel membaca itu.
Sekarang saya, sebagai hamba Tuhan, mau mencari jalan keluar bagaimana membuktikan kalau
yang dia tulis itu salah, yang Tuhan katakan itu benar. Tuhan Yesus berkata, 'Jangan kira Aku datang
memberikan perdamaian, Aku datang justru memberikan permusuhan.' Lalu saya berdoa di hadapan
Tuhan: 'Berilah kesadaran, berilah bijaksana, berilah keinsafan pengertian kepada saya apa artinya ini.
Lambat-laun Tuhan mencerahkan hati saya. Saya mengerti; Satu keluarga sebelum menjadi Kristen,
mereka damai. Sebelum mereka bertobat, mereka damai. Sebelum mereka menerima Tuhan mereka
bersama-sama ke tempat berjudi, bersama-sama ke tempat yang jahat. Mereka damai karena mereka
mempunyai corak hidup yang sama. Lalu Tuhan mengatakan: 'Aku datang bukan memberikan
perdamaian itu, Aku memberikan peperangan. Sehingga ketika ada orang yang menerima Tuhan, ia
mengerti kebenaran. Setelah mengerti kebenaran, percaya Tuhan, ia mulai dicaci-maki oleh
orangtuanya, dibenci saudaranya, dikeluarkan dari keluarganya. Itu artinya Tuhan datang memberikan
permusuhan!
Tapi Tuhan tidak pernah mengajar orang Kristen untuk memusuhi papa mama, Tidak! Meskipun
engkau dianiaya, meskipun engkau dimusuhi, meskipun engkau diusir, meskipun engkau ditekan, tetapi
berbahagialah engkau kalau dianiaya, karena nabi-nabi sebelum kamu juga dianiaya seperti itu!
Permusuhan itu bukan berasal dari orang Kristen yang bertobat. Tapi karena engkau bertobat, engkau
mengerti Tuhan, engkau cinta Alkitab, maka engkau dimusuhi oleh mereka yang tadinya mempunyai
jiwa yang sama dengan engkau, hidup di dalam dosa. Lalu bagaimana? Ajaran Yesus Kristus: kasihilah
musuhmu, doakan mereka yang menganiaya engkau, sampai mereka bertobat. Peperangan itu harus
terjadi. Tetapi lambat-laun, orang-orang yang tidak setuju engkau beriman kepada Tuhan Yesus,
bertobat. Mereka kembali kepada Tuhan. Setelah mereka kembali, sama-sama menerima Tuhan, samasama
bertobat, sama-sama mendapat hidup yang baru, sekarang mendapat perdamaian yang berbeda.
Perdamaian sebelum menerima Tuhan, peperangan setelah menerima Tuhan dan perdamaian setelah
semua menerima Tuhan; Ini tiga tahap yang berbeda.
Mereka yang dilahirkan di dalam keluarga Kristen, mungkin tidak kenal apa artinya permusuhan
semacam itu. Siapa yang tadinya bukan Kristen lalu bertobat menjadi orang Kristen? Di tengah-tengah
perjalanan hidupmu engkau bertobat, engkau menerima Tuhan dan engkau diperanakkan pula? Engkau
dulu bukan Kristen akhirnya menjadi orang Kristen? Siapakah yang sudah menerima Tuhan, lalu engkau
dimusuhi oleh keluargamu? Bersyukurlah Saudara jika tidak dimusuhi, karena itu berarti Tuhan telah
memberikan keluargamu pengertian yang cukup terhadap engkau. Namun pada waktu peperangan
terjadi, itu sulit luar biasa.
Saya pernah membaca suatu makalah kesaksian seorang Jepang: 'Aku bertobat. Setelah aku bertobat,
aku dipukul dan dikeluarkan oleh ayahku. Dengan kepala pecah berdarah, kaki hampir patah dan
tangisan, saya, hanya dengan memakai sehelai pakaian di atas tubuh ini, keluar dari rumah: Ayahnya
berteriak: `Sampai mati engkau tidak boleh pulang lagi! Karena engkau sudah mengkhianati Shintoisme,
engkau bukan berjiwa Jepang, engkau sudah berjiwa barat, keluar!'
