sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema    :Terlena Dalam Kesuaman

Nats     :Wahyu 3:14-22

Penulis : Ev. Nechi Sasnawati

Tujuan  : Agar jemaat dapat waspada terhadap kesuaman rohani seperti yang dialami oleh jemaat Laodikia dan mau mendengar suara panggilan Tuhan untuk giat dalam mengikut Tuhan.

 

Pendahuluan

Saudara jika kita mengikuti sejarah perkembangan gereja di Eropa pada abad 21, maka

kita akan mendapatkan suatu perkembangan gereja yang sangat memprihatinkan, banyak gereja yang mengalami kesuaman bahkan sampai ditutup.  Bukan karena kekurangan dana atau kekurangan hamba Tuhan tetapi yang ironis adalah karena kekurangan jemaat.  Orang-orang yang mengaku dirinya Kristen sudah enggan untuk beribadah, sudah merasa cukup dengan apa yang mereka miliki, sehingga jumlah anggota gereja semakin merosot dan hilang.

            Akhirnya gedung gereja yang megah-megah tersebut tidak lagi bisa berfungsi sebagaimana adanya bahkan saya pernah mendengar ada gereja yang dijual.  Sangat ironis memang,  di tengah-tengah bangsa yang dikenal sangat maju, kaya dan menjadi pusat kekristenan hal itu seperti itu terjadi.  Bukankah kita semua mengetahui bahwa dari Eropa lah muncul misionaris yang memberitakan Injil ke Asia dan negara-negara lain, tetapi akhirnya mereka menjadi orang Kristen yang kompromistis dengan dunia ini.  Tuhan tidak lagi menjadi yang utama, agama hanya menjadi simbol.  Mereka sedang mengalami kesuaman rohani, tidak ada pertumbuhan dalam kerohanian mereka.

            Saudara yang terkasih, kondisi ini bukan saja terjadi di zaman ini, tetapi di dalam Jemaat Laodikia masalah itu pernah terjadi dan menimbulkan kemarahan Tuhan hingga membuat Tuhan harus menegurnya dengan keras. Jemaat Laodikia menjadi jemaat yang tidak dingin ataupun tidak panas dan terlena dengan kesuaman rohani.   Saudara-saudara, kita harus bersikap hati-hati dengan bahaya kesuaman rohani dan jangan sampai terlena dengan kesuaman tersebut,  karena Tuhan membenci orang Kristen yang rohaninya suam-suam kuku, Tuhan akan memuntahkan mereka. Saudara, apa kira-kira yang menjadi penyebab timbulnya kesuaman rohani itu?  Dalam perikop ini, saya melihat ada tiga penyebab timbulnya kesuaman sebuah gereja, yaitu:

 

1.      Sikap merasa puas diri (ayat 17 a)

Saudaraku, jemaat Laodikia adalah jemaat yang pada saat itu sedang mengalami puas diri.  Tuhan mengutip perkataan mereka,  ‘Karena engkau berkata aku kaya dan telah memperkaya diri dan aku tidak kekurangan apa-apa …’.  Satu kalimat yang mengandung kesombongan dan mendapat teguran dari Tuhan.  Suatu pernyataan  yang menunjukkan sikap puas diri jemaat Laodikia akan kekayaan dan semua yang mereka miliki.

Benar memang mereka kaya!  Kota Laodikia sendiri terletak di lembah Lykus, diapit oleh kota-kota terkenal yaitu Filadelfia, Efesus, Hierapolis dan Kolose.  Kota Laodikia juga terkenal dengan tanahnya yang subur, sangat baik bagi pengembangan pertanian dan peternakan.  Produksi yang penting adalah bulu domba hitam yang diolah dan ditenun menjadi karpet “Trimita” dan baju dari bulu domba hitam, karpet tersebut sangat terkenal dan mahal harganya.  Di kota itu  juga ada sekolah kedokteran yang terkenal dengan spesialis mata dan telinga.  Mereka membuat salep mata dan telinga yang bermanfaat besar untuk perjalanan di padang gurun.

