| |
MEMBERI DENGAN MURAH HATI II Korintus 9:6-15
Oleh: Priska Linda Tujuan: Mengajarkan jemaat untuk memiliki sikap memberi dengan murah hati orang lain yang kekurangan, karena sikap seperti itu merupakan kehendak Allah dan mendatangkan berkat baik bagi jemaat sendiri ataupun bagi mereka yang menerimanya. Pendahuluan Saudara-saudara, mungkin kita berpikir bahwa mengenai memberi, apalagi dengan murah hati, selalu dikaitkan dengan orang-orang kaya sebagai pelakunya. Jadi orang-orang seperti kita, yang jelas bukan orang-orang yang kaya secara materi, tidak ada kait mengkaitnya dengan memberi, apalagi memberi dengan murah hati. Saudara-saudara, tetapi belajar dari jemaat Makedonia, yang sekalipun miskin namun dapat memberi dengan murah hati kepada jemaat Yerusalem yang miskin, bahkan kesaksiannya kemudian dijadikan teladan oleh rasul Paulus untuk jemaat Korintus agar dapat mencontohnya, maka sebenarnya, sikap memberi dengan murah hati merupakan kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya, baik orang itu miskin ataupun kaya, tentu saja di dalamnya termasuk kita sekalian. Dari perikop yang kita baca tadi, saya menemukan sedikitnya ada dua alasan mengapa Allah menghendaki kita agar memberi dengan sikap murah hati kepada jemaat yang miskin, seperti jemaat Yerusalem yang menjadi perhatian jemaat Korintus.
Karena memberi dengan murah hati mendatangkan berkat tersendiri bagi si pemberi (ayat 8-11) Saudara-saudara, satu tahun sebelum rasul Paulus menulis surat II Korintus ini, jemaat Korintus sebenarnya telah memulai pengumpulan uang untuk jemaat Yerusalem. Bahkan kegiatan mereka telah menjadi perangsang bagi banyak orang, termasuk juga bagi jemaat Makedonia. Akan tetapi sampai pada penulisan surat ke II Korintus ini, mereka malah belum juga menyelesaikannya. Coba kita perhatikan sejenak pasal 8:10b - 11a, yang demikian bunyinya, “Memang sudah sejak tahun yang lalu kamu mulai melaksanakannya dan mengambil keputusan untuk menyelesaikannya juga. Maka sekarang, selesaikan jugalah pelaksanaannya itu!” Lalu dapat juga kita lihat pada pasal 9:2b, “Akhaya sudah siap sedia sejak tahun yang lampau.” Saudara-saudara di dalam rangka mengingatkan kembali janji mereka, Paulus, selain mengutus Titus untuk menyiapkan dan menyelesaikan pengumpulan tersebut, juga memberikan alasan-alasan atau motivasi-motivasi mengapa mereka perlu memberi dengan murah hati dan tanpa paksaan. Alasan pertama yang sedang diajarkan Paulus kepada jemaat Korintus dan yang jelas bagi kita bahwa karena memberi dengan murah hati mendatangkan berkat tersendiri bagi si pemberi itu sendiri meliputi: Berkat Jasmani Saudara-saudara, di dalam ayat 10 kita dapat melihat bahwa Allah berjanji akan menyediakan benih bagi penabur dan Ia akan menyediakan roti untuk dimakan. Dengan kata lain, Allah berjanji memenuhi dan mencukupkan kebutuhan bagi si penabur. Kebutuhan itu meliputi kebutuhan jasmani; perhatikan kalimat pada ayat 10a “roti untuk dimakan”. Dan Allah akan menyediakannya secara cukup; perhatikan kata “untuk dimakan”, bukan “untuk disimpan dalam almari”, atau “untuk ditimbun berhari-hari”, tetapi “cukup untuk dimakan”. Artinya Allah akan memenuhi kebutuhan jasmani secara cukup. Janji Allah ini dianalogikan oleh Paulus dengan prinsip “tabur tuai” dalam ayat 6 yang mengatakan, ”Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” Yang kemudian ditegaskan lagi pada ayat 8, bahwa Allah sanggup menyediakan berkat-Nya bagi mereka yang mau menabur atau memberi dengan murah hati, dan tidak perlu ada semacam kekuatiran akan kekurangan bila mereka mau memberi. Saya tertarik dengan kalimat “Allah sanggup” pada ayat ke 8. Dalam bahasa Yunaninya, Allah ditaruh pada kalimat akhir untuk mendapatkan tekanan. Jadi terjemahan harafiahnya adalah “Sangguplah Allah”. Dan kesanggupan Allah ini akan berlangsung dalam kesetiaan Allah, seperti halnya Mazmur 111:5 berkata, “Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia, Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya.” Hal senada juga dapat dijumpai di dalam Filipi 