ILUSTRASI: WARNA CAT IMAN
Seorang pria yang sedang duduk termenung sambil memandangi pagar
halaman rumahnya, sedang berpikir untuk membuat agar pagar
halamannya tidak kelihatan kusam dan kotor. Setelah menyiapkan
segala sesuatunya ia mulai memoles pagar halaman rumahnya,
dipolesnya dengan warna putih.
Setelah selesai ia memandangi hasil pekerjaannya, ia begitu menyukai
warna pagar halaman tersebut, putih bersih dan memberi kesan sejuk
serta bersinar. Namun hanya beberapa hari kemudian ketika ia keluar
dari dalam rumahnya, ia sangat terkejut. Pagar halamannya dipenuhi
oleh noda-noda hitam yang berasal dari kotoran burung-burung.
Kembali ia berpikir dan mencari cara agar pagar halamannya tidak
terpengaruh oleh noda-noda atau kotoran. Setelah mempersiapkan
segala sesuatu, maka ia mulai lagi mewarnai pagar halamannya dengan
warna yang baru; diwarnainya dengan warna hitam.
Setelah selesai, ia memandangi hasil pekerjaannya dan berkata di
dalam hatinya: “Sebanyak apapun kotoran burung-burung atau noda yang
menempel pastilah tidak akan kelihatan lagi”.
Namun hanya beberapa hari kemudian, ia kembali terkejut ketika
melihat pagar halamannya. Pagar halamannya tidak lagi berwarna
hitam, seekor kerbau yang penuh dengan lumpur menggosok-gosokkan
badannya pada pagar halaman tersebut dan sinar matahari menjadikan
lumpur tersebut kering sehingga menjadi berwarna putih.
Kadang kala sebagai orang percaya Anda berpikir, dengan iman yang
sekarang, ahh... betapa indahnya; penuh dengan semangat, keceriaan
sukacita menyala-nyala, serasa Allah sangat dekat sekali. Tanpa ada
usaha untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian-ujian yang harus
dilewati. Sehingga saat ujian-ujian atau pencobaan yang datang dan
menghantam iman, mengakibatkan kerusakan yang dahsyat. Kembali
jatuh, kembali jatuh dan seterusnya jatuh.
Kemudian berpikir: “Saya harus begini atau begitu agar tidak jatuh
dalam pencobaan”. Sering sekali berusaha mengubah “warna cat iman”
agar dapat menghindar dari ujian, lari dari ujian. Yach... berusaha
lari dari ujian bukan berusaha mengadapinya dan bertahan untuk
menang.
Tanpa sadar, sering berusaha memecahkan permasalahan iman dengan
logika dan rasio, mengandalkan kekuatan sendiri, mengandalkan hikmat
sendiri, dan mengandalkan pengertian sendiri. Allah tidak dilibatkan
didalamnya, sehingga untuk setiap pencobaan/ujian yang datang selalu
mengalami kekalahan dan kemudian berusaha mengubah “warna cat iman“
, agar orang melihat warna yang indah dari iman tersebut tetapi
merupakan warna yang semu.
Banyak waktu yang dipakai hanya untuk mengubah “warna cat iman”,
hari-hari berlalu tanpa adanya penyerahan diri yang penuh kepada
Allah sehingga, kekecewaan, kegagalanlah yang menjadi bagian akhir
dari hidup ini. (Kiriman: Handra -
harry@mediamanager.co.id) |