BERTUMBUH DALAM PENGENALAN
AKAN ALLAH
Apakah hal yang paling penting di dunia bagi setiap orang Kristen? Hal yang
paling penting bagi
orang Kristen selama berada di dalam dunia ialah bertumbuh dalam pengenalan akan
Allah.
Pengenalan akan Allah adalah pusat dari keselamatan kita dan dari semua
pengalaman kerohanian
kita yang benar. Kita diciptakan untuk mengenal Allah. Dalam Alkitab, pengenalan
akan Allah hampir
setara dengan keselamatan itu sendiri. Yesus sendiri berkata bahwa hidup yang
kekal atau keselamatan
berarti pengenalan akan Allah, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka
mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus"
(Yoh. 17:3).
Menjadi seorang Kristen bukanlah pengalaman yang tanpa otak, tetapi mencakup
pula hikmat dan
pengertian. Menjadi seorang Kristen berarti sebuah hubungan yang begitu dekat
dan intim dengan Allah
Pencipta Langit dan Bumi.
Yang melatarbelakangi perkataan Yesus di atas ialah janji yang sudah diberikan
oleh Allah
beberapa abad sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat dari Yeremia 24:7 yang
berbunyi, "Aku akan
memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN." Dan
penggenapan dari
apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh janji itu dapat kita lihat pada bagian
selanjutnya dari kitab
Yeremia, "Tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar
saudara-saudaranya dengan
mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua besar kecil, akan mengenal Aku" (Yer.
31:34).
Nabi Yesaya juga berkata kepada kita bahwa pengenalan akan Allah akan menandai
pemerintahan Sang
Penebus yang dijanjikan, Yesus Kristus. "Sebab seluruh bumi penuh dengan
pengenalan akan TUHAN,
seperti air laut yang menutupi dasarnya" (Yes. 11:9). Alangkah indahnya! Ini
semua meringkaskan apa
yang Alkitab mau katakan mengenai maksud kedatangan Yesus: Memungkinkan kita
untuk mengenal
Allah. Pengenalan akan Allah merupakan pusat bagi semua pengertian yang benar
dalam hidup
Kekristenan kita. Seseorang mungkin dapat menjadi Kristen dan tetap tidak
mengerti akan banyak hal di
dunia ini. Tetapi adalah mustahil bagi seseorang untuk menjadi Kristen tanpa
mengetahui apa-apa
tentang Allah. Pada puncaknya, Amsal 9:10 mengatakan, "Mengenal Yang Mahakudus
adalah
pengertian." Meski hari ini kita telah berhasil membuat terobosan ilmu
pengetahuan, akan tetapi
pengalaman kita akan Allah mungkin begitu sedikit hari ini. Itulah sebabnya masa
kita ini begitu
diwarnai oleh kelangkaan pengertian, apresiasi, dan pengertian yang sangat
sempit akan waktu.
Alkitab berulang kali mengajarkan bahwa pengenalan akan Allah merupakan
pencegahan yang
ampuh terhadap dosa. Yesaya membagikan hal ini ketika ia meratapi bangsa Israel
dan
pemberontakannya. Ia mengatakan, "Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak;
keledai mengenal
palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya" (Yes. 1:3).
Akar penyebab dari
kemerosotan rohaniah mereka ialah kurangnya pengenalan akan Allah.
Ketika seseorang mengenal Allah dan bertumbuh dalam hubungan yang akrab
dengan-Nya, maka
hidupnya akan ditandai dengan integritas dan ia akan dapat dipercaya. Apa yang
ada di bibirnya akan
sama dengan apa yang ada di hatinya. Singkatnya, hidupnya akan kudus. Tetapi
zaman ini terlalu takut
terhadap kekudusan. Bahkan gereja pun mulai takut terhadap kekudusan. Dan hal
yang sama juga terjadi
dalam kehidupan kita. Mengapa? Karena "kadar" pengenalan kita akan-Nya begitu
kurang dari yang
semestinya. Bila kita sungguh mengenal Dia, maka itu akan secara otomatis
tercermin dalam kehidupan
kita.
Pengenalan akan Allah penting pula bagi pertumbuhan kita. Di bagian pembukaan
suratnya yang
kedua, Rasul Petrus membicarakan hal yang sangat menentukan ini. Dia mendesak
rekan-rekannya
supaya bertumbuh secara rohani dan berharap agar mereka dilimpahi kasih karunia
dan damai sejahtera
"melalui pengenalan akan Allah." Dia berkata kepada mereka bahwa kuasa Allah
telah
menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang kita perlukan untuk menjalani
hidup ini sebagai
orang Kristen, yaitu melalui pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita
oleh kuasa-Nya yang
mulia dan ajaib (2Ptr. 1:2-3). Rasul Paulus juga mengemukakan hal yang sama
ketika ia menulis surat
kepada jemaat Kolose. Bertumbuh, mempunyai kaitan khusus dengan "bertumbuh dalam
pengetahuan
yang benar tentang Allah" (Kol. 1:10).