4:19, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Saudara, inilah berkat khusus yang pertama untuk orang yang mau memberi dengan murah hati. Jadi tidak ada alasan untuk takut atau kuatir yang berlebihan, misalnya kita akan kekurangan dan miskin. Memang tidak dapat diketahui secara jelas apakah jemaat Korintus ada semacam kekuatiran akan kekurangan atau menjadi miskin bila mereka memberi kepada jemaat Yerusalem. Tidak ada indikasi yang jelas, tetapi kebenaran yang sedang ditegaskan oleh Paulus jelas bagi kita bahwa bila kita melaksanakan kehendak Allah ini, yakni memberi dengan murah hati kepada orang miskin, maka percayalah bahwa Allah sanggup dan setia mencukupkan kebutuhan-kebutuhan kita. Itulah berkat jasmani bagi mereka yang bermurah hati dalam memberi kepada jemaat Tuhan yang dalam keadaan kekurangan dan membutuhkan pertolongan.
Berkat Rohani Kita kembali lagi memperhatikan ayat 8 dan 10 yang merupakan dua ayat yang paralel. Ayat 8 bagian akhir mengatakan bahwa sang penabur atau pemberi “malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan”, sedangkan ayat 10 bagian akhir juga memiliki nada yang hampir sama, yaitu “Ia akan melipatgandakannya (benih) dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu”. Lalu ditegaskan lagi oleh Paulus pada ayat 11, “kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati”. Saudara-saudara, orang yang mau memberi dengan murah hati, orang itu akan diperkaya dengan pelbagai kebajikan, buah-buah kebenaran dan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati. Dengan kata lain, orang yang mau memberi dengan murah hati orang itu akan semakin diperkaya dalam perkara-perkara rohani. Ketika Allah memberkati dia dengan benih dan roti untuk dimakan, ia bermurah hati untuk menaburkannya kembali untuk orang lain yang membutuhkan. Jadi ketika Allah melimpahkan berkat-Nya untuk dia, dia akan melimpahkan berkatnya juga untuk orang lain. Itulah berkat rohani yang sangat indah yang akan memenuhi orang yang mau memberi dengan murah hati. Dengan jalan ini Allah akan terus dimuliakan melalui segala perbuatan baiknya.
Aplikasi Saudara-saudara, Pdt. Peter Wongso (Mantan Rektor SAAT) pernah berkata, “Siapakah orang kaya itu? dan siapakah orang miskin itu? Orang kaya adalah orang yang di dalam kemiskinannya masih bisa memberi dan orang miskin adalah orang yang di dalam kekayaannya tidak bisa memberi.” Perkataan itu sungguh tepat Saudara. Saya juga berpikir, haruskah untuk bersikap murah hati, kita harus menjadi orang kaya terlebih dahulu? Atau kita mau seperti orang miskin yang di dalam kekurangannya, namun tetap mau bermurah hati untuk memberi. Saudara-saudara jemaat Korintus kaya secara materi, tetapi miskin dalam kemurahan hati. Sebaliknya jemaat Makedonia miskin secara materi tetapi kaya dalam kemurahan hati. Bagaimana dengan setiap kita? Apakah kita termasuk golongan yang miskin dalam kemurahan hati? Adakah kekuatiran akan kekurangan menjadi penghambat kita untuk memberi kepada orang lain yang membutuhkannya? Adakah di antara kita yang meragukan pemeliharaan Allah? Adakah di antara kita yang meragukan kehendak Allah agar kita dapat memberi dengan murah hati kepada orang-orang miskin dan membutuhkan pertolongan? Pernahkah kita berpikir untuk membantu orang lain? Atau kita masih terus berpikir untuk diri kita sendiri? Biarlah setiap kita mengoreksi diri kita, apakah saya sudah belajar memperhatikan orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita. Saudara-saudara Corrine Wells berkata, “Engkau tidak perlu menjadi orang kaya untuk dapat bermurah hati. Jika engkau memiliki Roh kemurahan hati yang sejati, seorang pengemis pun dapat memberi seperti seorang pangeran.” Marilah saudara-saudara, kita belajar menerapkan kehendak Allah, dan mulai belajar membantu mereka yang tidak mampu; mungkin teman kita, jemaat kita. Marilah kita belajar memberi dan nantikanlah berkat Allah yang akan mencukupkan kita dan menambahkan kita segala kebajikan. Mengapa Allah menghendaki kita untuk memberi dengan murah hati kepada orang miskin?
