ABAD YANG BODOH
Pdt. Dr. Stephen Tong
Abad 20 ini saya sebut sebagai abad yang sangat bodoh, a very stupid century.
Saya tidak terlalu
cepat mengambil kesimpulan ini sebelum menganalisa kepada paruh terakhir abad
ini. Abad 20
dianggap oleh umum sebagai abad yang paling maju. Seperti yang kita lihat,
perkembangan teknologi
dan ilmu amat maju dengan pesat, lebih luas, lebih mendalam dan lebih konkrit
dalam 94 tahun terakhir
ini.
Di sepanjang sejarah sejak abad Masehi sampai akhir abad 19 perkembangan
teknologi dan ilmu
tidak bisa dibandingkan dengan 94 tahun terakhir ini. Kalau mata kita hanya
tertuju kepada fenomena
ini, kita akan tertipu dan tidak dapat melihat kepada esensi yang lebih dalam.
Orang yang ditipu secara
fenomena, hanya melihat lahiriah belaka. Orang yang bijak mau menembus ke dalam
esensi yang
sesungguhnya.
Abad 20 dimulai dengan optimisme yang naif dan diakhiri dengan optimisme yang
naif pula. Pada
awal abad 20 manusia sedang bermimpi dan membayangkan hari depan yang cerah dan
kesuksesan yang
mungkin dicapai manusia melalui potensi yang ada pada dirinya. Tetapi apa yang
diimpikan itu di dalam
beberapa belas tahun kemudian mulai disadari terlalu naif. Mengapa demikian?
Sebab waktu itu
manusia sedang menaruh pengharapan yang begitu besar terhadap ideologi-ideologi
yang diajarkan pada
abad 19.
Di dalam sejarah filsafat, abad 19 disebut sebagai the age of ideology dan abad
20 disebut the age
of analyze. Abad iman, abad kepercayaan, abad rasio, abad pencerahan, abad
ideologi dan abad analisa.
Tapi saya lebih suka mengatakan abad di mana kita hidup sekarang ini bukan abad
analisa, melainkan
abad yang bodoh.
Pada permulaan abad 20 manusia begitu yakin yang ditemukan ideologi dan sistem
pikiran abad
19. Lalu mereka menganggap itulah kebenaran. Apalagi Imanuel Kant telah
mengatakan bahwa dunia
mulai dewasa. Kalimat telah menjadi sumber inspirasi bagi Agust Comte (bapak
Positivisme) yang
mengatakan bahwa manusia yang sudah matang dan dewasa berada di dalam era
scientific. Maka abad
20 manusia dengan optimis menuju kepada penemuan-penemuan scientific dan segala
penguraian yang
main kompleks, makin rumit dan makin sempurna dalam segala bidang. Jika kita
melihat apa yang
dicari dan dituntut oleh ilmuwan dan filsuf, politikus, dan sosiolog pada
permulaan abad 20 semua
mempunyai warna yang sama, mereka percaya dunia ini maju terus berdasarkan
sodoran pikiran evolusi.
Evolusi telah menjadi suatu induk pengaruh yang penetrasi ke dalam 4 bidang
besar:
1. Sejarah dan proses waktu.
2. Teologi.
Page 1 of 7 Abad Yang Bodoh - Pdt. Dr. Stephen Tong
Bahkan teolog-teolog yang tidak lagi beriman ketat kepada kitab suci berdasarkan
Reformasi menganggap Allahlah yang memimpin proses evolusi, Allah memakai
evolusi di
dalam menciptakan dunia ini. Ini disebut Theistic Evolution.
3. Sosiologi dan ekonomi.
Menurut Hegel seluruh dunia ini berada di dalam metoda dialektik. Dialektikal
materialisme
yang dikemukakan oleh Hegel (guru besar Karl Marx), oleh Marx diadopsi menjadi
suatu
interpretasi bagaimana menjelaskan perkembangan ekonomi sepanjang sejarah.
