sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

Tema               :  I Will Be With You – Aku akan menyertai engkau

Nats                :  Yosua 1:1-9

Penulis            M a r y

Ide Exegetika : Tuhan memanggil Yosua menggantikan Musa untuk memimpin    bangsa  Israel memasuki dan memiliki Tanah  Perjanjian.

Proposisi          : Perkataan Tuhan yang menguatkan Yosua juga dapat menjadi kunci kekuatan    kita, takkala kita mengalami ketakutan dan kegentaran.

Outline            :  Apakah kunci dari kekuatan itu? Melalui Yosua 1:1-9, kita dapat melihat ada dua kunci     kekuatan kita:

 1.  Memegang teguh janji Tuhan (ay. 5).

2.  Memegang teguh perintah Tuhan (ay. 7-9).

Tujuan           :  Agar jemaat menyadari bahwa ketika mereka mengalami ketakutan dan kegentaran, ada kekuatan dari Tuhan Sang Natal itu yang akan  memampukan mereka untuk mengatasi ketakutan dan kegentaran tsb.

Pendahuluan

            Sdra, pernahkah saudara mendengar seseorang berkata:

“Saya tidak dapat melakukannya.  Saya tidak berani ambil resiko.  Saya memang yakin hal itu adalah yang terbaik, tetapi saya terlalu takut.”

            Sdra, mungkin kita termasuk orang yang pernah berkata sepeerti itu.  Hanya sedikit dari kita yang berhasil bebas dari perasaan bingung yang datang pada waktu kita terlalu takut untuk melangkah.  Dari menaiki tangga pesawat terbang, mengejar kesempatan berkarier sampai menanggung resiko dalam suatu persahabatan, semua ini hanya sebagian dari kehidupan yang penuh dengan keadaan yang membuat kita takut.

            Salah satu hal yang paling menakutkan, tentu saja, adalah takut kepada keta kutan itu sendiri.  Kita jarang mengungkapkannya kepada orang lain, tetapi kebanyak an kita berpikir: “Orang Kristen yang baik, yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, tidak pernah mengalami ketakutan.  Jadi, pasti saya telah gagal menjadi orang  Kristen yang baik.  Banyak yang berpikir bahwa Tuhan mengharapkan setiap orang Kristen harus memiliki keberanian yang luar biasa untuk mengalahkan ketakutan.  Sebagai akibatnya, sering  ketakutan yang tidak realita muncul, yaitu ketika kita mengalami ketakutan, timbul pikiran bahwa Tuhan akan menolak kita.

            Sdra, Allah kita bukanlah Allah yang seperti itu, karena di dalam Alkitab penuh dengan kisah yang menggambarkan Allah meresponi orang-orang yang mengalami ketakutan.  Yosua termasuk salah seorang di antaranya,  Yosua juga adalah seorang manusia biasa seperti kita, Yoshua kenal betul akan bangsa Israel, dia juga mengerti medan tanah perjanjian, namun Yoshua  mendapatkan kekuatan dalam menghadapi rasa takut dan gentar. Sebab sebelum menjalankan tugas datanglah firman Tuhan kepada Yosua, firman Tuhan sangat menguatkan Yosua. Kita juga perlu mengerti bahwa firman Tuhan tersebut juga menjadi kunci kekuatan bagi kita, takkala kita mengalami ketakutan dan kegentaran.  Melalui Yosua 1:1-9, marilah kita belajar dua kunci yang menjadi   kekuatan Yoshua itu:

1.  Memegang teguh janji Tuhan (ay. 5).

            Sdra, ketakutan dan kegentaran itu merupakan sifat atau emosi  yang manusiawi sekali,   yang sebenarnya sangat  akrab dalam kehidupan kitaHal inilah yang pernah dialami oleh Yosua, salah seorang pemimpin bangsa Israel.  Pada saat bangsa Israel keluar dari Mesir, Yosua masih muda (Kel 33:11) dan kemudian Musa memilih dia menjadi pembantu pribadinya selama 40 tahun dalam pengembaraan di padang gurun.  Yosua merupakan pembantu yang akrab dan setia bagi Musa.