Jadi saudara, secara geografis, ekonomi maupun ketenaran kota Laodikia tidak ada tandingannya.  Bahkan ada salah seorang penafsir mengatakan bahwa pada zaman Romawi, Laodikia merupakan kota termakmur di Frigia.  Saking kayanya, penduduk Laodikia menolak menerima bantuan pemerintah untuk membangun kota tersebut yang hancur akibat gempa.  Mereka membangun seluruhnya dengan tenaga dan biaya sendiri.

Dari catatan sejarah di atas kita simpulkan bahwa orang-orang Laodikia adalah penduduk yang hidup dengan segala kelimpahan dan cenderung merasa puas diri dan sombong. Penyakit ini rupanya merembak kepada orang-orang Kristen yang ada di kota Laodikia, yang saya perkirakan kebanyakan mereka termasuk jemaat yang kaya, pandai dan terhormat.

Tidak heran mereka juga bisa berkata dalam hati mereka bahwa mereka sudah memperkaya diri mereka sehingga menjadi kaya dan tidak perlu apa-apa lagi termasuk kebutuhan rohani.  Mereka menyombongkan diri di hadapan Tuhan dengan kekayaan mereka, mereka merasa telah cukup dan tidak kekurangan apa-apa lagi bahkan masalah kerohanian pun mereka merasa sudah lebih baik dari yang lain.  Mereka tidak perlu akan pertolongan Tuhan. Kesombongan inilah yang dibenci oleh Tuhan Yesus. 

Jemaat Laodikia telah menjadikan harta sebagai illah mereka.  Tuhan tidak benci orang kaya, orang pandai maupun orang berkedudukan, yang Tuhan benci adalah ketika manusia menggantikan posisi Allah dalam hidup mereka dengan dunia ini.  Tuhan menolak Israel ketika hati mereka berpaut kepada illah lain dan tidak sungguh-sungguh kepada Tuhan.  Tuhan tidak akan merasa dilelahkan dengan sikap umat-Nya yang mau bergantung pada-Nya, tetapi sebaliknya Ia akan merasa geram akan sikap umatnya yang tidak pernah mau bergantung pada-Nya.

Saudaraku, sifat manusia memang cenderung puas jika segala sesuatu yang ia inginkan telah tercapai.  Ingat perjalanan hidup Simson yang diberkati oleh Tuhan, kekuatan yang ia miliki membuat ia merasa puas dan tidak perlu lagi berhati-hati terhadap orang Filistin yang manjadi musuh Allah.  Kejatuhan dia bukan karena ada lawan yang lebih kuat dari dia, tapi karena dia terlalu puas dan akhirnya lalai.  Akhir hidupnya sangat menyedihkan, Tuhan meninggalkan dia dalam kesombongannya.  Hati-hati jika kita sudah merasa puas diri terutama dalam masalah rohani.

 

      Ilustrasi

Ada sebuah fabel yang bisa kita petik menjadi pelajaran darinya, yaitu tentang seekor burung pelatuk yang sedang mematuki sebatang pohon yang cukup besar.  Pada waktu itu cuaca mulai gelap karena mendung.  Tak lama kemudian hujan mulai turun dan petir mulai sambar menyambar, tapi burung pelatuk itu dengan tidak jemu-jemunya mematuki pohon tersebut.  Sampai pada suatu saat ada kilat yang besar diiringi suara guntur yang besar menyambar pohon tersebut, sehingga pohon itu tumbang.  Burung itu dengan wajah pucat ketakutan lalu terbang menjumpai teman-temannya dan berkata: “Lihat teman-teman betapa hebatnya aku ini bisa menumbangkan pohon itu …”  Burung tersebut membanggakan apa yang seharusnya tidak layak ia banggakan.  Ia sama sekali tidak mempunyai andil dengan tumbangnya pohon itu.