Lalu dia hanya berdoa siang-malam: 'Tuhan, selamatkan ayahku. Tuhan, beri pertobatan kepada
dia: Dia terus berdoa. Sepuluh tahun kemudian, dia dipanggil Tuhan, bukan saja menjadi orang Kristen,
tetapi kemudian menjadi pendeta. Dia masuk sekolah theologi. Dia belajar firman Tuhan. Di dalam
sekolah theologi, pagi-malam ia mendoakan ayahnya, supaya ayahnya menjadi orang Kristen. Ia
meminta Tuhan mengampuni ayahnya. Tapi tak pernah ada perubahan apapun.
Hingga 26 tahun kemudian, terjadi mujizat. Dia menerima sepucuk surat dari ayahnya. Sewaktu
Page 8 of 11 Damai di Bumi - Pdt. Dr. Stephen Tong
membaca surat itu, dia langsung mencucurkan air mata, karena ia tahu itu tanda tangan dari papanya
yang sungguh-sungguh. Kalimat-kalimat dalam surat itu berbunyi: 'Sudah 26 tahun aku tidak melihat
mukamu. Akhirnya aku sendiri tidak tahan karena aku tahu engkau bukan sembarangan percaya kepada
Tuhan Yesus. Memang ada permusuhan antara aku dengan kamu. Memang ada perbedaan antara
agamaku dengan agamamu. Sangat tidak rela aku melihat anak yang dilahirkan olehku menjadi orang
yang mengkhianati agamaku. Namun aku tahu, kecuali itu kebenaran, tak mungkin setelah engkau
dianiaya sedemikian rupa tetap mempertahankan iman. Aku berpikir tidak habis-habisnya. Aku tahantahan,
sampai tidak tahan. Tahun lalu aku mulai membaca Kitab Sucimu. Aku mulai mau mengerti iman
Kristen itu apa. Dan sekarang aku minta tolong, pulanglah, jemput ayahmu yang tua ini.'
Air mata anak itu mengalir tak habis-habisnya. Dia kembali ke rumahnya, yang tak pernah
dimimpikan mungkin diterima kembali. Waktu dia masuk ke rumah, dia lihat sendiri; Waktu pergi
masih muda, sekarang pulang uinurnya sudah hampir 50. Dan waktu dia masuk kamar ayahnya, ayahnya
sekarang sudah berumur 70 lebih. Waktu dia pergi dan sekarang pulang, sudah berbeda sekali. Waktu
dia pulang, dia berkata: 'Ayah, aku sudah pulang. Apakah saya boleh pulang?' Ayahnya menjawab:
'Boleh. Aku mau engkau sendiri yang percaya, memberitahuku: mengapa Kristen? Mengapa harus
Kristen? Bukankah kita mempunyai agama tradisi? Bukankah kita mempunyai kebudayaan sendiri?
Sekarang pulang beritahu aku, mengapa harus Kristen!'