            Sdra, kemudian terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan banyak perubahan, terutama bagi Yosua, yaitu dengan matinya Musa, Sang Pemimpin Besar.  Hal ini jelas terlihat di dalam kalimat pembukaan yang terdapat di kitab Yosua: “Sesudah Musa, Hamba TUHAN itu mati …” (Yos 1:1,2),  dan jelaslah kepemimpinan Musa telah berakhir dan beralih kepada Yoshua. Dengan meninggalnya Musa, Yosua menghadapi tantangan terbesar dalam hidupnya yang sebelumnya mungkin ia pernah  pikirkan, tapi sekarang menjadi kenyataan.  Mengapa menjadi tantangan yang terbesar ?  Siapakah yang tidak gentar menjadi Pemimpin besar?  Yosua boleh dipanggil oleh Tuhan untuk mengambil alih kepemimpinan Musa. Mungkin kita katakan  Yosua sebelumnya sudah dipersiapkan dengan baik melalui pengalaman-pengalamannya bersama Musa selama berada dipadang gurun, namun Israel bukanlah bangsa yang gampang dipimpin. Sekarang Yosua telah ditunjuk menjadi pemimpin yang akan membawa Israel ke Tanah Perjanjian (Ul 31:7-8).  Hal ini juga ditegaskan dalam Yosua 1:1b yang berbunyi demikian: “berfirmanlah Tuhan kepada Yosua bin Nun abdi Musa itu …,” kalimat di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan telah dipindahkan dari Musa kepada Yosua.

            Sekarang Yosualah pemimpin bangsa Israel.  Sekalipun tanggung jawab yang harus dipikul  tidak mengejutkan Yosua, namun kenyataannya bahwa kini dia menjadi pengganti Musa yang sangat membuatnya terhentak.  Dia yang dulunya adalah abdi Musa kini menjadi pengganti Musa.  Dia yang dulunya adalah pelayan Musa kini menjadi pemimpin bangsa Israel.  Ketakutan dan kegenataran mulai menyelimuti dirinya. Kata “ketakutan” dalam ayat 6, 7, 9 ini bukan sekedar takut saja, tetapi dalam bahasa aslinya mengandung pengertian gemetar dengan sangat.  Perkataan ini sungguh menggambarkan bagaimana perasaan Yosua yang “gemetar dengan sangat” pada saat itu.

Mungkin kita dapat bertanya, mengapa Yosua  demikian gemetar dengan sangat ? sebab sebagai manusia normal tentu paling sedikit Yosua membandingkan diri dengan Musa. Karena itu tidaklah heran jika pertanyaan-pertanyaan yang mengkhawatirkan mulai menghantui pikirannya.

            Sdra, mungkin kita bertanya, “Apa yang sebenarnya membuat Yosua takut, hingga dia gemetar dengan sangat”?  Kita akan mencoba melihat ketakutan-ketakutan apa yang sebenarnya membuat Yosua gemetar dengan sangat:

* Ketakutan yang berasal dari dalam dirinya sendiri.

  Ada penafsir yang mengatakan Yosua merasa rendah diri dan tidak layak di dalam pandangan-nya sendiri untuk menggantikan Musa.  Yosua terlalu peka dan melihat betapa dia terlalu jauh dari Musa di dalam kebijaksanaan dan ketangguhannya.  Padahal sebenarnya Yosua adalah seorang pemberani, ini jelas ketika kedua belas pengintai itu pulang dan Yosua bersama Kaleb bin Nun menentang ketidak percayaan mereka bersepuluh.  Juga sebenarnya bukankah Yosua telah melayani seorang pemimpin perang yang berhasil pada masa pengembaraan?  Bukankah dia merupakan salah seorang dari dua pengintai yang berpandangan positif untuk memasuki dan menduduki tanah Kanaan?  Mengapa pengalaman-pengalaman ini tidak cukup untuk menguatkan Yosua?