 

Aplikasi

Saudara-saudara kita perlu waspada dengan rasa puas diri.  Mungkin pada saat ini secara pribadi kita puas dengan kondisi kita.  Kita puas dengan keadaan ekonomi, kepandaian, kedudukan di tempat kerja atau kita puas dengan kondisi keluarga kita.  Kita perlu bertanya pada diri kita sendiri apakah dalam segala kelimpahan ini, kita menyadari darimanakah semuanya?  Sudahkan kita menyadari bahwa apa yang kita miliki semua adalah berasal dari Tuhan, Dia yang memberikan semua itu kepada kita agar kita bisa menikmatinya.

      Atau saat ini kita puas dengan kondisi gereja kita, karena secara ekonomi tidak mengalami kekurangan bahkan kelimpahan.  Kita merasa berjasa karena kita bisa melaksanakan segala program gereja tanpa ada hambatan biaya, tidak seperti gereja-gereja yang lain.  Atau kita puas karena di gereja kita, banyak orang-orang pintar dan terkenal?  Saudara mari kita kembali mengintrospeksi rasa puas diri kita itu.  Sudahkah itu semua berkenan di hadapan Tuhan?

 

2.      Menjadi lupa diri (ayat 17 b –18)

Saudaraku kita sudah membaca deklarasi jemaat Laodikia yang merasa puas diri dengan kekayaan yang mereka miliki dan merasa tidak perlu apa-apa lagi.  Rupanya bukan saja mereka puas diri tetapi yang lebih parah lagi kekayaan membuat mereka lupa diri.  Lupa diri di sini bukan berarti jemaat Laodikia menjadi gila atau hilang ingatan, tapi mereka lupa bagaimana keadaan mereka sesungguhnya di hadapan Tuhan.

Tuhan berkata: “dan karena engkau tidak tahu bahwa engkau melarat dan malang, miskin dan telanjang, maka Aku menasehatkan engkau supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.

Dan karena engkau tidak tahu …” (ayat 17 b, 18).  Saudara kalimat ini cukup pedas. Setelah Tuhan mengutip perkataan deklarasi dari jemaat Laodikia tentang kesombongan mereka,  Tuhan mengatakan sebenarnya engkau tidak tahu keadaanmu yang sebenarnya di hadapan-Ku.

Tuhan menggambarkan mereka seperti orang yang melarat (talaipopos) dan malang (eleeinos) yang sebenarnya punya pengertian yang hampir sama hanya sebagai penekanan, yaitu kondisi di mana orang tersebut dalam keadaan penuh penderitaan baik secara emosi maupun kerohanian dan mereka perlu dikasihani.

Kata miskin (ptochos) gambaran seorang yang sangat melarat, seperti peminta-minta yang perlu pertolongan dan belas kasihan.  Kata buta (tupsnos) bukan berarti buta tidak bisa melihat sama sekali tapi digambarkan seperti seorang yang matanya tidak bisa melihat dengan jelas karena di matanya ada selaput yang menutupi matanya (katarak).  Hal ini sangat kontras sekali dengan keadaan orang Laodikia yang mempunyai pabrik obat mata yang terkenal, tapi mata rohani mereka sendiri juga tidak sehat, sedangkan kata telanjang (gumnos) mempunyai arti tidak pakai baju sama sekali atau telanjang dari pakaian rohani.

Saudara teguran di atas memang keras tapi kata-katanya mengandung unsur belas kasihan dari Tuhan.  Jadi dari arti kalimat ini saya menyimpulkan, Tuhan sedang menegur jemaat Laodikia karena mereka lupa akan diri mereka yang sebenarnya di hadapan Tuhan.  Teguran ini bertujuan supaya mereka bertobat kepada Tuhan dan meninggalkan dosa-dosa mereka dan kembali bergantung pada Tuhan.

Kekayaan, kepandaian dan ketenaran mereka telah memikat hati mereka dari Kristus, sehingga keselamatan yang telah Tuhan berikan kepada mereka telah ditukar dengan kenikmatan dunia.  Mereka tidak lagi memikirkan akan hal-hal rohani, mereka telah lupa statusnya sebagai orang-orang yang sudah menerima kasih karunia dari Tuhan.

