sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

MANFAAT PENDERITAAN

2 Korintus 1:3-11

 

Oleh        :              Priskila Susanti

Tujuan :                 Mengajarkan jemaat bahwa di balik penderitaan karena Kristus yang dialami seorang Kristen ada manfaat yang tak tenilai.  Oleh karena itu,  jika suatu kali jemaat menghadapi penderitaan tersebut  mereka tidak perlu kehilangan iman.

Pendahuluan

Jangan engkau takut, karena Aku meyertai engkau.

Jangan engkau bimbang, karena Akulah Tuhanmu.

Aku menguatkan engkau, Aku menolong engkau.

Aku menatang engkau, di tangan kebenaran-Ku.

 

Saudara, apa yang saya baca tadi merupakan syair lagu yang dinyanyikan oleh Rafavy dan teman-temannya ketika mereka menuju ke tiang gantungan.  Mereka telah dijatuhi hukuman mati karena mempertahankan iman mereka kepada Kristus.  Mereka bukanlah orang yang pertama dan juga bukan orang yang terakhir yang mengalami hal itu.  Ada banyak orang Kristen di Madagaskar yang mengalami tekanan, penganiayaan, dan hukuman mati karena ulah ratu Ranalanova, pengusaha Madagaskar pada waktu itu yang sangat membenci kekristenan.  Ia tidak suka kekeristenan bertumbuh.  Dan dengan berbagai cara ia berusaha untuk membabat habis orang-orang Kristen, sehingga  tidak sedikit orang-orang Kristen yang mati di atas tiang gantungan bahkan dibakar hidup-hidup ketika mereka menolak untuk menyangkal Kristus.

                Orang Kristen di Madagaskar tidak bisa dengan bebas mengadakan kebaktian dan membaca Alkitab.  Setiap saat mereka harus waspada terhadap mata-mata sang Ratu dan hal ini membuat mereka tidak dapat leluasa menyapa saudara mereka seiman yang berpapasan dengan mereka.  Identitas mereka sebagai orang Kristen harus dirahasiakan.  Sungguh suatu penderitaan yang sangat berat. 

Namun,  anehnya penderitaan berat yang mereka alami tidak membuat mereka jauh dari Tuhan, justru membuat mereka semakin bergantung dan berharap sepenuhnya kepada Tuhan serta membuat mereka manjadi haus untuk membaca firman Tuhan.  Bahkan dengan adanya penderitaan tersebut, kekristenan di Madagaskar  bertumbuh dengan pesat. Tentara-tentara sang Ratu yang diperintahkan untuk menangkap dan menyiksa orang-orang Kristen menjadi percaya kepada Kristus ketika melihat para martir mati syahid.  Ternyata di balik penderitaan berat yang mereka alami ada rencana Allah yang indah.  Dan hal itu mendatangkan suatu sukacita besar di dalam diri mereka.

                Saudara-saudara, ketika kita mengikut Tuhan, seringkali kita pun diperhadapkan dengan penderitaan demi mempertahankan iman kita kepada Kristus.  Walaupun demikian, sebagai anak-anak Tuhan, seharusnya kita tidak putus asa, karena melalui penderitaan tersebut ada manfaat luar biasa yang tersedia.

 

Belajar dari surat Paulus kepada jemaat di Korintus, sedikitnya ada 2 manfaat yang akan kita lihat ketika kita mengalami penderitaan demi Kristus.

Kita akan lebih mengenal Allah sebagai Allah sumber segala penghiburan (ay.3)

Saudara, saya percaya hampir tidak ada penderitaan yang tidak menekan jiwa, bahkan bukan hanya menekan jiwa dan membuatnya menjadi depresi tetapi juga membuat jiwa menjadi patah arang.  Lalu apa yang dapat membangkitkan jiwa yang telah remuk?  Satu-satunya adalah apa yang bernama penghiburan.

