sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

KOMITMEN dalam PERSAHABATAN

1 Samuel 18:1-4

 

Oleh :              Peter Candra

Tujuan:            Mengajar jemaat tentang komitmen persahabatan agar mereka dapat membangun persahabatan yang sejati atau mempertahankan yang sudah ada.

 

 

 

Pendahuluan

Saya pernah membaca motto hidup seorang remaja putri yang sangat menarik perhatian saya.

Bunyinya sebagai berikut: “1.000 kenalan, 100 teman, 1 kekasih”. Dari apa yang tertulis saya menangkap bahwa kenalan itu berbeda dengan teman.  Ia dapat berkenalan dengan banyak orang tetapi tidak perlu harus berteman dengan mereka.  Kalau masuk ke persahabatan itu lebih khusus lagi.  Tidak semua teman adalah sahabatnya.  Apalagi kalau bicara tentang kekasih, itu adalah hal yang sangat khusus dan hanya boleh satu orang saja.

            Saudara, hari ini kita akan membicarakan tentang persahabata.  Ya, kita akan bicara tentang sahabat.  Apakah selama ini konsep Saudara-saudara seperti remaja tadi, bahwa sahabat itu lebih istimewa dari sekedar kenalan atau teman?  Apakah Saudara-saudara memiliki seseorang yang sungguh-sungguh dapat Saudaraa sebut sebagi sahabat?

            Tadi kita telah membaca bahwa Daud memilikinya.  Yonatan adalah sahabatnya. Yonatan telah menjadi sahabat yang baik bagi Daud dalam menghadapi masa-masa sulit hidupnya. Yoantan membela dia ketika ia dislah mengerti oleh raja Saul, yakni ayah Yonatan sendiri. Yonatan mengasihi Daud sampai akhir hidupnya.  Persahabatan mereka telah diuji oleh waktu dan berbagai badai kehidupan. Namun mereka dapat memepertahankan persahabatan mereka sampai maut memisahkan merka. Sebenarnya di manakah letak keistimewaan persahabatan Daud dengan Yoanatan?  Mengapa mereka dapat mempertahankan persahabatan mereka?  Jawabanya menurut saya adalah terletak pada komitmen Yonatan ketika ia memulai persahabatannya dengan Daud.

            Dalam perikop yang kita baca tadi, saya menemukan paling sedikit ada tiga komitmen penting untuk membangun persahabatan sehingga persahabatan itu dapat bertahan dengan baik.

Komitmen untuk menerima sahabat tersebut apa adanya (ay. 1,3)

Saudara, Yonatan adalah putra mahkota dari satu-satunya istri raja Saul.  Ia adalah ahli waris dan calon tunggal yang akan mengganti raja Saul, ayahnya.  Ia juga adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa yang memimpin tentara untuk melawan musuh mereka saat itu, yakni orang-orang Filistin.  Ia tampil pertama kali sebagai pemenang di Gibea, kubu Filistin.  Keberanian dan semangatnya sebagai pahlawan juga dikenang oleh Daud dalam nyanyian ratapan Daud setelah ia meninggal dunia (2 Sam 1:22).

      Sedangkan Daud, ia hanyalah anak bungsu Isai, dari suku Yehuda.  Ia adalah orang yang tidak dihargai, bukan oleh orang lain, tetapi oleh saudara-saudaranya sendiri, bahkan ayahnya sampai melupakan dia.  Bukankah ketika Samuel datang kepada Isai mencari calon raja untuk diurapi, terbukti Isai telah melupakan Daud?  Isai berpikir ketujuh anaknya yang baik, yang gagah perkasa dan yang adalah tentara merupakan calon raja yang akan diurapi oleh Samuel.  Bahkan Samuel pun terkecoh sedikit dengan penampilan anak-anaknya.  Tetapi Tuhan berkata kepada Samuel bahwa Allah tidak memilih ketujuh anak Isai tersebut.  Akhirnya Samuel bertanya kepada Isai: “Inikah anakmu semuanya?”  Apa jawab Isai?  “Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.”  (I Sam 16:6-11).  Atau dengan kata lain, “Ya, saya masih punya satu anak, tapi apa artinya dia.  Dia hanya gembala mana mungkin Allah memilihnya?”  Daud adalah anak yang sederhana dan terlupakan.

