sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

Tema     : TETAP BERTAHAN DENGAN MOTIVASI YANG BENAR

Nats       :  2  KORINTUS 5:11-21.

Pendahuluan

Saudara-saudara, jemaat Korintus merupakan buah pelayanan Paulus yang berkembang menjadi jemaat yang besar (Kis 18:8-10).  Ada beberapa orang Yahudi menjadi anggota jemaat, namun sebagian besar anggotanya justru terdiri dari orang-orang Kristen non Yahudi dan orang-orang yang berlatar belakang   kekafiran, serta mencakup juga  orang-orang yang sudah dibebaskan dari kedudukan sebagai sampah masyarakat (1 Kor 6:9-11).

Jemaat ini bebas dari ancaman penindasan (1 Kor 4:10), namun rawan perpecahan berhubung adanya rasul-rasul palsu yang bukan hanya mengajarkan ajaran-ajaran sesat, tetapi juga berusaha menggoyahkan otoritas Paulus sebagai seorang rasul dengan cara mengecam ajaran-ajarannya dan meragukan ketulusan motivasinya dalam melayani.

Hal ini jelas tidak dapat dibiarkan oleh Paulus karena otoritas kerasulannya berkait erat dengan pengajarannya kepada jemaat Korintus:  jika otoritasnya palsu—sama sekali tidak berintegritas—maka palsu juga segala pengajarannya.

Berdasarkan adanya masalah inilah yang mendorong Paulus untuk mengirimkan surat 2 Korintus sebagai surat apologia atau surat pembelaan dirinya, dan dalam kerangka ini pula kita akan merenungkan satu perikop yang oleh LAI diberi sub tema: “Pelayanan untuk pendamaian”.   Mari saya undang jemaat untuk bangkit berdiri dan bersama-sama membaca dari 2 Kor  5:11-21 (baca).

        Saudara-saudara, ada peribahasa mengatakan, “Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa yang tahu?”.  Peribahasa yang sederhana ini sebenarnya mengung kapkan kebenaran yang tidak dapat disangkal.  Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, seberapa dalamnya laut masih dapat diduga.  Tetapi dalamnya hati—isi hati—tidak ada seorang pun yang tahu sampai orang itu sendiri mengungkapkannya—baik melalui pernyataan maupun tindakannya.

Paulus menyadari hal ini, saudara.  Ayat 11b mengatakan, “Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu”.

Saudara-saudara, di kalangan jemaat Korintus beredar tuduhan bahwa Paulus adalah rasul palsu, utusan Kristus yang mencari keuntungan pribadi—yang memuji-muji dirinya sendiri, yang memegahkan dirinya sendiri, yang menilai orang lain dan juga Kristus menurut ukuran manusia. 

Paulus menyadari bahwa hal itu terjadi karena jemaat Korintus tidak dapat menduga isi hatinya, maksud hatinya, motivasinya dalam melayani TUHAN.  Itulah sebabnya Paulus berusaha mengungkapkan isi hatinya, yaitu berusaha menjelaskan kepada jemaat Korintus apa yang tersembunyi di dalam hatinya, motivasinya dalam melayani—yang nyata dan terang bagi Allah—supaya hal itu nyata juga bagi pertim bangan jemaat Korintus.  Paulus ingin agar jemaat Korintus memahami  motivasi yang terkandung dalam pelayanannya yang telah membuatnya  tetap bertahan dalam pelayanan , bertahan dalam penderitaan, bertahan dan tidak tawar hati walau menghadapi maut sekalipun.

Saudara-saudara, kita sebagai jemaat seharusnya juga memiliki motivasi yang benar dalam melayani agar dapat tetap bertahan walaupun tantangan dan rintangan  menghadang kita.  Motivasi apa saja yang harus kita miliki agar dapat tetap bertahan, walaupun tantangan dan rintangan menghadang kita?

Pertama, TAKUT AKAN TUHAN (ay. 11—baca 2 Kor 5:11-13).