Saudara, kita telah mengenal siapakah Paulus itu.  Dia adalah seorang yang dulunya membenci kekristenan, tetapi akhirnya Tuhan menangkap dia dan menjadikannya sebagai seorang rasul Tuhan, seperti yang dicatat dalam ayat 1.  Paulus melakukan pelayanan dari satu kota ke kota yang lain.  Dia mendirikan jemaat Tuhan di berbagai tempat, mengajar mereka dan memperlengkapi mereka dengan pengajaran yang benar.  Akan tetapi, seringkali ia pun mengalami penolakan dan penganiayaan dari orang-orang yang tidak menghendaki kehadiran dan pelayanannya.

        Kalau kita membaca dalam kitab Kisah Para Rasul, kita akan mendapati bahwa Paulus banyak mengalami pelayanan-pelayanan yang sulit, penuh tantangan dan mara bahaya.  Bahkan dalam ayat 8 dicatat bahwa Paulus mengalami penderitaan yang sangat berat yang membuat ia putus asa ketika berada di Asia Kecil.  Sayang sekali, di sini Paulus tidak menguraikan dengan jelas penderitaan apa yang dialaminya di Asia Kecil.  Namun ada beberapa penafsir yang mengidentifikasikan penderitaan Paulus di Asia Kecil itu sebagai berikut:

·         Perjuangan dengan binatang buas di Efesus seperti yang dicatat dalam 1 Korintus 15:32 (Tertullin).

·         Penderitaan penyesahan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi (11:24) sesudah menghadapkan Paulus ke pengadilan (Ducan).

·         Huru-hara di Efesus akibat hasutan Demetrius, tukang perak seperti yang dicatat dalam Kis.19:23-41 (Ramsey) atau gagalnya massa menyeret Paulus untuk menerima hukuman mati tanpa adanya pemeriksaan setelah kegemparan di Efesus (Windisch).

·         Penganiayaan yang dihadapi di Efesus atau di tempat lain (Kis.20:19; 1 Kor.16:9) sebelum permulaan pelayanannya di Troas (Plummer).

·         Penyakit lamanya yang kambuh (Allo).

 

Saudara-saudara, apapun penderitaan yang dialami Paulus di Asia Kecil, penderitaan tersebut bukanlah penderitaan berat yang bersifat sementara, melainkan suatu penderitaan yang terus-menerus dialami oleh Paulus sehingga membuat ia putus asa.  Pada waktu itu, Paulus merasa bahwa secara manusia ia tidak mempunyai harapan lagi.  Ia telah kehilangan harapan untuk hidup.  Oleh sebab itu, ia menggambarkan penderitaan berat yang dilaminya seperti seorang yang dijatuhi hukuman mati.

        Saudara, nampaknya Allah sengaja membiarkan Paulus mengalami keadaan seperti itu.  Mengapa?.  Hal itu diperbuat Allah supaya Paulus tidak bersandar kepada dirinya sendiri melainkan bersandar sepenuhnya kepada Allah dan Paulus telah menyadari hal itu.  Dalam ayat 9b, Paulus mengatakan, “Tetapi hal itu terjadi supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri melainkan kepada Allah yang membangkitkan orang mati.”

        Ketika Paulus mengalami penderitaan yang sangat berat, ia merasa hidupnya telah berakhir.  Tetapi Allah yang telah membangkitkan orang mati itu, telah membangkitkan hidupnya sehingga ia mempunyai pengharapan kembali.  Suatu pengharapan yang pasti bahwa di balik setiap penderitaan yang dialaminya akan menghasilkan kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.  Paulus menyadari bahwa sekalipun di dunia ia menderita, namun ada mahkota yang akan diterimanya di surga nanti.  Pengharapan tersebut telah mempengaruhi hidup Paulus, sehingga di dalam 2 Kor.4:16-17 ia dapat mengatakan, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.  Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.”  Saudara, karena pengharapan itu pula dalam Filipi 1:21 Paulus megatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”

        Paulus tidak pernah berhenti melayani Tuhan hanya karena ia mengalami penderitaan sebab ia sadar bahwa Allah telah memberi kekuatan kepadanya.  Berkali-kali Allah menghibur Paulus sehigga ia mampu bertahan dalam segala penderitaan tersebut.  Itulah yang membuat Paulus memuji  Allah sebagi sumber segala penghiburannya.

