sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

Tema     : Setialah!

Nats      : 2 Tim 4: 6-10

Penulis  :  Benny Solihin

 

Pendahuluan

Kesetiaan merupakah hal yang sangat langka dan mahal di dalam dunia ini, baik dalam persahabatan, berpacaran, rumah tangga, bisnis, dan juga dalam pelayanan. Namun jika kita melihat Alkitab, maka kita akan mendapati bahwa kesetiaan itu juga merupakan sesuatu yang langka sejak manusia pernah tinggal dalam dunia ini.

Banyak anak Tuhan yang pernah ikut terjun dalam pelayanan, tetapi sedikit dari mereka yang setia sampai akhir hidupnya. Celakanya, salah satu ukuran Tuhan dalam melihat manusia adalah kesetiaannya.  Dalam sebuah perumpamaan yang diceritakan Tuhan Yesus (Mat.24,25), tuan itu memuji hambanya dengan kalimat, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.  Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”

Saudara, sambutan kehormatan Allah kepada kita kelak sangat berkaitan erat dengan kesetiaan kita kepada-Nya, oleh karena itu jadilah setia dan teruslah setia.

 

Saudara, agar kita menjadi setia dan tetap setia, saya akan mengajak Saudara melihat faktor-faktor apa yang dapat menyebabkan seorang pelayanan Tuhan menjadi tidak setia. Belajar dari kegagalan Demas kita melihat paling sedikit ada 3 faktor.

1.      Identitas diri yang tidak jelas 

Nama Demas hanya disebut 3 kali di dalam Alkitab, dan kita tidak mendapat informasi terlalu banyak tentang siapakah dia dan sebab-sebab ia meninggalkan pelayanan Tuhan. Dalam Kol.4:14; Flm 24 di situ tersirat bahwa Demas adalah rekan kerja Paulus, Lukas (seorang murid Yesus), Markus (saudara Tuhan Yesus), Aristarkhus yang juga rekan sepelayan Paulus.  Jadi Demas adalah seorang pelayan Tuhan.  Apa arti yang lebih jauh dari status Demas ini?

§         Ia adalah orang yang pernah berjuang untuk Injil dan bekerja dengan seluruh jiwanya untuk kerajaan Sorga.

§         Ia adalah orang yang pernah dipakai oleh Tuhan.

§         Ia adalah di kenal oleh masyarakat khususnya masyarakat Kristen.

§         Ia adalah orang yang cukup dihormati oleh rekan kerjanya, sehingga namanya juga tidak dilupakan oleh Paulus dalam beberapa suratnya.

 

Tapi kemudian apa yang terjadi dengan orang ini?  Dalam dalam 2 Tim 4:10 Paulus menulis kepada Timotius muridnya,  “Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku.”  Sungguh suatu akhir yang mengerikan dari seorang yang pernah dipakai oleh Tuhan.

      Kata “mencintai” yang dipakai Paulus di sini adalah “agapo” suatu kata yang melukiskan “mencintai dengan penuh rasa sayang, atau mencintai total”.  Kata ini juga dipakai dalam melukiskan kasih Allah yang total terhadap manusia di dalam Yoh.3:16.  Dari kata agapo yang dipakai oleh Paulus kita dapat menarik kesimpulan bahwa rasa sayang Demas akan dunia ini sudah begitu merasuk, bagaikan seorang laki-laki yang  tergila-gila secara total kepada seorang gadis remaja sampai ia tidak lagi mengenal dirinya bahwa ia adalah seorang kakek dengan 13 cucu.  Demas seperti orang yang telah kehilangan jati dirinya.

Demas tidak lagi jelas akan identitas dirinya  bahwa ia adalah seorang hamba Tuhan dan bukan hamba dunia; ia bukan dibeli oleh dunia tetapi oleh darah Tuhannya; ia tidak dipanggil untuk mencintai dunia melainkan mencintai Tuhannya.

 

      Berbeda dengan Paulus, ia adalah seorang pelayan yang mengerti dengan jelas akan identitas dirinya.  Ia sadar benar bahwa ia adalah rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah (2 Tim.1:1).  Apostolos = utusan.  Utusan Yesus untuk menerangi dunia ini bukan untuk sama dengan dunia ini.

Paulus juga sadar akan identitas dirinya yang adalah hamba Tuhan (Rom 1:1; Fil 1:1; Gal 1:10)Walaupun Paulus mempunyai banyak talenta: pengarang, pengkhotbah, pengajar, organisatoris, tent maker (pembuat tenda) tetapi pada waktu ia menyebutkan jati-dirinya ia tidak merelasikannya dengan hal-hal tersebut.  Dunia bukan suatu kebanggaan bagi Paulus, ia menganggap itu semua sampah.  Ia merelasikan dirinya dengan Kristus, PenebusNya yang kekal, dan ia menyatakan dirinya sebagai “hamba Kristus”[1].  Keyakinan akan identitas diri yang kuat ini memberi ia kebanggaan dan kekuatan dalam menghadapi tantangan pelayanan sehingga ia tetap setia sampai akhir hidupnya.