Kesalahan kita ialah kita sering menetapkan aturan main sendiri tentang
bagaimana seharusnya
kehidupan Kristen itu. Betapa beraninya kita! Padahal Allah sudah berkata bahwa
jika kita mau
bertumbuh sebagai orang Kristen, maka pertama-tama kita harus bertumbuh dalam
pengenalan akan
Allah.
Pengenalan akan Allah merupakan hak istimewa kita yang terbesar. Coba dengarkan
lagi apa yang
Yeremia katakan, "Beginilah firman TUHAN: 'Janganlah orang bijaksana bermegah
karena
kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah
orang kaya bermegah
karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang
berikut: bahwa ia
memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia,
keadilan dan
kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN'" (Yer.
9:23-24).
Pernyataan ini keluar dari orang yang sama yang sebelumnya berkata, "Sekiranya
kepalaku penuh air,
dan mataku jadi pancuran air mata ..." (Yer. 9:1). Yeremia bukanlah teolog atau
penulis menara gading!
Di sini kita melihat seorang yang begitu berduka oleh karena pemberontakan
bangsanya, yang melihat
segala sesuatu melalui mata seorang yang terasing dari segala macam pergaulan,
kecuali dalam
pergaulan dengan Allah. Ia tidak berhenti di permukaan, tetapi terus menuju pada
pokok
permasalahannya. Tak ada gunanya kita memiliki segala bijaksana dunia, atau
keperkasaan seorang pria,
Page 2 of 7 Hati Yang Dipersembahkan Kepada Allah - Sinclair B. Ferguson
atau kekayaan, atau ketenaran atau apa pun juga, jika semua itu tidak disertai
dengan pengenalan akan
Allah. Dengan tegas Yeremia menurunkan segala hal yang oleh kebanyakan kita "diimpikan
siangmalam"
itu, pada posisi yang seharusnya (pada tempat yang benar-benar bawah). Hidup
hanya benar -
benar layak untuk dibanggakan jika pusatnya adalah pengenalan akan Allah, yang
mengontrol segenap
aspirasi kita. Inilah hal yang layak untuk dimegahkan.
Apakah yang Anda dan saya bangga-banggakan? Apakah yang selalu menjadi topik
pembicaraan
kita dan yang memenuhi hati dan pikiran. Pernahkah kita sadar bahwa pengenalan
akan Allah
merupakan harta terpendam yang paling berharga dan merupakan hak istimewa
terbesar yang bisa kita
miliki? Jika belum, maka kita begitu picik dalam hal rohani. Kita telah menjual
hak asasi kita sebagai
orang Kristen demi "semangkuk sup kacang merah," dan pengalaman sejati yang
seharusnya kita
nikmati sebagai orang Kristen akan menjadi begitu dangkal, "aneh-aneh" dan
keluar dari "rel" yang telah
ditetapkan bagi kita.
Malangnya, banyak aspek dari kehidupan Kristen kita benar-benar sudah terjangkit
"rabun" rohani
yang kronis. Hal ini tempak jelas dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam
hubungan kita dengan
sesama, dalam begitu minimnya dampak yang dapat kita berikan pada dunia, dan
mungkin yang paling
nyata; dalam penyembahan kita. Inilah yang Yeremia lihat pada masa itu! Tidak
heran ia begitu deras
mencucurkan air mata, tidak heran ia harus bertarung melawan depresi, karena ia
begitu terbeban
dengan bangsanya. Ia tidak pernah mampu mengecam mereka tanpa ia sendiri menjadi
begitu "hancur
hati."
Seberapa sensitifnya Anda terhadap hal ini? Mengenal Allah adalah satu-satunya
hak istimewa
Anda sebagai orang Kristen dan yang akan menuntun Anda ke hal-hal penting
lainnya. Akan tetapi,
apakah hal pengenalan akan Allah sudah mengambil tempat utama di dalam hati dan
pikiran Anda?
Di saat kita melihat kembali apa yang tertulis oleh Yeremia, maka kita sulit
memungkiri bahwa kita
sudah menjadi korban dari kelicikan zaman di mana kita hidup sekarang ini.