Tuhan berkta kepada mereka, “Maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu. Supaya engkau dapat melihat.”  Kata membeli di sini bukan ditujukan kepada keselamatan, keselamatan tidak bisa dibeli tetapi membeli ditujukan kepada ketaatan.  Jemaat Laodikia harus membeli ketaatan dari Tuhan dengan pertobatan bukan dengan harta mereka karena pertobatan tidak bisa dibeli dengan harta dunia.  Itu sebabnya Tuhan memberikan kekontrasan keadaan mereka yang sebenarnya dengan kebutuhan mereka untuk membeli.

Bila dilihat keadaan mereka yang sebenarnya mereka sama sekali tidak mampu untuk membeli karena mereka sangat-sangat miskin, gambaran orang yang sangat perlu dikasihani, karena sama sekali tidak mempunyai daya  apa-apa.  Saya menggambarkan orang yang lupa diri seperti orang mabuk.  Orang mabuk tidak lagi tahu apa yang sedang dan telah ia lakukan.  Bahkan ia tidak tahu ketika ia telanjang atau apa yang ia katakan, orang mabuk perlu disadarkan dan perlu dikasihani, karena mereka tidak dapat menolong diri mereka sendiri.  Demikianlah keadaan jemaat Laodikia, mereka ditegur Tuhan supaya mereka sadar dan tidak lupa diri.

 

       Ilustrasi

Saudaraku, saya teringat akan teman-teman  saya yang satu gereja, dan sama-sama melayani Tuhan ketika saya masih bekerja di Jakarta.  Ketika mereka mulai sibuk dengan pekerjaan dan kedudukan mereka mulai meningkat, banyak di antara mereka tidak mau lagi melayani menjadi guru sekolah minggu dengan alasan sibuk.  Terakhir yang saya dengar dari teman saya yang lain, mereka bahkan sudah meninggalkan Tuhan dan tidak lagi ke gereja.  Memang secara ekonomi mereka berhasil, punya kedudukan di perusahaan, tapi mereka kehilangan anugerah Tuhan.  Mereka lupa akan kebutuhan mereka.   Sesungguhnya keadaana seperti inilah yang dimaksudkan Tuhan miskin, telanjang, buta dan perlu dikasihani.

 

Aplikasi

Saudaraku yang terkasih, manusia itu rentan dalam mengahadapi kekayaan, kepintaran dan ketenaran.  Itu sebabnya kita perlu berhati-hati terhadap kepuasan diri maupun lupa diri.  Kadang bila semua yang kita inginkan sudah kita dapatkan, kita lupa pada siapa yang memberi semua itu.  Bila manusia sudah merasa cukup dengan apa yang ada padanya, bisa membuat dia lupa akan keberadaannya di hadapan penciptanya, dan lupa bahwa setiap saat dia selalu membutuhkan pertolongan Tuhan.

      Saudara dari zaman ke zaman, dunia selalu menawarkan kenikmatannya.  Kalau kita tidak hati-hati, maka kita akan terjerat ke dalam kepuasan yang ditawarkan sehingga kita menjadi lupa diri.  Ketika seseorang sudah merasa puas dan lupa diri maka ia akan merasa tidak lagi membutuhkan Tuhan.  Ketika seseorang tidak lagi merasa membutuhkan Tuhan, sebenarnya ia sedang mengalami kesuaman rohani.  Itu sebabnya kita harus tetap waspada akan hal ini.  Hanya dengan berdekat pada Tuhan dan bergantung pada-Nya akan menolong kita.