4. Politik.
Penetrasi ini juga masuk ke dalam bidang politik dan kemiliteran. Sehingga di
dalam
sejarah kita melihat orang seperti Lenin dan Mao Tze Dong yang mau memakai
pikiran
Marx itu untuk memaksa orang menerima komunisme di dalam politik.
Permulaan abad 20 sedang di dalam pengetahuan ilmu biologi, ekonomi, filsafat,
politik, sosiologi,
semua telah mengambil evolusi sebagai pikiran apriori, yaitu pasti benar, lalu
penetrasi ke dalam segala
bidang kebudayaan manusia. Mereka mencoba menegakkan suatu mimpi yang besar
untuk menyambut
satu zaman yang agung akan tiba. Mimpi yang optimistik, dan optimisme yang naif
ini lalu mulai
dirusak oleh Perang Dunia I. Pada 1914-1918 kita melihat letusan Perang Dunia I
menghanguskan
begitu banyak hasil dari tumpukan kristalisasi kebanggaan kebudayaan di dalam
bangunan, seni, dll.
Bukan saja demikian, PD I juga membuat manusia yang terlalu optimistik itu
akhirnya sadar siapa
manusia itu sebenarnya. Kembali kepada pikiran yang asal, manusia kemudian
berusaha menemukan
identitas manusia di dalam alam semesta, what is human identity in the universe.
Evolusi memberikan apa? Evolusi memberikan suatu pikiran khayalan, bahwa manusia
bukan pada
mulanya peta dan teladan Allah sekarang jatuh menjadi orang berdosa, sebaliknya
manusia dulu adalah
binatang tapi sekarang sudah begitu berkembang sempurna sehingga tak perlu
pesimis. Berarti masih
ada hari depan yang begitu indah. Evolusi bukan hanya menginterpretasi, evolusi
secara tidak sadar
menjanjikan hari depan yang cerah. Evolusi di dalam kesinambungan proses sejarah
ini memberikan
suatu janji di bawah sadar akan hari depan yang paling indah akan tiba, sehingga
seolah-olah mendorong
manusia maju, seolah-olah memberikan optimisme yang kuat untuk futurologi,
tetapi tidak mungkin
evolusi yang keluar hanya berdasarkan otak manusia yang dicipta, yang terbatas
dan terpolusi oleh dosa
itu, mungkin terlepas oleh racun dosa yang berada di dalamnya, karena di dalam
kemajuan terus
menerus, bukan hanya sasaran yang diberikan tetapi satu metodologi yang harus
dipakai, yaitu konsep
seleksi alam. Seleksi alam mengatakan yang kuat berhak untuk bertahan, yang
lemah harus digeser. Itu
sudah menjadi racun yang mengakibatkan keberanian kaum imperialis, kaum
kolonialis, dan orangorang
yang begitu kejam untuk membasmi, menghancurkan dan memusnahkan bangsa-bangsa
yang
lebih lemah atau yang kurang berpengetahuan. Evolusi telah memberikan racun
kepada pemikir seperti
Hitler, sehingga ia menganggap segala tindakannya untuk agresi kepada orang lain
adalah berdasarkan
suatu prinsip natural yang sah dan resmi: Jerman adalah bangsa yang tertinggi.
Jermanlah yang berhak
memerintah seluruh dunia dan yang lain harus dibasmi.
Percaya terhadap evolusi bukan hanya sekadar memilih percaya salah satu cara di
antara beberapa
macam teori-teori yang ada. Percaya terhadap evolusi berarti menerima racun yang
membuat seluruh
umat manusia menuju kepada kehancuran. (Harus ada teolog yang memberikan
petunjuk semacam ini
dan menggugah manusia untuk menyadari apa yang telah dipilihnya. Namun sayang,
orang berbeban
seperti ini tidak banyak muncul dari mimbar gereja. Itu sebabnya, Gereja tidak
memimpin dunia. Kita
dipanggil untuk menjadi terang. Namun masalahnya, menerangi siapa? Untuk apa
kamu menjadi terang?