Saudara-saudara, Paulus tahu apa artinya takut akan TUHAN dan hal ini mendorongnya untuk berusaha meyakinkan jemaat Korintus tentang siapa dirinya yang sebenarnya, berkaitan dengan kebenaran ajarannya dan kebenaran motivasinya dalam melayani. Kata “tahu” pada ay. 11a, dalam bahasa aslinya kaya akan makna.  Dalam PB dipakai sebanyak 103 kali dan semuanya oleh Paulus: 8 kali dipakai dengan arti “tahu, sekadar tahu”, 5 kali dipakai dengan arti “tahu secara praktis”, dan 90 kali (termasuk dalam ayat ini) dipakai dengan arti “mengenal” yang menunjukkan adanya pengalaman berinteraksi secara akrab atau “mengerti” yang menunjukkan kedalaman pemahaman, suatu pengetahuan yang bersifat teoretis, berdasarkan pengamatan yang cermat, dan teruji. Dengan kata lain saudara-saudara, Paulus ingin mengatakan bahwa ia benar-benar takut akan TUHAN.  Kadar “tahunya” jelas menunjukkan besarnya rasa takut akan TUHAN yang dimilikinya.

Takut akan TUHAN berarti kagum dan hormat kepada TUHAN.  Takut akan TUHAN berarti segan terhadap besarnya kuasa TUHAN yang melingkupinya sehingga menimbulkan kerelaan untuk taat kepada segala perintah-Nya, sekaligus memisahkan diri dari segala kejahatan yang dibenci oleh TUHAN.

Paulus tahu apa artinya takut akan TUHAN.  Takut akan TUHAN bukan hanya masalah doktrinal ,tetapi lebih dari itu merupakan sikap hidup.  Paulus tahu apa artinya takut akan TUHAN.  Takut akan TUHAN mengatasi segala ketakutan yang lain, dan itulah sebabnya ia tidak takut kepada para pengecamnya yang menuduh dirinya sebagai rasul sesat yang hanya berani bila berjauhan tetapi takut bila berhadapan muka, yang hanya tegas dan keras dalam surat-suratnya tetapi lemah dan tidak berarti perkataan-perkataannya bila berhadapan muka (2 Kor 10:11).

        Paulus tahu apa artinya takut akan TUHAN, karena itu  telah membuatnya  berjuang  dengan kuasa Allah—menaklukkan segala pikirannya, pengetahuannya, pengajarannya kepada Kristus dan tidak berjuang secara duniawi seperti yang dituduhkan oleh para pengecamnya (2 Kor 10:3-5). 

Takut akan TUHAN membuat Paulus dapat menguasai dirinya dengan tidak berusaha menentang orang-orang yang bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah, yaitu orang-orang yang berusaha menyesatkan jemaat Korintus dengan memberitakan Yesus yang lain, memberikan roh yang lain, atau Injil yang lain dari yang telah ia beritakan (2 Kor 11:4), dan itu semata-mata Paulus lakukan dalam kerangka pelayanan kepada Allah. 

Takut akan TUHAN membuat Paulus menguasai dirinya dengan tetap melayani jemaat Korintus—memberikan nasihat, memurnikan kembali segala pengajarannya—agar mereka dapat menghadapi orang-orang yang bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah, dan itu semata-mata juga Paulus lakukan untuk kepentingan jemaat Korintus.

Saudara-saudara, rekan sepanggilan di dalam Kristus, takut akan TUHAN memotivasi Paulus untuk tetap melayani jemaat Korintus walaupun tantangan dan rintangan menghadangnya.  Motivasi ini pula yang seharusnya kita miliki agar dapat tetap bertahan walaupun tantangan dan rintangan menghadang kita.

Pada waktu kita melayani TUHAN—entah saat ini, entah nanti—pasti ada tantangan dan rintangan.  Mungkin itu kecaman atau hujatan dari majelis gereja atau anggota-anggota jemaat yang salah mengerti akan pelayanan kita: yang menuduh kita hanya melayani orang-orang kaya saja dan mengabaikan orang-orang miskin; yang menuduh kita hanya mengejar kekuasaan dan kemegahan diri sendiri; yang menuduh kita memanipulasi dana gereja untuk kepentingan pribadi; dan lain sebagainya.

Saudara-saudara, rekan sepanggilan di dalam Kristus, di mana saja kita melayani TUHAN, pasti ada tantangan dan rintangan.  Bila hal itu terjadi, tetaplah bertahan!  Awasilah dirimu dan segala ajaranmu!  Periksalah motivasimu dalam melayani TUHAN! Apakah sungguh sudah memiliki rasa takut akan TUHAN?   Karena hanya motivasi yang benar sajalah yang akan membuat kita dapat tetap bertahan—terus melayani TUHAN—walaupun tantangan dan rintangan menghadang kita.

Kedua, SADAR  AKAN   KASIH  TUHAN (ay. 14,baca 2 Kor 5:14-17 ).