Anak ini berdoa kepada Tuhan, 'Beri bijaksana kepadaku, ya Tuhan. Dalam kesempatan yang
begitu indah, jangan ada satu kalimat yang luput, jangan ada satu kalimat yang salah. Aku mau
memberitahu ayah yang kucintai, yang siang malam pagi sore aku doakan selama 26 tahun supaya
bertobat. Lalu selama 7 hari 7 malam, anak ini membuka Kitab Suci dengan ayat berkata kepada
ayahnya. Dan di dalam 7 hari 7 malam itu banyak kali ayahnya menangis, dia menangis, ayahnya
menangis, dia menangis. Dan akhirnya ayahnya mengatakan: 'Kalaubegitu, sudah cukup, tidak usah
bicara apapun lagi. Aku sudah tahu. Sebelum aku mati aku minta satu hal, aku tidak mau dibaptiskan
oleh siapapun, kecuali anakku sendiri. Aku tidak tahu iman pendeta yang lain itu benar atau tidak. Aku
tidak tahu apa motivasinya orang Amerika ke sini. Tetapi aku tahu anakku ini
imannya betul. Aku tidak mau siapapun. Aku mau engkau membaptiskanku. Anaknya berkata,'Gerejaku
tidak di sini, aku melayani di tempat yang jauh, di kota yang kecil: Jawab ayahnya: 'Aku akan pergi ke
situ, dibaptiskan di gerejamu; Ke mana engkau berada, di situ aku pergi.'
Akhirnya orangtua yang sakit-sakitan ini dengan susah-payah dibawa ke kota kecil, di mana
anaknya menjadi pendeta di situ. Waktu hari dibaptiskan, dia memakai pakaian putih. Matanya terus
lihat surga, seperti seorang malaikat yang hanya kekurangan dua sayap saja. Dan anak itu, sewaktu
membaptiskan berkata: 'Dengan tanganku sendiri, aku membaptiskan ayahku.'
Saya kira-kira berumur 27 tahun ketika membaca makalah itu. Selesai membaca saya menangis.
Saya tahu, kecuali iman yang sejati, kecuali kebenaran yang sejati mempersatukan kita, di antara kita
juga tidak ada perdamaian. Damai di bumi bukan tanpa syarat, hanya kepada mereka yang berkenan di
mata Tuhan. Glory to God in the highest, good will for man on the earth. Perdamaian sejahtera bisa
datang kepada kita, tetapi prinsip Alkitab: berperang dengan setan, berperang dengan dosa, berperang
dengan segala hal yang jahat, baru damai itu diberikan kepada mereka yang berkenan di hadapan Tuhan.
Abad ke-21 dimulai dengan meriah, dengan komersil yang luar biasa. Hari itu, malam itu saya berada di
New York. Dua setengah juta orang kumpul di Madison Square Garden. Mereka berada di situ untuk
melihat suatu bola yang turun yang membuktikan bumi sudah masuk 2000 tahun. Di London, di
Moskow, di negara apa saja, meriah menyambut abad yang hebat. Tahun 2001, bulan September,
tanggal 11, dua tugu yang terbesar, WTC, twin tower rubuh, karena kebencian.
Page 9 of 11 Damai di Bumi - Pdt. Dr. Stephen Tong
Apakah ini abad teknologi yang tinggi? Apakah ini abad yang sangat memberikan pengharapan?
Apakah ini abad yang memberikan optimisme kepada kita? Saya menjawab, Tidak! Manusia semakin
jauh dari Tuhan. Meskipun beragama, manusia akan menjadi binatang yang makin kejam. Kita melihat
di dalam perdagangan, binatang-binatang ekonomi sedang dengah rakus tidak habis-habisnya melanggar
segala macam etika dan segala moral untuk memperkaya sendiri. Kita melihat, di dalam politik begitu
banyak orang berambisi, kekuatan dan kuasa yang paling tinggi, melanggar segala cara. Mereka berani
merobek-robek hukum untuk mencapai suatu ambisi liar mereka. Kita melihat tempat pengadilan
menjadi tempat yang menjalankan ketidakadilan yang paling berani. Asal ada uang, hitam menjadi
putih, putih menjadi hitam. Di dalam militer, siapa mempunyai senapan, dia bersuara keras. Dia
membela orang jahat. Di Jakarta ada lebih dari 10 tempat perjudian yang tidak pernah bisa ditangkap
karena memberi uang kepada militer untuk menjaga mereka. Mereka sekarang aman berjudi di dalam.