      Dari sini kita dapat melihat perbedaan yang sangat menyolok antara Yonantan dengan Daud.  Yonatan adalah anak raja sedangkan Daud adalah anak rakyat jelata.  Yonatan adalah pemimpin tentara sedangkan Daud hanyalah pemimpn sekawanan kambing domba.  Yonatan adalah anak emas dalam keluarga sedangkan Daud adalah anak yang terlupakan dalam keluarga.  Tetapi semua perbedaan itu tidak menghalangi Yonatan untuk membangun persahabatan dengan Daud.  Ia memadukan dirinya dan mengikat perjanjian dengan Daud.  Dari sinilah salah satu persahabatan yang paling agung dan mulia dalam Alkitab dimulai dan dipertahankan sampai akhirnya maut memisahkan mereka.  Apa kuncinya?  Tidak lain adalah komitmen Yonatan yang bersedia menerima Daud apa adanya.

      Saudara, penerimaan yang dilakukan oleh Yonantan terhadap Daud bukanlah penerimaan yang biasa yang dapat dilakukan dengan mudah oleh siapa saja.  Kalau kita mau bayangkan dengan kondisi kita hari ini, maka penerimaan Yonatan terhadap Daud adalah seperti penerimaan seorang anak presiden terhadap seorang anak desa yang sehari-hari kerjanya adalah menjaga dan mencarikan rumput untuk makanan sapi atau kambing untuk menjadi sahabatnya.  Mungkinkah itu?  Sangat sulit dibayangkan, bukan?  Tetapi itulah yang Yonatan lakukan.  Ia bersedia menerima Daud apa adanya.

 

Aplikasi

Saudara, persahabatan yang dimulai dengan menerima seorang apa adanya adalah persahabatan yang baik, tanpa hal itu persahabatan yang kita jalin hanya akan menjadi persahabatan yang penuh dengan tuntutan dan pada akhirnya hubungan persahabatan itu tidak akan langgeng.

Komitmen untuk menerima orang lain apa adanya membuat ia merasa dihargai dan dihormati, apalagi jika memang keadaan kita jauh lebih baik daripada keadaannya.  Ia akan merasa bahwa diri kita bukanlah orang yang sombong; segala kelebihan kita dan kekurangannya tidak menjadi halangan untuk kita menerimanya sebagai pribadi yang berharga.  Jika pandangan demikian sudah tumbuh dalam dirinya, maka tidaklah mudah ia membuka dirinya dan menjadi sahabat kita.  Saudara, mulailah dengan menerima orang lain apa adanya!

 

Komitmen untuk mengasihi sahabat seperti diri sendiri (ay.1,3)

Dalam ayat 1 dan 3 dicatat hal yang sama, bahwa Yonatan mengasihi Daud seperti jiwanya sendiri.  Apakah yang dimaksud dengan “mengasihi” di sini?  Ada seorang penafsir modern, Tom Horner, dalam bukunya “Jonathan loved David: Homosexuality in Biblical Times” menafsirkan hal ini sebagai hubungan homoseksual antara Daud dan Yonatan. Tafsiran seperti ini harus ditolak karena dua alasan.  Pertama, kata kerja “aheb” yang diterjemahkan oleh LAI dengan kata “mengasihi” tidak pernah dipakai di dalam bagian Alkitab mana pun untuk menyatakan nafsu atau aktivitas homoseksual.  Kalau yang ditekankan adalah nafsu atau aktivitas homoseksual maka kata yang dipakai seharusnya adalah “yada” dalam pengertian “memiliki hubungan seks dengan” (Kej 19:5; Hak 19:22).  Kedua, baik Yonatan maupun Daud adalah tentanra yang berani, juga menikah, dan mempunyai anak-anak.  Di samping itu, dalam hidup Daud ia memiliki banyak istri dan kejatuhannya dalan perzinahan dengan Batsyeba sangat memperkuat bahwa Daud bukanlah seorang homoseksual. Kalau begitu apa artinya kata “mengasihi” yang dipakai dalam konteks Yonatan mengasihi Daud di sini?  The Expositor’s Bible Commentary menjelaskan bahwa kata “mengasihi” di sini lebih menunjukkan kasih yang alamiah yang  dalam dan ikhlas dari Yonatan kepada Daud.  Dengan kata lain, Yonatan mengasihi Daud dengan sungguh-sungguh sebagai seorang sahabat dan tidak ada unsur seks di dalamnya.  Ia mengasihi Daud seperti jiwanya sendiri.