Selama beberapa tahun
Gereja sudah dipenuhi dengan berbagai "topik hangat" dan terlibat di dalam
kebutuhan-kebutuhan
mendesak lain yang seharusnya tidak boleh ditempatkan sebagai prioritas utama.
Berbagai konferensi
dan seminar yang diadakan serta buku-buku yang ditulis berkenaan dengan "kebutuhan
vital" itu, telah
mengambil tempat utama dan mengatur agenda gereja dan orang Kristen. Dan yang
dilalaikan justru
ialah perhatian terhadap Allah sendiri. Dan di saat-saat langka bilamana
kelalaian itu tidak terjadi, kita
menyikapinya seolah-olah sesuatu yang tidak pada tempatnya sedang terjadi.
Akibatnya, kita
mendefinisikan ulang arti kehidupan Kristen dan hidup yang kekal seturut dengan
"isu-isu yang ada."
Kita tidak lagi mendengar seruan Tuhan Yesus ketika Ia berkata bahwa kehidupan
Kristen dan hidup
yang kekal berarti pengenalan akan Allah.
Apakah yang terkandung di dalam "Pengenalan akan Allah"? Ungkapan ini muncul di
dalam surat
Rasul Paulus kepada jemaat Kolose. Isi dari doa Paulus ini memberikan kepada
kita dasar tentang
bagaimana bertumbuh dalam pengenalan akan Allah.
Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti -henti berdoa untuk
kamu. Kami meminta,
supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui
kehendak Tuhan dengan
sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam
segala hal, dan kamu
memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan
yang benar tentang Allah,
dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung
segala sesuatu dengan
tekun dan sabar.
Kolose 1:9-11
Page 3 of 7 Hati Yang Dipersembahkan Kepada Allah - Sinclair B. Ferguson
Dalam bagian ini Paulus memberikan "Empat Hukum Fundamental" yang membuat kita
bertumbuh
dalam pengenalan akan Allah.
HUKUM PERTAMA
Hanya Allah yang merupakan penulis dari pengenalan kita akan diri -Nya.
Salah seorang penulis besar di awal Kekristenan yang bernama Hilary of Poitiers
(315-368 M)
menggemakan kebenaran ini, "Satu-satunya saksi yang sah untuk menyatakan
siapakah Allah itu
sebenarnya ialah Allah sendiri." Hanya Allah yang dapat memberikan kepada kita
pengenalan akan
Allah yang benar dan dapat dipercaya. Allah harus mengenalkan diri-Nya sendiri.
Inilah alasannya
mengapa Paulus tidak memberikan kiat-kiat praktis kepada jemaat Kolose agar
mereka beroleh
pengenalan yang benar akan Allah. Yang dilakukan Paulus ialah berdoa bagi mereka
dan meminta Allah
sendiri untuk mengajar mereka.
Inilah kebenaran yang membuat kita merendahkan diri. Inilah saya, dengan semua
pengetahuan dan
pendidikan yang saya miliki, saya mengetahui begitu banyak hal! Tetapi, di
hadapan Allah saya
hanyalah seorang pemula yang bergantung penuh pada ajaran dan tuntunan Roh
Kudus. Di tempat lain
Paulus mengatakan bahwa hanya Roh Kuduslah yang menyelidiki segala sesuatu,
bahkan hal-hal yang
tersembunyi dalam diri Allah (1Kor. 2:10-11). Hal yang mengagumkan dari
kesaksian dan pelayanan-
Nya di dalam kita ialah menyingkapkan hati Bapa kepada kita. "Kita tidak
menerima roh dunia [yang
tidak memiliki kemungkinan untuk mengenal dan mengasihi Allah]," tulis Paulus, "tetapi
Roh yang
berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita"
(1Kor. 2:12).
Pekerjaan Roh Kudus juga dikonfirmasikan dalam permohonan Paulus yang lain. Dia
berdoa untuk
jemaat Efesus (dan karena surat Efesus merupakan surat edaran, maka sah jika
kita mengasumsikan
bahwa di dalamnya Paulus juga berdoa bagi semua anak Allah), "[Aku] meminta
kepada Allah Tuhan
kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh
hikmat dan wahyu
untuk mengenal Dia dengan benar" (Ef. 1:17).