Page 2 of 7 Abad Yang Bodoh - Pdt. Dr. Stephen Tong
Dengan cara apa? Dan mendapat cahaya darimana?)
Abad ini perlu peringatan demikian. Tetapi orang yang berintelek tinggi, hati
nuraninya rendah, dan
tidak mau sadar bahwa diri mereka telah diracun oleh paham yang berbahaya ini.
Tetapi ada seorang
yang ikut menjadi pendeta militer di dalam regu penyerang di tengah-tengah
tentara Jerman bernama
Paul Tillich (orang ini betul-betul tinggi inteleknya, karena sejarah mencatat
ia memperoleh 15 gelar
doktor). Meskipin Tillich tinggi inteleknya, sayangnya ia tidak terbentuk dalam
struktur teologi yang
benar. Namun dengan jujur Tillich menulis satu kalimat dalam buku hariannya
"Yang aku lihat bukan
reruntuhan jatuhnya bangunan yang indah. Yang aku lihat adalah hancurnya
kebudayaan manusia
karena kecongkakan filsafat yang salah." Waktu ia menulis kalimat itu, saya bisa
mencium adanya hati
nurani intelektual sebagian kecil yang masih berfungsi pada dirinya.
Optimisme yang naif mulai diguncang oleh PD I. Pada tahun 1919, setahun setelah
PD I yang
memusnahkan 7 juta manusia, dan mengakibatkan berjuta-juta istri menjadi janda
dan anak menjadi
yatim, yang mengakibatkan stress dan frustasi, kegagalan, loneliness, dan tidak
tahu arti hidup, dunia
makin sadar kebodohannya. Untuk itu maka di Paris diadakan suatu konferensi
perdamaian mengangkat
kembali makalah Imanuel Kant, yang berjudul "TO WHAT THE ETERNAL PEACE" (menuju
kepada
perdamaian kekal). Dalam konferensi ini mereka memutuskan untuk tidak ada perang
lagi. Satu kali
perang, hanya 4 tahun, harus menelan 7 juta jiwa. Daripada memakai senjata,
lebih baik berunding. Pada
waktu hal ini dibahas, mereka merayakan hasil konferensi dengan pawai dan
mengatakan tidak akan ada
lagi peperangan. Tapi 20 tahun persis setelah konferensi itu, pecahlah PD II,
yang menghancurkan lebih
banyak kota, membunuh lebih banyak jiwa, ± 35 juta jiwa. Tetapi baru 3 tahun
yang lalu Yelstin
mengatakan kalimat yang begitu mengejutkan saya, "Sebenarnya menurut statistik
35 juta jiwa itu
adalah adalah angka yang palsu. Karena angka yang sesungguhnya harus ditambah
dengan 35 juta
kematian yang lain yang belum pernah diumumkan keluar di Rusia." Jadi paling
sedikit 70 juta orang
yang tewas dalam PD II.
Tahun lalu saya berkesempatan mengunjungi 2 kota di Kiev dan Minsk dan baru 3
minggu yang
lalu saya melayani di Moskow dan Leningrad, saya menyaksikan Rusia adalah bangsa
yang patut
dikasihani sebagai korban dari segelintir pemimpinnya yang menaruh diri untuk
menguji suatu teori.
Waktu saya berkhotbah di Ukraina, saya tidak berani minum air yang sudah
dicemarkan oleh radiasi
Chernobyl, jadi saya pergi ke Dollar Shop (membayar harus hanya dengan dollar),
di mana harga
sebotol air US $3, karena diimpor dari Perancis ke Kiev. Bayangkan berapa mahal
hidup di sana.
Waktu saya memikirkan kembali apa nasib manusia, saya menyimpulkan beberapa hal:
Negaranegara
yang mengidolakan Karl Marx (karena Marx adalah ekonom terbesar dalam sejarah.