 

3.      Kehilangan jati diri (ayat 16, 17)

Saudara Tuhan berkata dalam ayat 16, “Jadi karena engkau suam-suam kuku dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Rasa puas diri dan lupa diri membuat jemaat Laodikia tidak lagi memikirkan perkara-perkara rohani. Mereka sibuk dengan urusan bisnis mereka, mereka sibuk untuk terus memperdalam ilmu pengetahuan mereka dan terlena dengan ketenaran mereka.  Ibadah mereka menjadi kegiatan yang bersifat rutin saja , agama hanya sebagai simbol belaka dan tidak ada kesungguhan di dalam kerohanian mereka.  Tuhan muak dengan sikap ibadah mereka yang tidak dingin maupun tidak panas, mereka menjadi jemaat yang suam-suam kuku.

      Istilah “suam-suam kuku” adalah gambaran yang diambil dari kondisi air di Laodikia yang memang suhunya suam-suam kuku, tidak panas ataupun tidak dingin.  Itu dikarenakan adanya pertemuan antara sumber air panas di Hierapolis yang bersuhu panas dengan kadar belerang yang berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit kulit dan penyakit lainnya dan dengan air di Kolose yang bersuhu dingin yang berguna untuk melepas dahaga (seperti air es).  Pertemuan air tersebut mengalir ke Laodikia dan menghasilkan air yang suam-suam kuku dengan unsur endapan belerang yang berbau tidak enak.  Dengan demikian air di Laodikia sangat tidak enak untuk diminum dan membuat orang ingin memuntahkannya bila meminumnya, dan sebagai obat air itu tidak lagi mujarab karena telah bercampur dengan air dinggin.

      Saudaraku air panas dan air dingin bertemu menyebabkan masing-masing air tersebut kehilangan jati dirinya, yang panas tidak lagi menjadi panas, yang dingin tidak lagi menjadi dingin dan akhirnya suam-suam kuku.  Masing-masing kehilangan jati dirinya, yang pada akhirnya telah menyebabkan masing-masing kehilangan fungsinya.

      Saudaraku yang terkasih, demikian juga dengan hidup jemaat Laodikia, Ramsay juga berpendapat bahwa penduduk Laodikia dikenal sebagai orang-orang yang mudah kompromi dan menyesuaikan diri sesuai dengan kebutuhan dan keinginan orang lain.  Sikap kompromi penduduk tersebut sudah merasuk di tengah-tengah mereka  sehingga mereka menjadi jemaat yang kompromistis, kehilangan fungsi sebagai orang Kristen.  Hal inilah yang membuat Tuhan muak dan ingin memuntahkan mereka.

      Tuhan menginginkan mereka  berfungsi di dunia ini.  Kehidupan kristiani mereka dirasakan oleh orang-orang yang berjumpa dengan mereka, seperti air di Hierapolis yang berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit atau dingin seperti air di Kolose yang dingin dan berguna untuk memberi kesejukan bagi orang-orang yang dahaga.  Jadi baik panas ataupun dingin keduanya ada gunanya.  Bukan suam-suam kuku yang tidak berguna dan membuat orang muntah bila meminumnya.

   

      Ilustrasi

Ada seorang pemuda Kristen yang aktif di gereja asalnya, rajin ke gereja dan pelayanan.  Pada suatu kali ia harus pergi ke kota besar untuk melanjutkan studi.  Perguruan tinggi di mana ia menuntut ilmu rupanya tidak memungkinkan ia bertumbuh dalam imannya.  Teman-teman kuliahnya semua non Kristen.  Ia sering diejek karena kekristenannya.

      Akhirnya karena ia tidak tahan, ia bergabung dengan dengan teman-temannya dan ikut melakukan apa yang dilakukan oleh teman-temannya: nonton film porno, bergaul bebas dan tidak pergi ke gereja.  Pemuda ini sudah kehilangan jati dirinya.  Jika dikatakan ia orang Kristen, tidak ada tanda-tanda kekristenannya.  Tetapi jika dikatakan bukan orang Kristen, memang ia orang Kristen.  Kehadirannya di tengah-tengah masyarakat tidak membawa pengaruh yang benar sebagai orang Kristen.  Pemuda ini telah kehilangan jati dirinya sebagai orang Kristen dan sehingga hidup kristianinya tidak lagi berfungsi.

