SUMBER KRISTEN: ILUSTRASI

 Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

                  
 

Terbaik untuk dirinya sendiri

Oleh: Seniman Laowo

Pada dasarnya manusia itu ingin dimanusiakan lebih daripada manusia yang lain. Maksud saya adalah bahwa keegoisan manusia telah memposisikan seseorang untuk punya ambisi agar ia lebih dari sesamanya. Punya nilai plus. Ingin menjadi yang terbaik. Kalau perlu the best of the best. Lucu memang sich. Mana ada yang lebih baik dari yang terbaik. Tapi, setuju atau tidak setuju sesungguhnya kita pernah memiliki perasaan seperti itu. Upps…jangan-jangan Anda sedang merasakan perasaan itu sekarang.  Saya nggak nuduh lho ya! Apalagi dikirain saya lagi menghakimi Anda! Oh, saya tidak bermaksud begitu. I’m just kidding my friend.

Tiba-tiba saya teringat si Andreas di Alkitab. Itu lho, murid Tuhan Yesus. Dia kan yang ngajak Simon Petrus, saudaranya untuk ketemu Yesus. “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus). Ia (Andreas) membawanya (Petrus) kepada Yesus (Yoh 1:41b-42a). Dalam hal ini, Andreas adalah seniornya Petrus. Kalau saya boleh pinjam istilahnya Multi Level Marketing, Andreas itu Up Linenya Petrus.  Kalau pelayanan parachurch (misalnya Perkantas, Navigator, LPMI,dsb), Andreas itu disebut  mentornya Petrus, kakak rohaninya Petrus. Eh, tapi sejarah Alkitab (bukan mitos Alkitab),  membuktikan bahwa Petrus lebih terkenal, bahkan jauh sekali bila dibandingkan dengan Andreas, kalau diukur dari kacamata manusiawi kita. Kalau saat itu ada acara Cek & Ricek (itu lho, biang gosipnya RCTI), barangkali Petrus akan sering diwawancara. Tapi Andreas itu hebat. Ia telah memberikan teladan yang sangat indah bagi setiap insan di planet yang tidak pernah akur ini. Mau tau, ikutilah pesan-pesan berikut ini.

Nama Andreas di Alkitab kalah jauh dengan nama Petrus yang sering dicatat. Sudah jarang dicatat, eh..sering ada embel-embel yang kurang enak didengar. ANDREAS,SAUDARA SIMON (Mat 4:18; Mrk 1:16; Luk 6:12-16). Andreas selalu berada di bawah bayang-bayang “kepopuleran” Petrus. Bayangkan kalau ada orang yang mengenal Anda sebagai adiknya kakakmu. Wow, saya pasti ingin dikenal sebagai Seniman Laowo daripada dikenal sebagai adiknya Pdt Budiman Laowo. Saya ingat majalah Time yang pernah menulis bahwa Hillary Clinton lebih populer daripada suaminya Bill Clinton, walaupun ia waktu itu Presiden Amerika Serikat. Dengan nada sindiran, wartawan itu menulis bahwa Bill Clinton lebih dikenal sebagai “suaminya Hillary Clinton” (jangan-jangan Taufik Kiemas juga lebih dikenal sebagai suaminya Megawati, mungkin lho ya). Poin yang mau saya tekankan adalah bahwa kita tidak mau dikenal karena ketenaran orang yang dekat dengan kita. Kita ingin jati diri sendiri mendapat pengakuan dari orang lain. Saya pikir itu sesuatu yang wajar dan alami. Setuju, kan???

Tapi saya salut dengan Andreas. Ia tidak pernah melakukan manuver-manuver untuk menyamai Petrus. Ia tidak pernah berjuang untuk menjadi Petrus. Tidak ada rasa iri hati, cemburu pun tidak. (Tau kan bedanya iri hati dengan cemburu? Kalau saya sich melihat iri hati itu adalah perasaan tidak senang karena tidak punya sekaligus ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain. Sedangkan cemburu adalah perasaan tidak senang karena orang lain mengambil milik Anda sendiri). Saya percaya bahwa Andreas telah menjadi yang terbaik bagi dirinya sendiri. Ia sadar akan porsi yang diberikan Tuhan baginya. Dan…Andreas setia mengerjakannya seumur hidupnya.

Kita masing-masing unik di mata Tuhan. Talenta kita berbeda-beda. Ada yang bisa nyanyi, tapi ada pula yang bisa main musik. Intinya, setiap orang yang sudah lahir baru pasti mendapat karunia rohani. Jumlah dan jenisnya saja yang berbeda. Karena itu, mari kita mulai dengan pertanyaan yang benar. Kalau pertanyaannya salah, ngak mungkin kan jawabannya benar. Pertanyaannya adalah:”Apakah saya sudah melayani Tuhan dengan setia sesuai dengan karunia rohani yang Tuhan beri pada saya?”   

Penyesalan memang selalu datang terlambat, tapi tidak ada yang terlambat untuk menyesali diri sekaligus mengikrarkan komitmen di hadapan Tuhan. Jadilah yang terbaik bagi diri Anda sendiri.