* Ketakutan karena sosok Musa.

  Musa adalah seorang pemimpin yang berkharisma, seorang pemimpin besar, dan sekarang Yosua harus menggantikan posisi Musa, Sang Pemimpin besar itu.  Yosua telah melihat bagaimana Musa dengan keberaniannya masuk ke istana Raja Firaun, dia tahu bagaimana karakter Musa, dia juga melihat saat Laut Merah terbelah menjadi dua, dan lebih dari itu Yosua juga melihat keintiman hubungan Musa dengan Tuhan.  Dalam dirinya mungkin timbul pertanyaan: “Mampukah saya menggantikan Musa?  Bagaimana bila saya gagal?”

* Ketakutan rasal dari bangsa Israel.

  Suatu bangsa yang besar dan tegar tengkuk.  Selama 40 tahun Yosua mengikuti Musa, ia mengetahui seperti apakah bangsa Israel itu?  Bangsa Israel yang mengancam hendak membunuh Musa ketika mereka tidak diijinkan kembali ke Mesir.  “Mungkinkah saya dapat meminpin bangsa yang seperti ini?  Bagaimana kalau mereka memberontak terhadap saya?”

* Ketakutan karena ini merupakan tugas yang berat.

 Yosua harus mengemban tugas dengan tanggung jawab yang besar, yaitu membawa bangsa Israel memasuki dan menduduki tanah perjanjian. Karena itu Yosua berpikir: “Mungkinkah saya dapat melaksanakan tugas ini dengan baik?”  “Mampukah saya bertanggung jawab atas tugas ini?”

            Sdra, semua ketakutan Yosua itu dapat kita pahami, dan kemungkinan besar jika kita berada dalam posisi Yosua, kita juga akan mengalami ketakutan yang sama.  Yosua harus menghadapi dan menjalankan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin dari suatu bangsa yang besar, yang tidak bisa diramalkan kestabilannya.  Namun Allah memahami kegentaran dan ketakutan Yosua.  Allah mengerti perasaan Yosua itu.  Sehingga dalam perikop ini kita melihat Allah yang secara aktif menguatkan Yosua.  Allah berulang kali berbicara secara pribadi kepada Yosua untuk menguatkan dia sama seperti Ia menguatkan Musa (Ul 11:24; 31:3-8).

            Bahkan Allah memberikan janji yang sangat indah kepada Yosua, dan menyatakan ay 5: “Seorangpun tidak akan dapat menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”

            Tuhan berjanji akan menyertai Yosua, “I will be with you”.  Kata “be/ ada”, sama dengan bahasa aslinya, yang berarti Tuhan selalu ada bersama-sama dengan Yosua, Tuhan ada di sisi Yosua.  Bahkan kalimat ini mempunyai konotasi, bukan hanya ada di sisi Yosua secara pasif saja, tetapi menyertai  dia secara aktif di sisinya Yosua untuk memimpin, menopang dan memberikan jaminan kesuksesan.

            Tuhan juga berjanji tidak akan membiarkan dan meninggalkan Yosua.  “Raphah” (membiarkan) dan “azab” (meninggalkan), dalam bahasa aslinya mempunyai pengertian yang sangat dalam.  Yakni: Tuhan tidak akan membiarkan Yosua menjadi lemah atau jatuh, dan Ia tidak akan pernah melupakan Yosua barang sedikitpun atau melepaskan dia sendirian.

            Sdra, janji Tuhan ini sungguh-sungguh memberi kekuatan kepada Yosua di tengah-tengah ketakutan dan kegentarannya.  Karena dengan janji itu Tuhan meyakinkan dan menguatkan Yosua bahwa Ia sendiri yang akan menolong Yosua di dalam segala keadaan.