 

2.      Ketakutan akan penderitaan yang akan datang

Demas telah melayani bersama-sama dengan Paulus cukup lama.  Ketika Paulus dipenjarakan pertama kali di Roma Demas tetap menemani Paulus, sehingga ketika Paulus menulis surat dari penjara itu kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon, Paulus mengikut sertakan nama Demas di sana.

      Namun, keadaan pepenjaraan Paulus yang kedua ini berbeda dengan yang pertama.  Pada waktu Paulus dipenjara yang pertama, Paulus berstatus tahanan rumah dan masih diberi izin untuk menerima tamu dengan bebas (Kis.28:30).  Ia tidak terancam oleh hukuman mati yang menakutkan, sehingga banyak teman-temannya berani menyertainya, termasuk Demas. 

Tetapi pada pepenjaraan Paulus yang kedua kali ini keadaannya sangat berbeda. Status tahanan Paulus saat ini jauh lebih berat daripada tahanan yang pertama.  Ia dikurung dan diisolasi dalam sebuah kamar tahanan yang gelap di bawah tanah dengan hanya satu lubang udara, kaki tangannya dibelenggu. Dingin dan kesepian.  Ia diperlakukan sebagai narapidana kelas berat.

Paulus bukan lagi tertuduh karena perselisihan-perselisihan agama, melainkan karena dianggap pembuat keonaran.  Pada zaman kaisar Nero orang-orang Kristen dituduh mengganggu ketertiban masyarakat dan Paulus adalah pemimpin mereka.  Maka tidak heran kalau ia ditahan sebagai seorang kriminal kelas berat dan diacam hukuman mati.

 

      Dalam 2 Tim 2:9, Paulus berkata, “Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, …”  Kata  “penjahat” yang dipakai oleh Paulus dipakai oleh Lukas (Luk 23:33) untuk kedua terhukum yang tergantung di samping kiri dan kanan Yesus.  Kata ini bukan untuk menunjukkan seorang kriminal kecil-kecilan tetapi seorang kriminal yang buas, kejam dan berdarah dingin sehingga tidak dapat lagi diampuni dan harus dihukum mati.  Dalam keadaan  demikian Demas malah meninggalkan Paulus.

 

“Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku.”

Kata “meninggalkan”  (deserted)  biasa dipakai untuk menunjukkan seorang prajurit yang lari secara mendadak dari tugas militer.  Coba bayangkan, seorang prajurit yang seharusnya berada di garis depan untuk berjuang, membela dan mempertahankan tanah airnya, tiba-tiba kabur mendadak, prajurit macam apa itu.  Itulah yang dilakukan oleh Demas.

     

Lalu apa yang mendorong Demas untuk pergi meninggalkan Paulus?  Saya pikir mungkin saja apa yang dialami oleh Paulus menakutkan Demas.  Ia melihat kalau Paulus saja dijebloskan dan diancam hukuman mati, tentu itu sebagai suatu peringatan bahwa hal yang sama akan dijatuhkan untuk setiap pengikutnya.  Demas juga melihat bahwa tekanan kepada kekristenan bukan semakin ringan tetapi sebaliknya semakin meningkat. Ia sadar bahwa tiba gilirannya ia akan bernasib sama seperti Paulus.

Sdr, ketakutan Demas itu wajar dan kita bisa maklumi, karena kita pun mungkin dapat berbuat hal yang sama.  Demas tidak bersedia menanggung nista bersama-sama dengan Paulus menderita sebagai laskar Kristus, melainkan ia mencari hidup yang lebih aman.  Nampaknya wajar dan manusiawi.

Namun demikian, bukankah Yesus sendiri telah mengingatkan para murid-Nya bahwa mengikut Dia berarti “memikul salib”, ada konsekuensi yang harus  diterima sebagai pengikut-Nya.  Berkali-kali,

Yesus dalam Matius 10 mengingatkan murid-murid-Nya  dengan berkata,

 “Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”

 

Bagi Paulus seorang prajurit itu tidak layak untuk lari.  Ketika seseorang bersedia untuk menjadi prajurit seharusnya ia sudah memikirkan semua konsekuensinya.  Oleh karena itu ia menguatkan Timotius untuk menyadari bahwa sebagai orang Kristen mereka juga dipanggil untuk ikut menderita. 