Tak ada
seorang filsuf meneliti dan menganalisa dengan teori yang begitu rumit dan
mendetail mengenai segala
kemungkinan dan potensi ekonomi lebih tuntas daripada Marx), apa yang terjadi?
Terbukti teori ekonom
yang terbesar, kalau disetujui sepenuhnya oleh suatu negara, pasti ekonominya
bangkrut. Komunisme
menyodorkan keadilan yang paling tuntas kepada masyarakat untuk menyongsong hari
depan yang
indah, di mana komunisme berjanji meratakan kekayaan. Akhirnya terbukti mereka
tak pernah
meratakan kekayaan, hanya meratakan kemiskinan saja.
Lalu saya melihat, mengapa Tuhan mengizinkan hal ini terjadi? Tiga minggu yang
lalu di Moskow,
seorang profesor bertanya kepada saya mengapa kalau Allah memperbolehkan manusia
diuji oleh teori
yang salah, Allah tega memilih RRC yang mempunyai penduduk yang paling banyak
untuk disiksa dan
menderita puluhan tahun? Ini kalimat yang tajam. (Di Indonesia, kadang-kadang
saya menerima
pertanyaan dari otak yang tajam, tapi itu jarang sekali). Jikalau Allah
memperbolehkan manusia dicobai
oleh semacam filsafat yang salah, mengapa tidak memilih bangsa yang kecil,
mungkin St. Marino,
Vaticano, dan kerajaan Monaco yang penduduknya sedikit. Mengapa justru Allah
memperbolehkan
Tiongkok ada di bawah eksperimen komunisme yang mengakibatkan berpuluh-puluh
juta manusia mati
Page 3 of 7 Abad Yang Bodoh - Pdt. Dr. Stephen Tong
di situ? Saya tahu pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Saya hanya menjawab,
Allah tidak pernah
membuang siapapun. Sebenarnya, manusialah yang membuang Allah. RRC mencatat
ratusan kali
menganiaya orang Kristen, memenjarakan pendeta, melawan Tuhan, menolak misionari
dan membunuh
orang-orang yang mengabarkan Injil. Profesor itu mulai sadar, ini memang benar.
Pada waktu manusia
tidak lagi memperallahkan Allah sebagaimana seharusnya dihormati, maka Allah
memperbolehkan
manusia di dalam pilihan menolak Allah untuk secara tidak sadar ditolak oleh
Allah. Yang arif menjadi
pasif, yang berinisiatif menjadi yang dibuang. Inilah paradoks bijaksana Allah
yang melampaui marifat
manusia. Pada waktu manusia merasa tidak perlu Allah dan menganggap diri cukup
pandai mengatur
segala sesuatu dengan sikap otonom, Allah membiarkannya untuk menjadi eksperimen
membuktikan
kesalahannya.
Dan antara PD I dan PD II timbullah satu generasi yang disebut "the Lost
Generation." Lost
generation menjadi suatu pangkalan suburnya filsafat eksistensialisme, di mana
suatu jalan telah terbuka
bagi pemuda-pemudi untuk menuju atheisme tanpa mereka sadari dan munculnya
topeng-topeng agama
tapi di dalamnya ada kekosongan yang luar biasa. Akhirnya setelah berpuluh-puluh
tahun mereka baru
sadar semuanya tidak seperti yang diimpikan. Saya menyimpulkan seluruh arus
pikiran eksistensialisme
yang pernah merajalela pikiran kaum intektual di seluruh dunia tahun 50-an
sampai tahun 80-an dari
Eropa ke Amerika dan akhirnya ke Asia ini, hanya dalam 2 kalimat, "Eksistensialisme
selalu
memperbincangkan kekosongan seperti kosong itu ada. Eksistensialisme selalu
memperbincangkan
keberadaan seperti ada itu tidak ada."