            Sdra, ada seorang pendeta memberi kesaksian berhubungan dengan kerusuhan Mei tahun 1998.  Ketika seorang jemaatnya menelepon dan memberitahukan bahwa daerah di sekitar lokasi rumahnya akan dibakar, dan sekarang rumahnya sudah terkepung, pendeta ini dengan segera berkata, “Saya akan datang menolongmu.”  Pendeta tersebut setelah berdoa, ia pun dengan segera mengendarai mobil menuju rumah jemaatnya.  Saat itu jalanan begitu sepi, dan tiba-tiba pendeta ini diliputi perasaan takut yang luar biasa.  Apalagi ketika ia hampir memasuki lokasi tempat tinggal jemaatnya dan melihat kerumunan orang yang begitu banyak.  Hatinya mulai gentar dan ia merasa seluruh tubuhnya gemetar.  Beliau lalu berdoa dengan gemetar, dan pada saat itu dia teringat akan perkataan Tuhan, “Janganlah takut dan gentar, Aku akan menyertai engkau”.  Janji Tuhan itu menguatkan pendeta ini.  Di dalam ketakutannya, janji Tuhan ini dipegangnya dengan teguh dan dengan bersandar pada janji Tuhan, ia pun memasuki lokasi tersebut. 

Dan sungguh ajaib, ketika mobilnya memasuki lokasi itu, orang-orang yang berkerumun itu, menyingkir dan membiarkan dia lewat.  Mereka tidak melakukan apapun.  Padahal saat itu, orang yang berjubel sedang memasuki rumah orang-orang dan menjarah di sana.  Ada juga beberapa orang yang berusaha mendobrak pintu, dll.  Tetapi mereka tidak melakukan apapun terhadap pendeta ini, kecuali menyingkir dan memberi jalan kepadanya.  Pendeta ini melihat bahwa mobilnya merupakan satu-satunya mobil yang ada di lokasi itu, dan ia merasakan bagaimana Tuhan menyertai dan menjaganya, sehingga mobilnya dapat maju selangkah demi selangkah.  Akhirnya pendeta ini sampai di rumah jemaat dan membawa mereka keluar dari rumah, dan sekali lagi tidak terjadi apa-apa, biarpun ada orang-orang di depan pintu rumah jemaatnya.

            Pendeta ini sungguh merasa bagaimana Tuhan ada di sisinya, menyertainya dan menolongnya, dia dan jemaatnya dan mereka dapat keluar dari lokasi tersebut, tanpa mengalami sesuatu apapun.  Sungguh, janji penyertaan Tuhan itu memberi kekuatan kepadanya dikala ketakutan itu datang.

            Sdra, ketakutan & kegentaran seperti apa yg sedang saudara alami?  Apakah itu perasaan takut tentang masa depan yang tidak pasti? Atau perasaan karena sakit penyakit yang berkepanjangan? Atau perasaan takut, bila penganiayaan itu datang?  Ingatlah, bahwa tidak ada satu janjipun yg lebih mengagumkan daripada janji Tuhan yang akan menyertai kita ketika kita dalam keadaan yang takut dan gentar. 

      Sdr, peganglah teguh akan janji penyertaan-Nya yg merupakan sumber  kekuatan bagi kita.  Janji-Nya yang menyertai kita akan terus menopang kita.

Kunci kekuatan kita yang kedua ialah:

2.  Memegang teguh peritah Tuhan (ayat 7-9).

            Sdra, seringkali janji-janji Tuhan  diberikan bersamaan dg perintah Tuhan.  Jadi, jika  mau memegang teguh janji Tuhan, maka sudah seharusnya  juga berpegang teguh akan perintah Tuhan.  Kedua hal ini tidak boleh terpisah, karena merupakan satu mata rantai yang saling mempengaruhi.  Ayat-ayat yang telah dibacakan tadi kita dapat melihat bahwa perkataan-perkataan Tuhan kepada Yosua bukan hanya berisi janji-janji Tuhan tetapi juga bergandengan dengan perintah-perintah Tuhan.