Karena memberi dengan murah hati mendatangkan berkat tersendiri bagi si penerima (ayat 12-15) Kelaparan yang meluas di Palestina sejak tahun + 46 M menyebabkan orang-orang kudus di Yerusalem mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Keadaan ini sangat memprihatinkan. Karenanya Paulus menghendaki agar jemaat Korintus yang jauh lebih kaya, yang tinggal di kota Metropolitan, untuk memperhatikan dan membantu jemaat Yerusalem yang miskin. Untuk itu Paulus meyakinkan, jemaat Korintus bahwa melalui pemberian mereka jemaat Yerusalem yang miskin. Untuk itu Paulus meyakinkan, jemaat Korintus bahwa melalui pemberian mereka jemaat Yerusalem akan memperoleh berkat dari Allah. Berkat-berkat itu sendiri meliputi:
Berkat jasmani Mari kita memperhatikan kebenaran firman Tuhan dalam ayat 12 yang berkata, “Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus…” Dengan adanya frasa “bukan hanya”, berarti kalimat pertama yang mengikutinya diterima sebagai satu kebenaran. Jadi adalah satu hal yang benar, orang yang menerima pemberian itu dicukupkan keperluannya atau kebutuhan-kebutuhannya. Untuk kebenaran ini Paulus memang tidak memberikan penekanan lebih besar. Tetapi adalah fakta yang benar bahwa dengan pemberian yang murah hati itu, kebutuhan si penerima akan tercukupi. Tetapi Paulus tidak menekankan pada berkat yang satu ini, tetapi ia lebih menekankan berkat yang kedua, yaitu:
Berkat rohani Saudara-saudara dapat memperhatikan kembali ayat 12b - 14. Ketika Paulus berkata, “Sebab pelayanan kasih ini bukan hanya … tetapi juga …” ia sedang mengajak para pembacanya untuk mengalihkan fokusnya dari kebenaran yang pertama kepada kebenaran yang kedua. Struktur kalimat “bukan hanya, tetapi juga” merupakan poros atau as, yang berisi dua pemikiran yang saling melengkapi tentang akibat dari suatu pemberian, akan tetapi kalimat yang kedua jauh lebih penting dari kalimat yang pertama. Jadi Paulus mengkontraskan antara sesuatu yang penting dengan sesuatu yang jauh lebih penting. Antara berkat jasmani dan berkat rohani. Antara kecukupan dalam berkat jasmani dan melimpahnya ucapan syukur. Kalau saudara-saudara perhatikan, di sini Paulus mengajak pembacanya untuk menyadari akan berkat rohani yang luar biasa, yang akan dialami oleh mereka yang menerima pemberian dengan murah hati. Ayat 11b, Paulus berkata “yang membangkitkan syukur kepada Allah melalui Kami.” Ijinkan saya sekaligus mengoreksi kata oleh karena kami. Yang lebih tepat sesungguhnya adalah “melalui kami”. Dalam versi bahasa Inggris jauh lebih tepat. Lalu ayat 12b, “tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.” Lalu ayat 13b, “mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dan karena kemurahan hatimu.” Dan yang terakhir ayat 14, “Sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu.” Jadi saudara-saudara, betapa melimpahnya kehidupan rohani dari si penerima pemberian yang murah hati itu. Dengan melimpahnya kehidupan rohaninya, dengan sendirinya Allah akan terus dimuliakan. Itu juga yang sebenarnya dirasakan oleh Paulus atas pemberian yang sangat murah hati, yaitu Kristus yang telah diberikan kepada manusia berdosa, yang dalam keadaan tidak punya apa-apa (nothing) dan tidak berdaya (helpless) dan tidak berpengharapan (hopeless). Dan atas karunia-Nya yang tidak terkatakan itu, Paulus mengucap syukur kepada Allah (ayat 15). Itulah sebabnya saudara-saudara, Allah menghendaki kita memberi dengan murah hati, karena dari pihak si penerima akan diberkati secara jasmani, tetapi terlebih secara rohani, dan dengan demikian Allah pun dimuliakan.