Mengapa abad 20 ini saya sebut sebagai abad yang bodoh? Karena abad 20 adalah
abad yang tidak
menghasilkan pemikir yang penting. Saya tidak perlu setuju teori filsafat yang
mengatakan "A man is
what he thinks", karena sebagai teolog Kristen, saya mempunyai definisi "A man
is what he reacts
before God." Kalau kita hanya berhenti pada kalimat "A man is what he thinks"
seperti kaum idealist
atau rasionalis, atau jika kita hanya berhenti pada "A man is what he eats"
seperti materialisme, itu
terlalu dangkal. Tetapi meskipun ada filsafat yang mengatakan, "A man is what he
thinks", rasionalisme
dan idealisme hanya memberitahukan kepada kita bahwa manusia selalu menjadikan
diri pusat
(anthroposentric of life-style), tanpa menghasilkan sesuatu dari pikirannya. Di
mana pemikir-pemikir
agung abad 20? Seolah tidak ada yang berpengaruh besar. Dan abad 20 sudah
menjadi abad yang
menjual diri. Abad 20 sudah menjadi abad yang berkompromi kepada abad 19. Abad
20 menjadi abad di
mana kita tidak mempunyai otonomi atas diri kita sendiri. Abad 20 menjadi abad
di mana kaum
intelektual mengosongkan pikiran lalu diisi dengan apa yang disodorkan pemikir
abad 19. Abad 20 tidak
menghasilkan seorang pemikir yang bisa memberikan arah kepada umat manusia. Abad
20 hanya
menghasilkan orang-orang yang mengosongkan otak lalu membuat Marx, Kierkegaard,
Nietszche, dll.
menjadi pemimpin pikiran mereka. Sehingga selama abad 20, kita hidup, bergerak,
mencari segala
langkah, dan menemukan segala teknologi, tapi apa yang kita temukan itu
dibanding dengan abad 19
berlainan sekali. Pemikir-pemikir abad 20 hanya memikirkan wadah tidak
memikirkan isi. Membuat
kapal terbang, komputer, radio, satelit, roket, dan segala macam penemuan besar,
hanya untuk menjadi
wadah, bukan menjadi isi. Kapal terbang dibuat untuk mengangkut para pedagang
yang pergi ke sana
sini secepat mungkin, untuk mengangkut turis yang pergi ke sana kemari karena
kebanyakan uang.
Komputer untuk mengisi data-data yang berhubungan perdagangan komersil.
Pemikiran-pemikiran yang
berkembang pesat di abad 20 kebanyakan bersumber dari abad 19. Dan kita memakai
seluruh abad ini
menjadi tempat praktek para pemikir yang sudah mati. Selama 70 tahun Asia
membuat diri menjadi
budak abad 19. Dari 1919-1989 pemuda pemudi yang berada di Tien An Men berpawai
dan berteriak.
Apa yang mereka teriakkan persis sama. Akibatnya mereka digilas oleh tank.
Darah, daging, dan
tulangnya sampai remuk, lalu diangkut dan dibakar di Beijing. Itulah penindasan
komunisme terhadap
pemuda pemudi di sana. Yang diteriakkan tahun 1919 adalah "Kami menginginkan
demokrasi,
kebebasan" juga diteriakkan oleh pemuda di tahun 1989. Istilah yang sama, slogan
yang sama, mimpi
yang sama. Berarti selama 70 tahun apa yang diimpikan belum tercapai. Abad 20
menjanjikan apa?