        Saudara, kata “terpujilah” yang mempunyai arti “menyembah” atau “mengatakan yang baik tentang Allah” keluar dari hati Paulus yang penuh sekacita dan syukur karena kasih karunia Allah.  Satu ungkapan terima kasih dan cinta yang mendalam ditujukan Paulus kepada Allah yang ia yakini sebagai sumber segala penghiburannya.

        Kalimat yang mengatakan, “terpujilah Bapa, Tuhan kita Yesus Kristus” merupakan pujian untuk Allah yang terdapat dalam liturgi orang Yahudi pada abad pertama yang doa penutupnya sejajar dengan kalimat pembukaan ucapan syukur Paulus.  Kalimat ini merupakan susunan doa dan pengantar pengakuan iman orang-orang Yahudi pada waktu itu.

Mungkin Paulus telah mengutip ayat 3 ini dari susunan doa tersebut, akan tetapi Paulus telah mengenal secara pribadi bahwa Allah sumber segala penghibur telah menghiburnya ketika mengalami penderitaan.  Penghiburan yang secara langsung diterimannya dari Allah membuat dia mampu bertahan untuk tetap melayani Tuhan.  Paulus melewati keadaan yang mengancam hidupnya seperti yang disebutkan dalam ayat 8-9, tetapi hal itu justru telah memperkaya pengertiannya tentang sifat Allah.  Paulus mengenal Allah sebagai sumber penghiburannya dan juga bagi umat-Nya yang menderita demi nama-Nya.  Itulah yang menjadi dasar dari pujiannya kepada Allah dan membuat jiwanya tidak putus asa.

 

Ilustrasi

Adoniran Judson dan istrinya adalah misionaris yang dengan setia mengabarkan Injil Tuhan di Birma.  Bertahun-tahun mereka tinggal di sana dan kehidupan mereka diwarnai dengan berbagai penderitaan karena mengabarkan Injil. 

Pada bulan Juni tahun 1824, ketika mereka akan makan siang masuklah seorang opsir bersama 12 orang Birma dan seorang algojo ke dalam rumahnya.  Mereka menangkap Judson, mengikat tubuhnya dengan erat dan membantingnya ke tanah sebelum akhirnya tubuh yang tak berdaya itu diseret ke luar.

        Judson ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara khusus untuk  tawanan yang menerima hukuman mati.  Tetapi tidak hanya itu saja, sebab tidak lama setelah lelaki itu ditangkap, rumahnya telah digeledah dan barang-barang miliknya disita oleh pegawai Birma, bahkan istrinya dijaga ketat oleh sekelompok penjaga.  Judson ditangkap karena dianggap mempengaruhi penduduk Birma untuk meninggalkan agama mereka.  Ini adalah alasan utama bagi penangkapan Judson, sebab raja muda Birma pada waktu itu sangat membenci Judson yang giat memberitakan Injil.  Alasan lain adalah karena ia orang asing yang dianggap bersekutu dengan Inggris yang menjadi musuh negara Birma.

        Saudara, kehidupan Judson di dalam penjara sangat menyedihkan. Ia dianiaya dan tidak diberi makan sehingga kesehatannya semakin memburuk.  Akan tetapi istrinya dengan setia mengantarkan makanan dan obat-obatan sehingga keadaannya tidak semakin parah.  Ketika melihat keadaan suaminya di dalam penjara  dan keadaan dirinya yang sangat menyedihkan, dalam sebuah buku yang berjudul “Riwayat Ann Judson”, ia menuliskan apa yang dirasakannya saat itu sebagai berikut, “Suami saya pasti akan dibunuh secara kejam, sedangkan saya sendiri pasti akan menjadi budak belian yang akan hidup dalam keadaan hina dan merana, di bawah kekuasaan seorang yang biadab dan tidak mengenal peri kemanusiaan.”

        Saudara, sungguh satu penderitaan yang luar biasa dialami oleh Judson dan istrinya.  Bahkan tidak lama setelah ditangkap, istrinya melahirkan seorang anak perempuan. Seorang diri, istri Judson harus merawat bayinya yang baru saja lahir tanpa didampingi oleh suaminya.  Tetapi Saudara, ketika mereka mengalami penderitaan demi penderitaan, hal itu tidak membuat mereka meninggalkan Tuhan. Mereka tetap setia mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum percaya sampai akhirnya Tuhan memanggil mereka.

        Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa mereka mampu bertahan dalam penderitaan yang seringkali mengacam nyawa mereka dan membuat mereka putus asa?  Jawabannya adalah karena Allah sumber segala penghiburan terus-menerus menghibur mereka sehingga penghiburan itu memampukan mereka untuk tetap bertahan dalam penderitaan dan setia melayani Tuhan.

 

Aplikasi

Saudara, Allah yang kita layani adalah Allah sumber segala penghiburan yang akan terus menerus menghibur kita ketika kita mengalami penderitaan.   Penghiburan itu bisa berupa kekuatan, dorongan atau pengharapan yang kita terima dari Allah.  Ketika kita mengalami penderitaan, bahkan sampai harus mempertaruhkan nyawa kita demi Krsitus, ingatlah bahwa Allah sumber segala penghiburan itu akan menghibur kita, menolong kita dan memampukan kita untuk menghadapi penderitaan tersebut.  Atau jika penderitaan yang kita alami begitu berat sehingga membuat kita putus asa, ingatlah bahwa nanti kita akan menerima kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, sehingga pengharapan itu akan menolong kita untuk tetap setia melayani Tuhan.

 

Kita akan dapat menghibur orang lain yang mengalami penderitaan pula (ayat 4)

Saudara, harus kita akui bahwa penderitaan itu bukan hanya miliki kita pribadi.  Jika kita mau meluangkan pandangan mata kita ke orang-orang sekeliling kita dan mencoba mendengar keluh kesah mereka, maka kita akan mendapati bahwa penderitaan itu akrab dengan kehidupan manusia.  Juga dengan manusia Kristen yang telah menjadi anak-anak Allah.  Lalu apa yang dapat kita lakukan?

Saudara, kalau kita memperhatikan perikop ini, kita akan menemukan kata “menghibur” muncul sebanyak 5 kali.  Kata ini mempunyai arti kehadiran Allah yang bermanfaat; juga dukungan dalam menghadapi situasi yang sulit.  Kata ini merupakan: sebuah penghiburan dari Allah (1:3); penghiburan akibat iman (1:4); dan berkat dari penderitaan (1:6).

      Saudara, sebagai seorang yang mengalami penderitaan begitu banyak dan berat, Paulus seringkali putus asa.  Tetapi kehadiran Allah dan dukungan-Nya dalam menghadapi situasi yang sulit merupakan kekuatan yang berlimpah-limpah dalam dirinya yang membuat ia selalu mempunyai kekuatan untuk menghadapi setiap persoalan yang datang. Namun bukan hanya sampai di situ, dalam ayat 4 ia mengatakan, “…sehingga kami sanggup menghibur mereka yang berada dalam bermacam-macam penderitaan…”  Dengan pernyataan ini, Paulus menyadari bahwa penghiburan yang berlimpah-limpah yang ia alami dalam penderitaannya bukan hanya untuk dirinya tetapi juga untuk orang lain yang mengalami penderitaan.  Hal ini terlihat dalam ayat 6, “Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu …”

      Perhatikan dengan cermat ayat ini.  Paulus tidak mengatakan bahwa ia dapat menghibur orang lain yang menderita karena ia telah mempunyai segudang pengalaman penderitaan, tetapi ia mengatakan bahwa ia dapat menghibur orang lain yang menderita karena ia mempunyai sesuatu yang dapat ia bagikan, sesuatu yang telah ia terima secara berlimpah-limpah dari Kristus, yaitu penghiburan.  Karena itu di akhir ayat 4 ia mengatakan, “dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.”  Dengan ini dapat kita lihat kebenarannya bahwa hanya orang yang sudah menerima penghiburan dan hatinya telah benar-benar terhibur yang dapat menghibur orang lain. Itulah manfaat tersembunyi dari penderitaan yang kita alami.