Pengenalan yang benar akan Allah tidak didapat dari buku (walaupun itu mungkin
membantu kita)
dan bukanlah dipelajari dari bangku seminari (walaupun seminari dapat mendorong
kita). Pengenalan
akan Allah juga bukan sekadar menambah informasi akan Allah (walaupun itu
mungkin dapat
mestimulasi kita). Inti sebenarnya bukan itu! Pengenalan akan Allah adalah
pengenalan secara pribadi,
karena yang akan kita kenal ialah Allah yang berpribadi. Hal ini hanya bisa
ditemukan oleh mereka yang
memiliki kerinduan untuk mengenal Allah dengan bergantung sepenuhnya kepada-Nya,
dan yang
memohon agar Roh Kudus memimpin pada kebenaran yang sejati. Dalam Yeremia 29:13
Allah berjanji,
"Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku
dengan
segenap hati." Jika kita meminta, kita akan menerima; jika kita mencari, kita
akan mendapati; jika kita
mengetuk, pintu pengenalan akan Allah akan dibukakan bagi kita.
Page 4 of 7 Hati Yang Dipersembahkan Kepada Allah - Sinclair B. Ferguson
HUKUM KEDUA
Pengenalan akan Allah mencakup hikmat dan pengertian rohani.
Kebenaran kedua ini tampak pada doa Paulus bagi jemaat Kolose. Paulus menyatakan
bahwa
hikmat dan pengertian merupakan karakter dari Mesias (Yes. 11:2), yaitu sebagai
Pribadi yang dipenuhi
oleh Roh Allah. Sebenarnya, dalam tingkat yang lebih rendah, kualitas ini
merupakan tanda bagi setiap
orang yang "diurapi oleh Roh Kudus" (yang sebenarnya merupakan padanan kata dari
mesias).
Contohnya Daniel, yang seluruh hidupnya mencerminkan pengenalan akan Allah,
digambarkan sebagai
seorang yang penuh dengan hikmat dan pengertian (Bacalah Dan. 2:14-30 dan 5:12).
Akan tetapi, bagaimana kita bisa memiliki hikmat dan kebijaksanaan seperti itu?
Dengan sarana
apa (kalau ada) Roh Kudus menghasilkannya? Jawabannya begitu sederhana: Ia
memakai Firman Allah,
yang juga adalah Firman-Nya yang hidup!
Ilustrasi dalam kitab Yesaya begitu indah tetapi begitu sering terlewatkan.
Ilustrasi ini
menggambarkan dengan jelas hidup, penderitaan, dan kesaksian Hamba Allah. Apakah
yang menjadi
rahasia kehidupan-Nya? Inilah kesaksiannya:
Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan
perkataan aku dapat
memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam
pendengaranku untuk
mendengar seperti seorang murid. Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku
tidak memberontak,
tidak berpaling ke belakang.
Yesaya 50:4-5
Sungguh-sungguh mendengarkan suara Allah akan menghasilkan pengenalan akan Allah
dan
memperlengkapi kita untuk mengajar orang lain dan memberi mereka makanan rohani.
Lalu, di manakah kita dapat mendengar suara itu? Suara itu dapat kita dengar di
dalam Alkitab, dan
melalui ketekunan kita menyelidiki isi pikiran Allah yang dinyatakan di dalamnya.
Di dalam Alkitablah
kita mengerti apa yang Allah mau katakan tentang diri-Nya sendiri, tentang kita,
tentang alam semesta
ini, dan apa yang Allah ingin kita ketahui untuk melayani Dia. Alkitab dapat
diumpamakan sebagai
museum dengan Roh Kudus sebagai Kepala Museum yang membawa kita berkeliling
untuk melihat
hikmat yang luar biasa dari Sang Pencipta langit dan bumi. Untuk dapat bertumbuh
dalam pengenalan
akan Allah, tidak ada bahan pengganti bagi disiplin pribadi kita di dalam
menyelidiki, membaca, dan
merenungkan Alkitab. Kita tidak mungkin mengabaikan Buku Pegangan yang Allah
sudah berikan bagi
kita dan kemudian berharap bahwa kita dapat mengenal-Nya melalui cara kita
sendiri. Satu-satunya
allah yang dapat kita kenal dengan jalan kita sendiri ialah allah hasil
imajinasi kita sendiri.
Fakta bahwa kita perlu memelihara firman Allah dan tinggal di dalamnya (Yoh
15:7),
menggarisbawahi pentingnya hukum ketiga yang kita temukan dalam surat Paulus
kepada jemaat
Kolose.
Page 5 of 7 Hati Yang Dipersembahkan Kepada Allah - Sinclair B. Ferguson
HUKUM KETIGA
Pengenalan akan Allah menuntut kesabaran dan ketekunan.
