| |
Tema : BERANI TAMPIL BEDA Nats : Matius 3:1-3 Penulis : Ev. Suliana Gunawan Tujuan : Agar jemaat dapat meneladani hidup Yohanes Pembaptis yang lebih mengprioritaskan kasinya pada pelayanan dan Allah, dari pada penampilan yang ngtren namun penuh dengan KKN.
Pendahuluan Hal-hal apakah yang membuat seseorang menjadi sangat terkenal/besar namanya? Kalau ditinjau dari mata dunia, ada beberapa “tanda” yang harus dimiliki oleh orang tersebut: ia harus dilahirkan dari keluarga terkenal; ia harus cekatan mengumpulkan uang untuk menjadi seorang konglomerat; ia mendapatkan warisan dari keluarga yang sangat berpengaruh; menjadi pakar dalam suatu bidang pendidikan akademis; hebat dalam bidang atletik; mempunyai jabatan politis dan militer yang tinggi dan sebagainya. Semua ini merupakan daftar kriteria supaya seseorang mempunyai prestasi spektakuler. Tapi kalau kita menyimak biografi Yohanes Pembaptis, ia sama sekali tidak memiliki “tanda-tanda” yang termasuk dalam kategori di atas. Ia dilahirkan dalam keluarga imam yang sederhana, ia tidak mempunyai bisnis apapun, tidak punya harta gono-gini, karena ia tidak mempunyai peternakan, dan tidak mempunyai rumah pribadi. Ia juga tidak mempunyai jabatan politis. Tapi mengapa Tuhan Yesus menyatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah orang yang terbesar? “Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis.” Dengan kata lain, Yohanes ini dipromosikan sebagai orang yang lebih besar daripada Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf. Ia lebih besar daripada Musa, Daud atau semua hamba Allah yang tercatat di dalam Perjanjian Lama. Ia lebih besar dari raja, kaisar, filsuf, presiden atau pemimpin militer manapun yang pernah ada di salam sejarah manusia. Mengapa? Di sinilah letak keunikan dari sosok Yohanes Pembaptis, segala sesuatu yang berkaitan dengannya adalah unik dan menakjubkan, dalam kelahirannya, pola hidupnya, berita yang ia sampaikan, lokasi pelayanannya, baptisannya, kerendahan hatinya dan bahkan kematiannya yang kepalanya disemayamkan di sebuah talam. Marilah kita belajar beberapa keunggulan Yohanes Pembaptis:
1. Keunikan kelahirannya. Ketika ia masih dalam kandungan, ia telah dipenuhi oleh Roh Kudus, dan dicatat didalam Alkitab: “Ia adalah besar di mata Allah, karena ia akan menjadi pelopor jalan bagi sang Mesias, tugasnya adalah mengumumkan dan menyiapkan orang-orang akan kedatangan Mesias yang telah dijanjikan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama.” Di sini kita bisa melihat bahwa besar kecilnya seseorang di mata Allah, bukan ditentukan apakah ia telah memenuhi standar menurut kacamata dunia atau tidak? Melainkan apakah orang itu sejalan dengan apa yang telah direncanakan dan dipilih Allah baginya demi kehendak Allah sendiri? Maka kita di sini melihat konsepsi Yohanes Pembaptis tentang dirinya sendiri sangat mengagumkan. Ketika ia mulai menginjak dewasa, ia segera meninggalkan orang tuanya untuk berdiam di padang belantara yang berada di Yudea, ia hidup asetik seperti seorang petapa, bahkan meninggalkan status social dan ekonominya yang sudah amat sederhana itu. Saya percaya bahwa sejak ia masih kanak-kanak, ia pasti berulang kali diberitahu oleh bapaknya “Anakku … ingat akan tugas dan posisimu sebagai hamba Allah.” Ia pasti berulang kali diingatkan tentang adanya pemberitahuan dari malaikat yang mengabarkan tentang kelahirannya dan tujuan kehadirannya ke dalam duni ini. Itulah sebabnya Yohanes selalu sadar akan makna hidupnya yang sebenarnya, sehingga ia tidak pernah mencari kehormata, kenikmatan bagi dirinya sendiri, tetapi hidupnya hanyalah untuk Seseorang yang kedatangan-Nya akan ia proklamasikan, yang jalannya akan ia luruskan. Karena misi pelayanannya sudah jauh-jauh sebelumnya dijelaskan oleh nabi Yesaya (Yes. 3:30) bahwa ia adalah “suara”, tidak lebih dari itu, untuk mempersiapkan jalan bagi sang Mesias.