Abad 20 memimpikan apa? Abad 20 mendapatkan apa? Kita melihat dalam perkembangan
seluruh umat
Page 4 of 7 Abad Yang Bodoh - Pdt. Dr. Stephen Tong
manusia, betul kita perlu eksperimen, pengalaman. Tetapi pengalaman mengajar
kepada kita bahwa
pengalaman kita banyak kebodohan. Hegel mengatakan satu kalimat, "Sejarah
mengajarkan satu
pengajaran terbesar kepada umat manusia yaitu manusia tidak pernah pengerima
pengajaran dari
sejarah." Kita telah membuang 80-90 tahun untuk mempraktekkan komunisme,
akhirnya baru kita sadar
bahwa komunisme itu salah! Kita memakai 90 tahun mempraktekkan eksistensialisme
akhirnya baru
sadar bahwa itu salah! Kita memakai 90 tahun untuk mempraktekkan evolusi,
akhirnya baru sadar
bahwa evolusi salah! Kita memakai 90 tahun untuk mempraktekkan positivisme dan
berkembang
menjadi logical positivisme, akhirnya baru sadar kalau itu salah! Bukankah abad
20 ini abad yang
bodoh? Bukankah abad 20 ini abad yang kita hamburkan dengan eksperimen yang
membawa kita
kembali kepada permulaan, belum tahu apa-apa?!
Sekarang hanya tersisa 6 tahun sebelum kita menutup abad 20, yang pernah
menghasilkan banyak
perkembangan teknologi ini. Kita mempunyai kapasitas, kita mempunyai instrumen,
kita mempunyai
segala bangunan yang hebat, tetapi isinya apa? Jikalau ada tape recorder tidak
ada perkataan penting
yang direkam, tape itu tetap kosong. Jikalau ada kapal terbang yang mempercepat
lalu lintas, tapi tidak
ada program yang bisa berguna bagi seluruh dunia, hanya mempercepat perkembangan
kekayaan orang
yang rakus tak habis-habis, itu tidak ada gunanya. Jika mimbar makin bagus,
gedung gereja makin
besar, tapi yang dikhotbahkan tidak menstimulir pikiran, tidak membawa otak
manusia kembali kepada
firman Tuhan, hanya mengumpulkan lebih banyak persembahan untuk pendeta, itu
tidak berguna.
Jikalau mimbar didirikan tapi bukan untuk menyampaikan firman, tapi tidak
membawa keadilan dan
kemajuan sungguh-sungguh untuk meningkatkan moral manusia, jikalau ilmu
pengetahuan makin lama
makin maju, kedokteran makin lama makin maju, bisa menyembuhkan banyak penyakit
akibat hidup
amoral, kedokteran menjadi wadah untuk menolong perkembangan imoralitas juga.
Semua wadah itu
perlu kembali dengan satu prinsip mengisi inti yang memuliakan Tuhan. Setelah
dunia barat
berkembang, sekarang mereka mulai sadar lagi bahwa perkembangan ini membawa
manusia ke mana?
Ada 4 hal yang berteriak kepada manusia: You are in danger, you are in danger,
you are in danger and
you are in danger. What kind of danger? Fusi, polusi, AIDS, immoralitas barat.
Apa yang kita terima
dari kerusakan lingkungan adalah akibat sains. Pada waktu kita mengembangkan
sains, hanya ilmuwan
Kristen yang mengerti dan memakai sains untuk memuliakan Allah.
Fusi dan polusi menyadarkan sebagian orang jika hanya ada sains dan kemajuan
teknologi saja ini
tidak berguna dan berbahaya. AIDS, imoralitas, kriminal yang presentasinya saat
ini telah berkembang
bersama dengan kemajuan suatu negara. Waktu berada di Leningrad (St. Petersburg)
saya naik kapal di
atas sebuah sungai yang begitu indah, ada museum Harmitage yang nomor 2 terbesar
di seluruh dunia
(adalah istana yang asli yang dipakai menyimpan koleksi seni sejumlah 2.947.000
buah karya seni. Ada
tiang yang dilapis emas, marmer dan granit yang berbeda bentuknya). Namun pada
sisi kota yang lain,
nampak sebuah penjara. Waktu kapal lewat di sana, seorang penerjemah saya dalam
bahasa Inggris ke
Rusia berkata, "Stephen, inilah penjara terbesar di kota ini. Bisa menampung
100.000 orang. Saat ini
isinya lebih dari 40% dari kapasitas, hingga berjejal-jejal. Jika ada narapidana
baru masuk, terpaksa
harus mengusir yang lama." Saya membaca sebuah surat kabar yang mengatakan
negara yang memiliki
tindak kriminal terbesar adalah Rusia, kedua Amerika. Di Rusia perbandingannya
100.000:574, tiap
100.000 orang Rusia, yang harus dipenjara adalah sejumlah 574 orang. Di Amerika
tiap 100.000 orang,
yang dipenjara 543 orang. Bagaimana dengan Indonesia? Puji Tuhan! Tiap 100.000
orang, hanya 22
yang dipenjara, lumayan!