Paulus mengakui bahwa barangsiapa yang ingin bertumbuh di dalam pengenalan akan
Allah,
mereka butuh "dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya"
sehingga mereka
dimungkinkan untuk "menanggung segala sesuatu dengan tekan dan sabar" (Kol.
1:11).
Mengapa kualitas ini begitu penting? Karena Allah adalah Allah yang hidup dan
berpribadi. Ia
berjanji untuk mentransformasikan kehidupan kita agar kita dapat beroleh
persekutuan dengan Dia, di
mana di dalamnya tercakup pengenalan akan Dia. Dari sudut pandang Paulus,
pengenalan berarti
hubungan yang bersifat pribadi dengan-Nya dan dengan jalan-Nya. Di dalam
pengembaraan kita, kita
terkadang tidak mengetahui atau mengerti apa yang sedang Allah kerjakan di saat
Ia memimpin kita
untuk lebih mengenal-Nya. Pada saat itulah kita perlu mempercayai-Nya sekalipun
kita tidak bisa
memahami-Nya.
Yakobus mencoba menerangkan kepada kita tentang apa yang dimaksud dengan percaya
(Baca
Yak. 5:10-11). Ia mengingatkan kita akan kesabaran, atau mungkin lebih tepat
ketekunan Ayub (Karena
sesekali Ayub kurang sabar). Mengapa Ayub perlu bertekun? Jawaban Yakobus adalah
meski kita yang
sudah membaca pasal terakhir kitab Ayub tahu apa yang pada akhirnya disediakan
Allah baginya, tetapi
Ayub tidak mengetahuinya. Ia harus belajar untuk menunggu kesudahannya, sebelum
ia pada akhirnya
dapat mengerti maksud dan tujuan Tuhan.
Apa yang Allah kerjakan dalam kehidupan Ayub? Banyak hal! Akan tetapi, Ia
terutama telah
membawa Ayub untuk semakin mengenal-Nya, sehingga Ayub berkata:
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku
sendiri memandang
Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku dudul
dalam debu dan abu.
Ayub 42:5-6
Pada mulanya Ayub menyangka bahwa ia sudah cukup mengenal Allah, tetapi sekarang
ia sadar bahwa
ia telah diberi suatu pengenalan akan Allah dalam suatu dimensi yang benar-benar
baru.
Pelajaran penting apa yang seharusnya kita petik dari kisah Ayub di atas? Apa
yang telah ditulis
dalam hidup Ayub mengandung prinsip-prinsip yang masih berlaku bagi kita hingga
saat ini. Siapa yang
rindu untuk mengenal Tuhannya akan berjalan baik dalam terang maupun dalam gelap.
Ada bukit yang
harus didaki dan lembah yang harus dituruni! Maksud Allah tidak selalu dapat
langsung dimengerti.
Untuk belajar mengenal-Nya kita harus belajar untuk menunggu-Nya (Lihat Hab.
2:3). Dan untuk itu
dibutuhkan kesabaran dan ketekunan!
Page 6 of 7 Hati Yang Dipersembahkan Kepada Allah - Sinclair B. Ferguson
HUKUM KEEMPAT
Pengenalan akan Allah tidak akan pernah dapat dipisahkan dari hidup yang penuh
kekudusan.
Maksud Paulus berdoa supaya jemaat Kolose bertumbuh dalam pengenalan mereka akan
Allah
ialah supaya hidup mereka layak dihadapan Allah.
Apakah yang menandai suatu hidup yang layak di hadapan Allah? Agar kita dapat
dikatakan senilai
dengan "sesuatu" berarti harus ada kesesuaian antara kita dengan "sesuatu" itu.
Oleh karena itu, Paulus
berdoa agar hidup kita berpadanan dengan sifat-sifat Allah.
Praktisnya, kesesuaian itu berarti bahwa semua yang telah kita ketahui tentang
Allah, yaitu yang
kita terima dari firman-Nya dan yang telah kita coba terapkan dalam perjalanan
hidup kita, haruslah
terpancar dalam kesetiaan kita pada Allah dan dalam integritas hidup kita. Kita
harus "dalam segala hal
memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita" (Tit. 2:10). Takkan ada pengenalan
yang benar akan Allah,
yang tidak memanifestasikan dirinya dalam bentuk kepatuhan kepada firman dan
kehendak Allah.
Seorang yang ingin mengenal Allah akan tetapi merasa keberatan apabila harus
tunduk kepada-Nya,
takkan pernah memasuki "Ruang Mahakudus" di mana Allah berkenan menyatakan
diri-Nya kepada
orang yang tidak berhasrat untuk memuliakan diri-Nya.