2. Keunikan pelayanannya. Kalau menurut prosedur duniawi, lazimnya apabila seorang utusan raja/presiden yang diutus mendahului sang raja/presiden yang akan beranjangsana ke suatu negara tertentu, maka dalam mempersiapkan kunjungan raja/presiden ini, dia pun akan kebagian “rejeki” juga. Negara yang dia kunjungi itu pasti akan menempatkannya di hotel berbintang, menyediakan fasilitas yang wah, di kamarnya dilengkapi dengan TV, parabola, mesin faximile, komputer, ia akan mengantongi handphone agar ia bisa mengontak orang-orang dan tempat-tempat yang penting, demi kelancaran kunjungan raja/presiden dari negaranya, dan juga tak ketinggalan ada kartu kredit di dompetnya. Tapi gambaran tentang fasilitas kemewahan dan kemudahan seperti ini, tidaklah kita temukan dalam sisi pelayanan Yohanes Pembaptis. Lokasi utama pelayanan dan lokasi pelatihan Yohanes adalah di padang gurun. Ia malah menarik para pengikutnya menjauhi semaraknya kota Yerusalem dan Yerikho, ia menjauhi kota-kota ini untuk pergi ke padang gurun Yudea yang 20 mil jauhnya dari kota Yerusalem. Semua ini ia lakukan bukan karena sikon yang mendesaknya untuk berbuat demikian, ia bukan kepepet, bukan karena pamornya yang tidak bisa menerobos orang-orang kota, tidak dapat mendekati orang-orang elit dan cendekiawan. Semua yang dia lakukan ini, semata-mata hanya untuk menggenapi nubuat nabi Yesaya. Lokasi padang gurun merupakan symbol dari pelayanannya, yaitu untuk memanggil orang-orang menjauhi kejahatan, sekularisme, duniawi, kemunafikan dan kepalsuan. Berita yang ia sampaikan sangat sederhana, yang bisa diringkas dengan satu kata: “bertobatlah” yaitu harus ada perubahan yang radikal dalam kehidupan orang tersebut seutuhnya. Perubahan dalam sikap, spiritual dan moral terhadap Allah.
3. Keunikannya dalam bersandang pangan. Sosok Yohanes pastilah mengejutkan siapa saja yang melihatnya, karena selama 400 tahun tidak ada nabi yang menjadi penyambung suara Allah. Sekarang ini tiba-tiba muncul seorang yang menyatakan dirinya sebagai pembawa berita dari Allah. Orang-orang mengenalnya sebagai Yohanes, anak imam Zakaria, seharusnya ia juga menjadi imam, mengapa ia kok jadi nabi? Selain itu penampilannya nampak begitu antik, tidak seperti pemimpin agama lainnya. Tidak seperti penampilan orang Farisi, Saduki, para ahli Taurat yang begitu meyakinkan, berjubah indah, sisiran rambutnya klimis, makan makanan yang bergizi dan tubuhnya bertumbuh dengan subur, amat berpengalaman dalam hal-hal duniawi. Tapi … kalau Yohanes, tidak ada potongan untuk menjadi pemimpin agama? Figurnya kurang meyakinkan. Yohanes sama sekali tidak merasa tersisih dengan semuanya ini. Ia tidak pusing dalam soal sandang dan pangan, ia mengenakan jubah dari bulu unta dan sabuk kulit, yang berkhasiat “three in one” cocok untuk kehidupan di padang gurun, praktis, tahan lama, meskipun bukanlah mode yang lagi ngetren, yang digandrungi kawula muda pada zaman itu. Nampaknya ia juga tidak risih dengan masalah gengsi, ia tidak takut digelari “manusia langka”, sekalipun ia tampil beda. “Jubah bulu” pada zaman itu termasuk pakaian kasar, yang biasanya dipakai oleh masyarakat kelas bawah. Selain itu, ini merupakan pakaian tradisi nabi-nabi dalam Perjanjian Lama (Zak. 13:4). Dengan pakaian ini, Yohanes ingin mengidentifikasikan diri seperti nabi Elia, yang menjadi penyambung lidah Allah. Memang banyak orang melihat bahwa penampilan Yohanes Pembaptis mirip sekali dengan Elia (2 Raja 1:8). Selain itu, ia juga melakukan diet ketat, menu hidangannya selalu belalang dan madu, konsumsi produk gurun. Ini sebenarnya bukan menu baru hasil penemuan Yohanes Pembaptis. Tapi bagi orang yang sudah biasa hidup di padang gurun pada zaman itu, mereka sudah terbiasa makan belalang atau serangga. Apa maksud Yohanes di balik semua yang dilakukannya itu? Dengan gaya hidup semacam ini, Yohanes bermaksud mengecam para pemimpin Israel – para ahli Taurat, orang Farisi, Saduki dan para imam yang selalu berjubah linen halus, sutra, yang dihiasi dengan manik-manik perak, pernik-pernik seperti emas, mereka selalu hidup dalam kemewahan, mementingkan penampilan secara lahiriah, tapi hati mereka penuh dengan kejahatan. Saudara, saya bukan bermaksud melarang saudara mengikuti arus modernisasi, dan maksud Yohanes di sini pun bukanlah untuk mengajak orang-orang untuk hidup asetis seperti dirinya, ia tidak pernah menghimbau untuk mengikuti pola hidupnya yang demikian, bahkan kepada para muridnya sendiri, ia tidak pernah meminta mereka supaya meniru caranya bersandang pangan. Tapi satu hal yang ia tekankan adalah gaya hidupnya ini akan menjadi peringatan yang dramatis bagi orang-orang yang cinta kenikmatan dan kemewahan, mereka harus kembali mencintai Allah sebagai prioritas utama dari hidupnya.