 

Aplikasi

Saudaraku, jika seseorang sudah kehilangan jati dirinya, apa lagi yang dibanggakan darinya?  Jika seorang tidak lagi berharga di hadapan Sang Pencipta, apa lagi yang dapat dikatakannya?  Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita agar kita menjadi terang dan garam yang mempunyai fungsi menerangi dan menjaga dunia dari pengaruh dosa yang semakin menjauhkan manusia dari Tuhan.  Tuhan juga menghendaki agar kita menjadi dingin atau panas seperti air di Kolose atau air di Hierapolis yang sama-sama mempunyai fungsinya.

      Jika kita sebagai orang Kristen mempunyai jati diri sebagai terang dan garam di tengah-tengah dunia yang penuh dosa atau kita seperti air di Kolose atau di Hierapolis, maka kita akan menjadi orang Kristen yang berfungsi seperti yang Tuhan kehendaki.  Jika tidak, kita akan menjadi orang Kristen yang kehilangan jati diri dan sekaligus telah kehilangan fungsi di tengah-tengah dunia ini, dan Tuhan katakan Ia akan memuntahkan kita.

      Saudara, Tuhan sudah memberikan segalanya kepada kita.  Sekarang bagaimana sikap kita?  Apakah kita menjadi jemaat yang terlalu puas diri sehingga kita lupa diri dan kehilangan jati diri?  Bahkan mungkin kita menjadi orang yang tidak menghargai berkat Tuhan, dan terus bersungut-sungut?  Yang Tuhan inginkan adalah kita menjadi dingin atau menjadi panas dengan kata lain selalu menjadi berkat bagi orang lain baik secara rohani maupun secara jasmani.

      Mungkin di antara kita ada yang “punya lebih” harta jasmani daripada saudara yang lain, marilah kita gunakan itu untuk kemuliaan Tuhan dengan cara membantu mereka yang kekurangan.  Di antara kita mungkin bukan orang yang lebih secara materi tapi kita punya kerohanian yang baik, marilah kita juga boleh membagikan harta rohani itu kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan kita.  Paulus pernah berkata kepada jemaat Korintus, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengashi orang yang memberi dengan sukacita          

Saudaraku, jikalau kita masing-masing menggunakan apa yang kita punyai untuk melayani Tuhan, saya yakin Tuhan akan memakai kita menjadi alat ditangan-Nya untuk memuliakan-Nya dan menjadi berkat bagi banyak orang.

 

Penutup

Saudara, Tuhan mengasihi kita.  Dia tahu bahwa kita tidak bisa jalan sendiri. Kita tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan kita.  Kita mengatakan kita baik-baik saja, tapi sebenarnya mungkin kita tidak berkenan di hadapan-Nya.  Itu sebabnya Dia selalu mengingatkan kita dan kadang kala Ia perlu menghajar kita ketika kita mulai menyimpang dari jalan-Nya.               

            Tuhan tahu bahwa hidup di dalam dunia ini tidaklah gampang.  Ia tahu kita mudah terjerat dengan dunia ini.  Itu sebabnya Ia senantiasa memanggil kita untuk kembali datang kepadanya.  Dengan figuratif Ia berdiri di muka pintu hati kita dan mengetuk hati kita agar kita membuka hati dan membiarkan Dia masuk ke dalam hati kita serta membersihkan segala kebobrokan hati kita.

            Marilah saudaraku kita mengintrospeksi diri kita masing-masing di hadapan Tuhan.  Hanya Tuhan dan saudara yang tahu bagaimana sebenarnya kondisi hati kita.  Biarkan Tuhan berkata-kata kepada saudara apa yang Tuhan ingin kita lakukan agar kita tidak menjadi jemaat yang suam-suam kuku, agar kita tidak dimuntahkan oleh Tuhan.   Mintalah kepada Tuhan agar Tuhan memberikan kepada kita hati yang hanya mau bergantung pada-Nya.  Tuhan berkata: “Barangsiapa menang, ia akan Ku dudukan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku …”  Biarlah Tuhan menolong kita.