Demi nama Tuhan Yesus, Indonesia harus bertobat! Demi nama Tuhan Yesus, orang politikus, orang
hukum, orang militer, orang konglomerat harus bertobat! Jikalau tidak bertobat, kecelakaan akan tiba
kepada negara ini. Perdamaian tidak akan kunjung tiba, karena ada peperangan yang belum selesai.
Tuhan berkata: 'Mau damai harus ada peperangan! Peperangan antara baik dengan jahat;
Peperangan antara kuasa terang dengan kuasa gelap; Peperangan antara cinta dan benci; Peperangan
antara kebenaran dan ketidakbenaran; Peperangan antara semua yang mencintai Tuhan dengan segala
kejahatan yang melawan Tuhan.'
Saya berdoa supaya satu hari di Indonesia ada militer yang bersih, yang sungguh-sungguh
mencintai Tuhan, menahan nafsu, mempunyai senapan bukan untuk bergaya superior, tetapi membela
rakyat. Saya mendoakan ada presiden yang cinta Tuhan, yang takut kepada Tuhan, yang mencintai
rakyat. Saya mendoakan ada konglomerat yang mengetahui bagaimana dengan jalan yang benar mencari
uang, lalu membagikan berkat kepada orang-orang yang perlu di dalam kebajikan mereka. Saya
mendoakan ada hakim-hakim, jaksa-jaksa yang membela kebenaran, bukan membela orang yang
memberikan uang kepada mereka, klien-klien yang kaya.
Peperangan masih terus berjalan, perdamaian sungguh masih jauh. Kita berkata: 'Damai di Bumi hanya
bagi orang yang berkenan kepada Tuhan, bukan Damai di Bumi tanpa syarat.' Mari kita yang tidak
mempunyai senapan, tidak mempunyai
kuasa, tidak mempunyai kelebihan, tidak mempunyai hal yang istimewa; kita yang hanya rakyat jelata,
hanya orang biasa, tetapi kita orang yang beriman, berkata kepada Tuhan: `Dari rumahku, dari
sekolahku, dari tokoku, dari usahaku, dari familiku, dari gerejaku, saya mau menjadi orang yang
melakukan keadilan, cinta kasih, kebenaran, kebaikan, kesucian, sesuai kehendak-Mu, ya Tuhan.'
Berapa banyak pendeta yang dirinya sendiri menjadi ketua, isterinya menjadi bendahara, anaknya
menjadi sekretaris? Mau apa? Berapa banyak pendeta, merampas perpuluhan jemaat untuk pribadi
sendiri? Itu adalah perampok-perampok yang memakai agama. Berapa banyak alim ulama Islam yang
mengajar kebencian kepada umatnya untuk membunuh, membakar? Itu memperalat agama! Kalau
demikian, dunia ini tidak ada damai!
Hari ini kita merayakan hari Natal. Mari kita belajar dari Yesus Kristus yang rela turun dari surga, rela
masuk ke dalam palungan, rela meninggalkan kemuliaan-Nya, rela memakai segala hal yang
memalukan, rela membuang segala kekayaan, rela hidup bersama orang miskin, rela menjadi contoh
korban. Ini semangat Immanuel, ini semangat inkamasi. Dan barangsiapa yang mengikut jejak kaki
Kristus, di situ dia mempelopori perdamaian di bumi. Damai di Bumi, Damai di Bumi, Damai di Bumi,
mulai dari engkau dan saya yang memperkenan Tuhan Allah.
Tuhan, saya mau Damai di Bumi bukan melalui suatu ideologi, cita-cita atau impian yang kosong,
Page 10 of 11 Damai di Bumi - Pdt. Dr. Stephen Tong
slogan-slogan atau teori yang tinggi. Saya mau Damai di Bumi mulai dari pelaksanaan saya dan
keluarga saya, betul-betul mencintai Tuhan, betul-betul menjalankan sukacita di dalam kesucian,
kebenaran, keadilan. Tuhan saya mau datang kepada-Mu. Amin.