Ilustrasi Saudara-saudara, ketika ayah saya bangkrut dalam usahanya, kami sekeluarga banyak mengalami kesulitan ekonomi. Hidup kami begitu sulit waktu itu. Terkadang hari ini bisa makan, besok mau makan apa kami tidak tahu. Suatu hari beras di rumah kami hanya tinggal sedikit yang cukup dimasak bubur encer yang cukup dimakan 6 orang. Dan uang yang ada hanya cukup untuk membeli 1 butir telur asin. Itu berarti orang tua tidak makan. Saya masih ingat saudara, mama berkata “beras dan uang sudah habis.” Hari itu menjadai kenangan yang begitu pahit, saya masih sekolah dan tidak dapat berbuat apa-apa. Namun setelah selesai makan ada seorang ibu datang ke rumah dan memberikan sebuah amplop untuk mama saya. Amplop yang berisi uang untuk keluarga kami. Saat itu saudara, hati saya diliputi dengan ucapan syukur kepada Allah. Betapa Allah itu baik. Allah memelihara keluarga saya. Dan yang mengherankan melalui pengalaman-pengalaman seperti itulah orang tua saya mulai terbuka kepada kekristenan. Kami merasakan bukan hanya berkat jasmani tetapi terlebih lagi berkat rohani. Saudara-saudara, demikianlah orang-orang akan bersyukur dan dicukupkan kebutuhannya kalau ada orang yang bermurah hati dalam memberi! Tidakkah kita tergugah supaya orang merasakan berkat yang sama? Aplikasi Saudara-saudara, Allah menginginkan hidup kita menjadi saluran berkat bagi orang lain. Ia ingin di mana pun kita di tempatkan-Nya, orang-orang yang berjumpa dan berkenalan dengan kita merasakan kasih Kristus yang ada di dalam hati kita. Dan melalui sikap memberi dengan murah hati orang akan mengenal kita dan memuliakan Bapa kita di Sorga. Saudara, ada banyak bencana yang terjadi akhir-akhir ini di negara kita; ada banyak anak-anak jalanan yang tidak pernah mendapat kasih sayang yang cukup; ada banyak anak-anak yatim-piatu dan janda-janda miskin yang dalam kebingungan dan keputusaasaan akan hari esok, lalu apakah yang telah kita lakukan? Apakah kita menjadi begitu miskin sampai tidak ada sesuatu pun yang dapat kita berikan kepada mereka?
Penutup Saya ingin mengutip sebuah perkataan yang berbunyi demikian: “Ujian dari kemurahan hati bukanlah berapa banyak yang dapat kamu berikan, tetapi berapa banyak yang tersisa padamu. Apa yang aku simpan semuanya akan hilang, tetapi apa yang aku berikan aku akan dapat.” Marilah kita belajar memperhatikan orang lain yang membutuhkan pertolongan kita, sebab mereka akan diberkati Tuhan melalui kita, dan pada akhirnya Tuhan dipermuliakan oleh pemberi dan penerima! Amin. =============================================================== | |