            Saudara-saudara, Paulus menyadari bahwa hidupnya bukanlah miliknya karena sebenarnya ia sudah mati di bawah kuasa dosa.  Tetapi karena kasih Kristus yang telah mati menggantikannya, ia beroleh hidup dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus.  Ia dibangkitkan dari kematian—pindah dari maut ke dalam hidup—oleh kuasa kematian dan kebangkitan Kristus.

Kasih Kristus itu begitu indah di dalam hidupnya sehingga tidak

terlukiskan.

Kasih Kristus itu begitu agung di dalam hidupnya sehingga tidak

terucapkan.

Kasih Kristus itu begitu besar di dalam hidupnya sehingga tidak

terbalaskan.

Kasih Kristus itu begitu luas, tinggi dan dalam sehingga memenuhi

hidupnya bahkan menguasai hidupnya.

     Saudara-saudara, kata “menguasai” pada ay. 14 menunjukkan adanya suatu perbedaan otoritas antara “yang menguasai” dan “yang dikuasai”; dengan sendirinya “yang menguasai” mempunyai otoritas terhadap “yang dikuasai”.  Selain itu dalam baha sa aslinya kata ini juga mengandung arti “didorong”, “didesak”, bahkan “dipaksa”, yang menunjukkan adanya suatu kontrol dari otoritas yang sangat tinggi terhadap otoritas yang lebih rendah, yang ada di bawahnya.Paulus menyadari hal ini, saudara.  Sebab kasih Kristus telah menguasainya.  Kesadaran akan kasih Kristus inilah “yang mendorong” Paulus.

Kesadaran akan kasih Kristus inilah “yang mendesak” Paulus,  bahkan “yang memaksa” Paulus untuk melakukan segala sesuatu di dalam hidupnya.  Kasih Kristus itu mengontrol seluruh hidupnya sehingga tidak ada daya, tidak ada kemampuan di dalam dirinya untuk melakukan hal-hal berdasarkan kepentingan diri sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sama sekali tidak ada kepentingan Paulus untuk memegahkan dirinya, untuk memuji-muji dirinya, mencari kemuliaan dengan berkedok rasul; juga sama sekali tidak ada keuntungan pribadi yang ingin ia kejar dan nikmati.  Paulus merendahkan dirinya untuk meninggikan jemaat Korintus.  Ia memberitakan Injil dengan cuma-cuma, walaupun ia mempunyai hak untuk mendapatkan upah sebagai seorang pekerja.  Ia pernah mengalami kekurangan tetapi ia tidak menyusahkan seorang pun dari antara mereka; dalam segala hal ia menjaga dirinya supaya tidak menjadi beban bagi mereka, bahkan ia “merampok jemaat-jemaat lain” dengan menerima tunjangan mereka supaya dapat melayani jemaat Korintus (2 Kor 11:7-9).

Semua itu dilakukan Paulus karena kasih Kristus menguasai dan mengontrol hidupnya,  sehingga ia dimampukan untuk tidak lagi menilai orang lain dan Kristus menurut ukuran manusia melainkan menilai manusia menurut ukuran Kristus.

Paulus menyadari bahwa Kristus menilai manusia yang berdosa begitu berharga sehingga Ia rela meninggalkan kemuliaan surga, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia; rela merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di atas kayu salib untuk menggantikan orang-orang yang berdosa.  Paulus menyadari bahwa kasih Kristus bukanlah kasih yang murah melainkan kasih yang mahal—kasih yang menuntut kerelaan untuk melayani Kristus dan sesama.

Saudara-saudara, rekan sepanggilan di dalam Kristus, kesadaran akan kasih TUHAN memotivasi Paulus untuk tetap melayani jemaat Korintus walaupun tantangan dan rintangan menghadangnya.  Motivasi ini pula yang seharusnya kita miliki agar dapat tetap bertahan walaupun tantangan dan rintangan menghadang kita.