            Sdra, apakah karena Yosua takut dan gentar maka ia telah memperoleh janji-janji Tuhan yang memberi-nya kekuatan, dan sekarang apa yang harus Yosua lakukan? Tentunya Yosua harus memegang teguh perintah Tuhan.  Karena perintah Tuhan dapat menjadi pedoman/petunjuk bagi Yosua, tentu ketika ia mengalami tantangan dan masalah, maka janji firman itu  dapat menjadi kekuatan baginya untuk melaksanakan tugas kepemimpinan dengan baik. 

            Sdra, apakah perintah yang Tuhan berikan pada Yosua itu?

Pertama, Yosua harus bertindak hati-hati sesuai dengan seluruh hukum (1:7a).  Ini berarti Yosua harus menepati semua perintah Musa yang telah Musa peroleh dari Tuhan.  Yosua harus berhati-hati di dalam segala tindakannya agar sesuai dengan perintah Tuhan itu.  “Berhati-hati” di sini juga berarti mempunyai hati yang bijaksana di dalam mengambil setiap keputusan.  Ia juga tidak boleh menyimpang ke kiri dan ke kanan (1:7b).  Ungkapan ke kiri dan ke kanan, menunjukkan tidak ada sesuatu penyimpangan atau penyelewengan yang dapat diijinkan. Yosua juga tidak boleh lupa memperkatakan kitab Taurat (1:8a).  Di dalam kondisi dan situasi apapun, di dalam setiap perkataannya, kebenaran dan pengajaran harus selalu diajarkan dan dikumandangkan.  Dan yang terakhir, semua hukum Taurat itu, harus dia renungkan siang dan malam ( 1:8b).  Yosua harus membaca kitab ini berulang kali secara konsisten dan merenungkan apa yang tertulis di dalamnya, kemudian menerapkannya di dalam seluruh langkah kehidupannya.

            Sdra, ini berari segenap pikiran, perkataan dan perbuatan Yosua harus sesuai dan tidak boleh menyimpang dari perintah Tuhan.  Yosua harus memegang teguh kebenaran perintah Tuhan itu.  Perintah ini ditegaskan oleh Allah kepada Yosua dengan pernyataan:  “Kuatkan dan teguhkan hatimu”, di mana kalimat ini memberikan suatu gambaran yang “menegur dan sekaligus memerintahkan.”  Kalimat ini diulang sebanyak tiga kali dalam bagian ini (ay. 6,7,9).  Pengulangan perintah agar menjadi kuat dan teguh, bukan hanya mengekspresikan peneguhan kekuatan yang dari Tuhan, tetapi penekanan yang lebih khusus di sini ialah menjadi setia dan taat kepada perintah Tuhan.

            Bahkan di ayat 9,  Tuhan lebih tegas lagi berfirman: “Bukankah telah Ku perintahkan kepadamu:  Kuatkan dan teguhkanlah hatimu?”  Otoritas Allah yang dinyatakan dalam ayat 9 ini diungkapkan kepada Yosua untuk menolong hanba-Nya dari keragu-raguan.  Dalam pernyataan-Nya ini terkandung makna bahwa Tuhan yang telah memerintahkan Yosua, Dia juga yang akan menyertai Yosua.

            Jadi, Yosua harus setia dan taat di dalam menjalankan setiap perintah Tuhan dan memegang perintah tersebut dengan teguh.  Dengan berpegang teguh pada janji dan perintah Tuhan itulah Yosua dikuatkan untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil memikul tanggung-jawab yang besar untuk membawa bangsa Israel memasuki tanah perjanjian.

            Sdra, ada seorang anak remaja dan ayahnya tersesat di hutan.  Ketika mereka mencoba mencari jalan keluar, mereka menemukan bahwa mereka harus menyeberangi sebuah sungai untuk dapat selamat keluar dari hutan.  Sungai itu mempunyai arus yang sangat deras dan di tengah-tengah sungai itu, terdapat sebuah balok kayu yang dipakai sebagai tempat penyeberangan. Balok kayu itu hanya cukup untuk dilewati satu orang saja.