Dalam 2 Tim.2:3 dikatakan,

“Ikutlah menderita sebagi seorang prajurit ang baik dari Kristus Yesus.  Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”

 

Aplikasi

           

3.      Orientasi hidup yang duniawi

Bertahun-tahun Demas melayani Tuhan dan mengikuti Paulus sampai akhirnya ia melihat bagaimana nasib kehidupan Paulus.  Apa yang didapat dari kehidupan seorang hamba Tuhan seperti Paulus? 

Bukan sebuah rumah mewah, melainkan sebuah sel pengap dan gelap. Bukan harta berlimpah, melainkan tubuh yang kedinginan dan kurang makan. Bukan kebebasan di hari tua melainkan kerangkeng besi yg membelenggu.

 

            Mungkin pada waktu Demas  muda, ketika jiwanya masih mengebu-gebu untuk dipakai oleh Tuhan, ia tidak pernah memikirkan hal ini, tetapi setelah ia berumur orientasi hidupnya berbeda.           

Sdr, Paulus berkata bahwa “Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku.  Ia telah berangkat ke Tesalonika.”  Pertanyaannya mengapa Demas pergi ke Tesalonika bukan ke kota yang lain?  Dan mengapa Paulus merasa begitu penting untuk menyebut Tesalonika? 

Sdr, mungkin juga kota itu adalah kota kelahiran Demas, karena ia adalah seorang keturunan Yunani.  Tetapi kita juga tahu bahwa Tesalonika adalah ibukota dari Makedonia, salah satu daerah bagian dari Kerajaan Roma.  Kota Tesalonika adalah kota dagang terbesar di Eropah Tenggara, suatu kota yang makmur dan juga penuh dengan kenikmatan dunia. Arti kata “Tesalonika” sendiri adalah “victory of falsity (kemenangan dari kepalsuan).”  Mungkin saja dengan menunjuk kota Tesalonika Paulus ingin mengatakan bahwa Demas telah terbujuk dan kembali mencintai dunia.

Sdr, NIV dan ITB menerjemahkan kata “dunia ini” dengan arti yang sama, yaitu “this world”  (because he loved this wold).  Namun dalam 4 terjemahan lain yang saya bandingkan: KJV, NAB, RSV, ASV menerjemahkan lebih lengkap dan lebih tepat seperti dalam bahasa aslinya. 

Dalam bahasa aslinya ada satu adverb di depan kata “dunia” (aiona), yakni “nun”  yang artinya “sekarang (now atau present)”, sehingga terjemahan yang lebih tepat dari “this world” adalah  “this present world” atau “dunia yang sekarang ini”   Dengan demikian ayat ini akan berbunyi “Karena Demas telah mencitai dunia yang sekarang ini,”  Perhatikan, bahwa Paulus tidak mengatakan bahwa “Demas telah mencintai dunia ini sekarang”  tetapi “mencitai dunia yang sekarang ini”. 

Bukankah itu berarti ada dunia lain yang seharusnya menjadi orientasi Demas; suatu dunia yang seharusnya menjadi pelabuhan hati Demas, yakni “dunia yang bukan sekarang ini”, suatu “dunia kemudian”; bukan suatu dunia yang saekulum “now and here” tetapi  “dunia yang akan datang.”   Konsepsi  inilah yang nampaknya Paulus yakini, sehingga ia dapat berkata, Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, hakim yang adil, pada hari-Nya.”      (2 Tim 4:8).

Orientasi hidup Paulus bukan dunia kini, tetapi dunia mendatang.  Ia bukan hanya seorang pelari yang melihat jauh ke depan, tetapi seorang hamba yang selalu melihat jauh ke atas.  Ia tidak pernah menyesal telah ditangkap dan diperbudak Tuhan di jalan menuju Damsyik; ia juga tidak malu mengakui bahwa dirinya adalah budak-Nya.  Ia tidak mempunyai ambisi lain dalam hidupnya kecuali menyenangkan hati Tuhan.  Walupun hadiah pengabdiannya hanya sebuah kamar gelap yang dingin tanpa teman, ia tidak pernah marah kepada Allah.  Ia tidak pernah berubah menjadi setia.  Orientasi hidupnya bukan dunia ini.  Dunia dan segala kemuliaannya merupakan sampah belaka baginya.  Ia telah belajar untuk melihat mahkota yang akan diterimanya kelak dari Allah yang diabdinya.

 

Aplikasi:

 

 


 

[1]Jika kita melihat kembali tentang arti perbudakan pada zaman Paulus, maka kita akan lebih jelas apa yang dimaksud Paulus dengan perkataan “hamba”:

1.    Seorang budak dimiliki sepenuhnya oleh majikannya yang telah membelinya dari pasar budak.

2.    Seorang budak dibeli semata-mata hanya untuk melayani tuannya, tidak untuk alasan lain.

3.    Seorang budak tidak lagi memiliki keinginan, ambisi sendiri, kecuali menyenangkan hati tuannya.