4. Bagaimana reaksi orang-orang terhadap Yohanes Pembaptis? Cara Yohanes Pembaptis bersandang pangan ini juga dipandang oleh Matius, Markus memiliki makna tersendiri, sehingga dicatat di dalam kedua Injil mereka, seakan-akan hal ini mengambil peranan yang esensi dalam kesaksian Yohanes sebagai seorang hamba Tuhan. Dan memang benar, Yohanes sengaja menginginkan pelayanannya dapat didukung dengan figure penampilannya, ternyata strategi ini amat jitu, karena cara ini mampu mengusik hati para ahli Taurat, orang Farisi, Saduki, dan para pemimpin agama. Mereka menjadi gusar dan segera menentang Yohanes Pembaptis. Yoh. 1:19-28 orang Yahudi di Yerusalem segera mengutus beberapa imam dan orang Lewi untuk bertanya kepadanya: “Siapakah engkau? Apakah engkau Elia?”Orang Farisi juga berang terhadapnya: “Kalau engkau bukan Elia mengapa engkau membaptis?” Yohanes ditantang pelayanannya, ditantang identitas dirinya, untuk menyatakan keabsahan dari berita yang dia sampaikan. Walaupun Yohanes mendapatkan serangan dari mereka, tapi ia tetap tegar dalam menunaikan tugas pelayanannya. Karena hidupnya transparan, sesuai dengan apa yang dia beritakan. Dengan melihat dia secara lahiriah, orang sudah mengenal siapa dirinya dan apa misinya. Hanya melalui lahiriah, ia sudah memiliki kuasa yang berpengaruh. Ia memprotes dosa bukan semena-mena dengan suaranya yang keras, atau khotbah yang tajam, tapi juga didukung dengan pola hidupnya yang sederhana dalam bersandang pangan. Ia keluar dari semaraknya dunia dan pergi ke padang gurun, dengan sadar ia menolak prioritasnya untuk mewarisi jabatan imam di Bait Suci yang pasti lebih keren dan menjanjikan itu, namun ia malah memilih menjadi nabi dan pergi ke padang gurun yang tanpa penghuni, untuk melaksanakan panggilannya yang sudah Allah tentukan atas dirinya. Ia tinggalkan pelayanan duniawi bapaknya, demi kepentingan pelayanan Bapa sorgawinya. Inilah figure seorang hamba Tuhan yang tidak dihanyutkan oleh zaman, yang mempunyai energi sendiri, memiliki pikiran sendiri sesuai dengan hati nuraninya, dengan berani ia bekerja dengan caranya sendiri sesuai dengan kehendak Allah, kemudian ia mencapkan (menuliskan-red) kesan-kesannya (seperti dengan tinta emas-red) pada zaman di mana ia berada, yang imbasnya bisa kita rasakan hingga kini, sehingga terbentuk suatu reformasi untuk menciptakan suatu era yang baru, sekalipun pada akhirnya ia harus menjadi tumbal bagi apa yang dia beritakan. Kepalanya disemayamkan di sebuah talam. Bagi dia, yang penting misi Allah yang diletakkan di atas pundaknya itu, dapat ia rampungkan dengan sempurna.
PenutupAda pepatah Perancis yang mengatakan “Penampilan itu sangat menyesatkan”. Tapi pepatah ini tidak berlaku bagi Yohanes Pembaptis, karena dengan melihat dirinya, orang sudah mengenal siapa dirinya dan apa tujuan dari hidupnya. Inilah prinsip hidupnya yang selalu ia pegang dengan kokoh. Siapakah kita? Pengaruh yang tidak kita sadari yang kita berikan kepada orang-orang di luar kita jauh lebih penting daripada prestasi-prestasi kita, karena pengaruh yang tidak kita sadari, jauh lebih efektif daripada pengaruh yang kita sadari. Marilah kita meneladani Yohanes Pembatis, agar nama TUHAN yang ditinggikan, misi TUHAN terlaksana dengan baik. | |