Inilah manusia. Manusia maju, negara maju teknologinya sekaligus maju
kriminalitasnya. Negara
maju teknologinya, tindakan kriminalnya lebih canggih lagi. Kota New York setiap
hari ±450 mobil
hilang. Di kota London setiap hari 347 mobil yang hilang. Sepuluh tahun yang
lalu di New York setiap
tahun ±2.000 pembunuhan dan LA 970 orang dibunuh. Sekarang di Amerika ±190 juta
senapan yang
ada di tangan orang sipil. Negara itu berpenduduk 250 juta jiwa, tapi punya
senjata api 190 juta orang.
Jika 1% dari 190 juta orang pemilik senapan itu ada yang gila, berarti ada 1,9
juta manusia gila yang
Page 5 of 7 Abad Yang Bodoh - Pdt. Dr. Stephen Tong
sementara waktu tidak menembakkan senjatanya dengan brutal. Saya tidak tahu abad
20 mau ke mana?
Dan sekrang ini makin dekat habis, manusia terus mendapat ancaman: engkau dalam
bahaya! Engkau
dalam bahaya! Engkau dalam bahaya! Futurologis yang bukan Kristen seperti Alvin
Toffler, Naisbitt
semua menunjukkan ada hari depan yang indah, tanpa memberi peringatan dari
firman Tuhan, itu yang
saya kuatirkan. The world needs Christian prophetic ministry. This world needs
young people who
dedicated their lifes to God. This generation admitt your guidance. And if you
want to guidance the
world, you need to be guided by Holy Spirit with the Bible. Saya sedang menanti
satu generasi yang
otaknya tajam luar biasa, lalu takluk di bawah firman Tuhan dan berkata, "Tuhan
pakailah saya untuk
menjadi perabot-Mu, alat-Mu." Pada waktu saya melihat mahasiswa sekolah teologi
yang mau cepat -
cepat keluar untuk mendapat gelar S.Th. dan jadi pendeta dan mendapat gaji yang
cukup besar tiap
bulan, saya lihat itu tidak ada harapan. Waktu saya melihat mahasiswa yang
belajar memakai uang
orang tuanya yang bekerja membanting tulang, hanya supaya kepala yang bundar
menjadi persegi, lalu
pulang ke desa dan membanggakan diri, saya bilang no hope! Istri alm. Dr.
Francis Schaeffer
mengatakan, "Tiap tahun USA menghasilkan ribuan Ph.D., tapi di mana pahlawan
yang berjuang untuk
kerajaan Tuhan, untuk Kristus? Saya tidak lihat." Saya ingin mencucurkan air
mata dan berdoa di
hadapan Tuhan. Waktu saya lihat mimbar yang bagus dan mewah tapi diberikan
khotbah yang tidak
karuan dan tidak sesuai dengan Alkitab, saya begitu sedih. Biar seluruh dunia
membenci saya, biar
pendeta-pendeta membuat isu Stephen Tong tidak ada Roh Kudus, saya berkata
kepada Saudara, yang
membuat saya gigih berkhotbah, melayani berpuluh-puluh tahun itulah Roh Kudus,
bukan roh saya.