Pada waktu kita melayani TUHAN—entah saat ini, entah nanti—pasti ada tantangan dan rintangan.  Mungkin itu ladang kering yang ditentukan TUHAN bagi kita, suatu ladang yang tidak menjanjikan apa-apa—suatu jemaat kecil di suatu kota yang kecil atau bahkan di pelosok desa yang tidak memberikan kecukupan finansial.  Mungkin itu sauatu ladang  sunyi yang ditentukan TUHAN bagi kita, suatu ladang yang jauh dari semarak dan gemerlapnya kota—suatu jemaat di pedalaman atau di pelosok gunung yang tidak memberikan kita kemungkinan untuk terkenal.  Mungkin itu ladang berbahaya yang ditentukan TUHAN bagi kita, suatu ladang yang selalu bergolak dengan kerusuhan, selalu mengancam keselamatan kita dan keluarga kita.  Di mana pun TUHAN menempatkan kita: baik di kota besar maupun dalam rimba, ingatlah bahwa jiwa mereka sama berharga.  Sadarilah akan kasih TUHAN yang begitu besar dalam hidupmu dan layanilah mereka.

Saudara-saudara, rekan sepanggilan di dalam Kristus, di mana saja kita melayani TUHAN, pasti ada tantangan dan rintangan.  Bila hal itu terjadi, bertahanlah!  Periksalah motivasimu dalam melayani TUHAN!  Apakah sungguh mempunyai kesadaran akan kasih TUHAN?  Karena hanya motivasi yang benar sajalah yang akan membuat kita dapat tetap bertahan—terus melayani TUHAN—walaupun tantangan dan rintangan menghadang kita.

Ketiga, YAKIN AKAN PANGGILAN TUHAN (ay. 18-19—baca 2 Kor 5:18-21).

Saudara-saudara, dengan jelas dan tegas Paulus mengatakan bahwa Allah telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepadanya.  Paulus bahkan mengulang pernyataan ini dua kali: ayat 18, “telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.”; ayat 19, ”telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami”.  Hal ini menunjukkan keyakinan Paulus akan panggilan TUHAN dalam hidupnya.

Keyakinan akan panggilan TUHAN ini tidak dapat dilepaskan dari kasih Allah yang telah mendamaikan diri Paulus oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran yang telah dilakukannya. Masih terbayang jelas dalam benak Paulus, ketika ia hadir tanpa ekspresi menyaksikan seorang Kristen bernama Stefanus dilempari batu sampai mati; ia hadir dan ia menyetujui (Kis 7:54-8:1a). Masih terbayang jelas dalam benak Paulus, ketika ia mencari jemaat Yerusalem—dari rumah ke rumah, menyeret laki-laki dan perempuan keluar untuk diserahkan ke dalam penjara (Kis 8:1b-3).

Masih terbayang jelas dalam benak Paulus, ketika dalam rumah-rumah ibadat ia sering menyiksa pengikut-pengikut Yesus orang Nazareth dan memaksa mereka untuk menyangkal imannya; bahkan dalam amarah yang meluap-luap ia mengejar mereka sampia ke kota-kota asing (Kis 26:11).

Masih terbayang jelas dalam benak Paulus, semangatnya yang berkobar-kobar untuk  mengancam dan membunuh murid-murid TUHAN.  Berbekal surat kuasa dari Imam Besar, ia memburu mereka sampai ke Damsyik (Kis 9:1-2).  Ia memburu laki-laki dan perempuan yang mengikuti jalan TUHAN seperti memburu hewan buruan.  Ia menjadikan hal itu sebagai suatu kesenangan dan melakukannya untuk kepentingannya sendiri.  Ia bermegah karenanya.

Sampai suatu saat, dalam perjalanan menuju ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingnya.  Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya,“Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” (Kis 9:3-4; 22:6-7).

Bagaikan derit dua logam bergesekan, suara itu menganggu dan menggelisahkan hati Paulus sehingga ia bertanya, “Siapakah Engkau, TUHAN?” (Kis 9:5).  Suara itu kem bali terdengar, kata-Nya: “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.” (Kis 9:5). Suara itu terdengar lembut di telinga Paulus, namun menghantam keras dalam lubuk hatinya—lebih keras dari debur ombak di tepi pantai, lebih keras dari ledakan gunung  berapi.  Bagaikan dihantam palu besi, hati Paulus bergetar dan kemudian remuk berkeping-keping.

Suara TUHAN itu meruntuhkan segala kepentingannya, egonya; suara TUHAN itu menghancurkan kesenangannya; suara TUHAN itu meremukkan segala kesombongan nya.  Namun suara TUHAN tidak berhenti di situ, selanjutnya Yesus berkata, “Bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kau perbuat.” (Kis 5:6).

Syukur kepada TUHAN, Yesus memanggilnya. 

Syukur kepada TUHAN, Yesus mengutusnya. 