 

Ilustrasi

Saudara-saudara, saya masih ingat pada waktu saya kuliah tahun ke dua di Seminari Alkitab Asia Tenggara, suatu hari saya mendapat panggilan dari keluarga saya untuk pulang ke Semarang dengan alasan ada urusan keluarga yang perlu diselesaikan.

        Setelah melalui perjalan kurang lebih 9 jam, barulah saya sampai di Semarang.  Ketika saya turun dari mobil saya melihat rumah saya begitu ramai dan kelihatan terang benderang.  Pada waktu saya masuk ke rumah, barulah saya menyadari bahwa ayah saya telah meninggal.  Saudara, pada waktu itu saya tidak merasakan perasaan apa-apa.  Saya hanya menangis dan duduk di dekat ibu saya. 

Keesokan harinya, dua orang teman saya dari SAAT datang ke rumah dan kedatangan mereka membauat saya sangat senang.  Ternyata, tidak hanya dua orang teman yang seangkatan dengan saya saja yang datang, tetapi kakak-kakak tingkat yang sedang praktek 2 bulan di Semarang juga datang menghibur saya. Salah seorang dari mereka bertanya kepada saya: “Bagaimana perasaanmu sekarang?”  Saya menjawab: “Biasa-biasa saja.”  Kemudian dia berkata: “Mungkin sekarang kamu belum merasa kehilangan ayahmu, tetapi nanti kamu akan merasakan perasaan kehilangan yang luar biasa.  Itu tidak apa-apa, sebab dulu saya juga mengalami hal yang sama.  Kalau nanti kamu merasakan perasaan seperti itu, ingatlah bahwa Tuhan punya maksud tertentu terhadap keluargamu.  Jangan pernah merasa bahwa Tuhan meninggalkan kamu.”

        Saudara, kakak tingkat itu telah menghibur saya berdasarkan penghiburan  yang telah dia terima dari Allah sebelumnya.  Ketika dia merasakan sedih, Tuhan telah menghiburnya dan ia menerima penghiburan yang berlimpah-limpah dari Allah sehingga ia mampu menghibur saya.  Memang benar saudara, tidak lama setelah ayah saya meninggal, perasaan kehilangan yang sangat itu saya alami. Namun ketika perasaan itu muncul, saya teringat dengan kata-kata dari kakak tingkat itu sehingga saya dikuatkan.

 

Aplikasi

Saudara-saudara, setiap kita dapat melakukan seperti yang dilakukan oleh kakak tingkat tadi.  Namun yang jadi masalah adalah bagaimana sikap kita ketika menghadapi penderitaan.  Apakah kita bersungut-sunggut?   Apakah kita berusaha menyalahkan Allah?  Atau kita mengucap syukur karena penderitaan yang kita alami sebab Tuhan memberikan penghiburan kepada kita?

        Saudara, pengalaman penderitaan tanpa adanya pengalaman penghiburan dari Allah yang berlimpah, hanya akan menjadi suatu pengalaman yang pahit.  Mungkin kita bisa melewati masa-masa penderitaan tersebut, tetapi melewatinya dengan sikap yang bersungut-sungut tanpa bisa melihat dan merasakan kebaikan Tuhan.  Tetapi, jika pengalaman penderitaan itu disertai dengan adanya pengalaman penghiburan dari Allah, maka kita akan dapat melewatinya dengan hati yang penuh ucapan syukur dan mampu membagi atau memberi penghiburan kepada orang lain.

 

Penutup

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, dalam penderitaan apapun yang kita alami karena Kristus, ada manfaat yang akan kita terima sebab kita akan selalu menerima penghiburan yang berlimpah dari Allah dan kita akan dapat membagikan berkat penghiburan itu kepada saudara kita yang lain yang mengalami penderitaan pula.  Karena itu janganlah kita menyerah tetapi tetaplah teguh, seperti Rafavy dan teman-temannya yang pergi ke menuju ke tiang gantungan dengan menyanyikan lagu:

Jangan engkau takut, karena Aku meyertai engkau.

Jangan engkau bimbang, karena Akulah Tuhanmu.

Aku menguatkan engkau, Aku menolong engkau.

Aku menatang engkau, di tangan kebenaran-Ku.

Amin

          ====================================================