            Anak remaja itu sangat ketakutan ketika melihat situasi yang seperti itu, ia menjadi ngeri menbayangkan bagaimana ia harus berjalan di atas balok kayu itu.  Pada saat itu ayahnya berkata kepadanya, “Jangan takut , ayah akan menyertai kamu, dan kamu pasti akan selamat tiba di seberang. Tetapi kamu harus menutup matamu dan memegang kayu yang ayah ulurkan kepadamu.”

            Akhirnya anak ini meskipun ia masih takut, namun ia mau menuruti apa yang dikatakan oleh ayahnya.  Dengan tubuh yang gemetar, ia mulai mencoba melangkahkan kakinya.  Pada saat ayahnya berkata lagi, “Jangan takut, ayah ada bersamamu.  Kamu pasti bisa sampai ke seberang dengan selamat.”  Perkataan ayahnya memberi keyakinan yang menguatkan untuk mulai melangkahkan kakinya setapak demi setapak menyusuri balok kayu itu.  Sdr, anak itu akhirnya selamat tiba di seberang.  Pada saat itulah ia menyadari bahwa janji dan perintah ayahnyalah yang telah menolong sehingga kegentarannya yang mula-mula telah diganti dengan keyakinan yang menguatkan dia untuk melangkah, karena ia memegang teguh janji dan karena ia juga melakukan perintah ayahnya.

            Sdra-sdra, seringkali di dalam ketakutan kita, kita sulit untuk tetap taat pada perintah Tuhan, padahal justru dari perintah Tuhan itulah kita dikuatkan oleh-Nya.  Karena ketika kita takut dan gentar, perintah Tuhan menolong kita untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan, apalagi dengan adanya janji Tuhan untuk menyertai kita.  Seharusnya kita mempunyai keyakinan untuk mengahadapi berbagai ketakutan kita seperti Yosua, yang setelah memperoleh janji dan perintah dari Tuhan yang menguatkannya, ia tidak membuang waktu untuk menanggapi semua perintah Tuhan. 

            Sdra, ketika kita menghadapi ketakutan kita, maukah kita datang kepada Tuhan sumber kekuatan kita?  Janji penyertaan-Nya dan perintah-nya pasti membuat kita mampu untuk menghadapi rasa takut dan gentar yang sedang kita hadapi.

Penutup

            Sdra yang kekasih di dalam Tuhan Yesus, hari ini kita telah belajar satu pelajaran yang berharga.  Tidak seorangpun yang dapat memberikan kepada kita janji yang mengagumkan seperti yang Tuhan janjikan kepada Yosua bahkan Ia akan menyertainya dan tidak akan pernah membiarkan dan meninggalkan Yosua dalam kondisi yang bagaimanapun.  Perkataan Tuhan yg berupa janji dan perintah yang menguatkan Yosua juga menjadi kunci kekuatan pada kita.  

Sebagai renungan Natal tahun ini, Ingatlah Saudara bahwa Tuhan Yesus datang ke dalam dunia adalah untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan memberikan damai sejahtera, Dia tidak pernah terlalu sibuk sehingga  meninggalkan umatNya,  sekalipun  kita berada dalam kesulitan yang sesulit apapun.  Tuhan tidak pernah menutup mata dan menolak kita.  Dia adalah Tuhan yang selalu memberikan kekuatan kepada kita melalui janji dan perintah-Nya.  Dia adalah Sang Immanuel itu, Allah yang menyertai manusia dalam ketakutan dan kegentaran yang bagaimanapun  akan apapun yang sedang maupun yang akan kita alami. Maukah kita memperoleh kekuatan dari Sang Natal yang kita akan rayakan kelahiranNya ?   Maukah kita mengarahkan pandangan kepada-Nya yang berada di palungan ?, Sang Natal itulah sumber kekuatan kita!  Kekuatan yang akan kita peroleh apabila kita berpegang teguh akan janji Sang Natal, Tuhan Yesus akan  memberkati orang yang berpegang teguh FirmanNya..  Amin.