Syukur kepada TUHAN, Yesus membalikkan hidupnya sehingga ia

berubah— dari penganiaya jemaat menjadi pembela jemaat, dari 

penghambat Injil menjadi

pemberita Injil, dari tuan atas dirinya menjadi pelayan Kristus,

utusan Kristus. 

Saudara-saudara, seorang utusan tidak melakukan tugas seturut kehendaknya sendiri melainkan seturut kehendak yang mengutusnya.  Paulus menyadari bahwa dirinya adalah utusan Kristus.  Hanya seorang utusan.  Tidak lebih dari itu.  Sebagai utusan Kristus, Paulus tidak mempunyai hak sama sekali untuk melakukan tugas seturut dengan kehendaknya sendiri, melainkan seturut dengan kehendak Kristus.  Jika Kristus menghen daki dirinya untuk melakukan pelayanan pendamaian, maka ia harus melakukannya demi Kristus.  Jika Kristus menghendaki dirinya untuk tetap melayani jemaat Korintus, maka ia harus melakukannya demi Kristus.  Tidak ada kepentingan pribadi.  Tidak ada keme gahan diri.  Semua dilakukan demi Kristus yang telah memanggil dirinya.

Saudara-saudara, keyakinan bahwa TUHAN telah memanggil dirinya dari gelap kepada terang-Nya yang ajaib dan menjadikannya utusan Kristus yang dipercaya untuk membawa berita pendamaian. Inilah yang membuat Paulus dapat tetap bertahan untuk melayani TUHAN walaupun tantangan dan rintangan menghadangnya.  Kecaman dan hujatan tidak lagi mengoncangkannya, penderitaan tidak lagi menggoyahkannya, penganiayaan dan maut tidak lagi menakutkannya.  Bagaimana dengan saudara?

            Jika pada saat ini saudara sedang bergumul dengan permasalahan saudara: mungkin kecakapan di dalam pelayanan—saudara merasa tidak fasih lidah dibanding dengan rekan-rekan yang lain; mungkin problem keluarga yang tak kunjung padam—isteri selalu mengeluh, pendidikan anak-anak cenderung menyedihkan. Keluarga di rumah membutuhkan kehadiran saudara; mungkin krisis diri berhubung dengan kegagalan demi kegagalan dalam pelayanan yang saat ini sedang saudara lakukan.  Saudara merasa tidak mampu, merasa tidak berdaya, lalu saudara mulai meragukan panggilan TUHAN. 

            Hari ini firman TUHAN berbicara kepada saudara: yakinlah akan panggilan TUHAN di dalam hidupmu.  Yakinlah dan jangan sekali-kali meragukan panggilan TUHAN dan bertanya: “Benar nggak ya, saya dipanggil TUHAN ?”; “Kalau memang benar mengapa jadinya begini?”“Jangan-jangan ini bukan panggilan saya?”.  Jangan ragu -ragu saudara, yakinlah dan jangan bimbang  akan panggilan TUHAN dalam hidupmu.  Orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin.  Orang yang demikian , jangan berharap akan beroleh kepastian di dalam hidupnya.  Yakinlah dan tetaplah berjuang ! Yakinlah bahwa TUHAN demikian percaya dan memberikan tugas yang demikian mulia pula kepada Saudara ! 

Orang yang yakin akan panggilan TUHAN sama dengan batu karang, yang tegak berdiri menantang zaman— yang tetap tegak walaupun panas matahari membakarnya, yang tetap tegak walaupun ombak besar mendamparnya.  Orang yang demikian pasti akan beroleh kekuatan dalam meniti jalan panggilannya—menjadi utusan Kristus yang taat melakukan pelayanan pendamaian bagi semua orang. 

Orang yang yakin akan panggilan TUHAN akan tetap bertahan dan tidak tawar hati walaupun tantangan dan rintangan menghadang laju langkahmya.  Kecaman dan hujatan tidak menggoncangkannya, penderitaan tidak menggoyahkannya, penganiayaan dan maut tidak menakutkannya.  Ia akan tetap berdiri—tegak di hadapan TUHAN yang memanggilnya, sampai akhir hidupnya.

Saudara-saudara , Paulus dapat tetap bertahan—terus melayani TUHAN—walaupun tantangan dan rintangan menghadangnya karena ia mempunyai motivasi yang benar: Takut akan TUHAN, sadar akan kasih TUHAN, dan yakin akan panggilan TUHAN.

Bagaimana dengan saudara?  Sudahkah saudara mempunyai motivasi yang benar dalam melayani TUHAN?   AMIN.