Tapi yang membuat orang-orang kelihatan ada Roh Kudus tapi hidup, keuangan, dan
seks tidak karuan,
tapi masih berani naik mimbar, berani menafsir Alkitab tidak karuan, itu pasti
bukan dari Roh Kudus.
Pemuda pemudi yang kritis dan betul-betul mau taat pada pimpinan Tuhan, mulai
hari ini bangun,
jangan tidur! Pada waktu seluruh dunia sedang menyambut zaman baru (new age),
inilah pertama kali
barat berkompromi dengan timur. Dulu barat menghina, menjajah, mengagresi,
infasi timur, sekarang
mulai berubah. Barat mulai datang ke timur, bertapa, bermeditasi.
Waktu saya melihat pemuda pemudi dari Asia belajar di Toronto dan sulit
berbahasa Inggris, lalu
mengikuti kuliah sambil merengut, lalu saya melihat di Borobudur ada seorang
barat yang gundul
sedang meditasi, saya membandingkan, yang satu buka matanya pakai pikiran dan
yang satu tutup mata
tanpa pikiran, inilah globalisasi. Timur mencari ilmu di barat, barat sedang
mencari ketenangan di timur.
Dunia sedang berglobalisasi. Yang timur sedang mengisi otak di barat, yang barat
sedang mengisi hati di
timur. Kita kembali mendengar Yesus Kristus berkata, "Barat, engkau mencari
Jalan atau hanya
ketenangan hidup? Timur, engkau Kebenaran atau hanya titel dan pengetahuan? Aku
memberikan
jawaban: Akulah Jalan, Akulah Kebenaran, dan Akulah hidup. Tidak ada seorangpun
dapat kembali
kepada Bapa kecuali melalui Aku." Saya tetap memegang Alkitab, the answer is
only in Jesus Christ.
Except Christ, there is no answer. Setelah kita mendapat isyarat you are in
danger, manusia tidak mau
belajar dari sejarah.
Sekarang kita akan menuju abad 21, seperti abad 20 dimulai dengan naif, menunggu
lagi hari depan
yang cerah. Sebagai seorang hamba Tuhan yang dilahirkan untuk menyaksikan
berakhirnya abad 20,
saya geleng kepala. Hai umat manusia, ke manakah engkau? Optimisme, hari depan
cerah karena
evolusi. Tuhan berkata, "Kembali kepada-Ku, di sinilah tempat pangkalan
pengharapanmu. Di sini
sasaran imanmu dan di sini ada cinta kasih yang memberi kepuasan pada jiwamu.
Pada waktu Gramedia
sudah mencetak ribuan buku mengenalkan New Age Movement, saya melihat
pendeta-pendeta yang
katanya pemimpin Gereja masih belum tahu apa arti istilah itu. Gerakan Zaman
Baru sudah merupakan
suatu air bah yang melanda seluruh pelosok kebudayaan, tetapi sedikit sekali
pemimpin-pemimpin
Kristen, khususnya kaum intelektual Kristen yang melihat berapa besar ancaman
dan perbedaan antara
arus itu dengan kekristenan tradisional.
New age movement menjadi penipu baru untuk umat manusia. Pada waktu kita melihat
buku-buku
new age movement diterjemahkan ke dalam bentuk komik, novel, tulisan cerita, dan
dalam bidang
Page 6 of 7 Abad Yang Bodoh - Pdt. Dr. Stephen Tong
periklanan serta slogan TV, banyak orang yang tidak sadar. Selama 2 tahun
terakhir apa yang menonjol
di TV sudah banyak dipengaruhi oleh new age movement. Berapa besar bahayanya
jika kita tidak sadar
dan tidak mencegahnya? Siapakah yang menjamin kamu layak menjadi terang dunia?
Jangan menipu
diri, belajar, mengabdi dan serahkan hidupmu kembali kepada Tuhan.