      Raja Salomo yang mengerti arti suatu persahabatan dengan baik pernah menulis bahwa ‘Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran’ (Ams 17:17).  Itulah yang dilakukan oleh Yonatan terhadap Daud.  Ia mengasihi dan menjadi saudara bagi Daud ketika Daud menghadapi segala kesukaran.  Kesukaran Daud menjadi kesukarannya; persoalan Daud menjadi persoalannya. Daud mengerti kasih yang begitu agung dan tulus dari Yonatan. Itulah sebabnya,  ia pernah mengakui bahwa baginya cinta Yonatan lebih ajaib daripada cinta perempuan (2 Sam 1:26).

     

Aplikasi

Dalam zaman modern ini, sungguh sulit untuk mencari seorang sahabat yang mengasihi sahabatnya tanpa pamprih apapun.  Kadang kala persahabatan masa kini diikat dengan suatu azas, yaitu azas manfaat.  Karena seseorang bermanfaat baginya maka ia mau menjadi sahabat bagi orang itu.  Tetapi Alkitab mempunyai pandangan lain mengenai membangun persahatan yang baik itu.  Persahabatan yang baik tidak dibangun dari apa yang dapat orang lain dapat berikan kepada kita, melainkan dari apa yang dapat kita berikan kepadanya.  Kita diajar untuk mengasihi seorang sahabat seperti kita mengasihi jiwa kita sendiri.  Menjadi teman sependeritaan:  kesukarannya menjadi kesukaran kita, persoalannya menjadi persoalan kita.  Saudara, jika kita ingin membangun dan memelihara persahabatan yang baik kita perlu mempunyai komitmen seperti itu.

 

Komitmen untuk memberi yang terbaik (ay.4)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, saat itu Yonatan, putra raja, memberi penampilan baru kepada Daud, seorang gembala sederhana.  Jubah sederhana digantinya dengan jubah kebesaran seorang putra mahkota, bahkan menambahnya dengan baju perangnya.  Kemudian umban sederhana bersergta baut-batu licin dalam kantong gembala sekarang diganti dengan pedang, panah, dan ikat pinggang kerajaan. Menurut para penafsir Alkitab yang mempelajari latar belakang sejarah tentang persahabatan orang-orang jaman itu, pemberian Yonatan itu mempunyai arti yang lebih dalam dari sekedar hadiah dalam arti yang umum. Pemberian itu merupakan pemberian paling baik dan paling berharga dari seorang sahabat.  Sebab dahulu kala jubah atau pakaian dianggap sebagai bagian dari diri sendiri.  Dengan memberi jubah dan perlengkapan senjatanya kepada Daud, maka Yonatan bersaksi bahwa ia sungguh-sungguh mengasihi sahabatnya itu “seperti jiwanya sendiri”, bahkan ia memberi sebagian dari dirinya sendiri kepada sahabat itu, dan bagian yang diberikannya adalah bagian yang terbaik dari dirinya karena  pemberian jubah ini merupakan lambang pengorbanan takhta kerajaan Yonatan kepada Daud.  Yonatan menyatakan bahwa Daudlah yang menggantikannya sebagai putra mahkota.  Dan hal itu diperjelas dalam 1 Sam 20:13b ketika ia mengatakan kepada Daud, “Tuhan kiranya menyertai engkau, seperti Ia menyertai ayahku dahulu.” (I Sam 20:13 b).

      Saudara-saudara, ada orang mengatakan bahwa seorang bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi tidak mungkin seorang yang mengasihi tidak memberi.  Dalam kasus Yonatan dan Daud benar, Yonatan mengasihi Daud, buktinya adalah ia memberi yang terbaik kepada sahabatnya Daud.  Ia bahkan rela memberikan takhtanya kepada Daud.  Yonatan adalah tipe orang lebih mengahargai persahabatan daripada kekuasaan.

      Yesus berkata kepada para murid-Nya, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”, walaupun hal itu dikatakan untuk menunjuk kepada diri dan pengorbanan-Nya, namun juga tersirat bahwa seorang sahabat yang baik akan memberikan yang terbaik bahkan nyawanya sendiri untuk sahabat yang dikasihinya.

 

Ilustrasi

Saudara,  saya sering membaca koran tentang pengusutan peristiwa penyerbuaan Kantor PDI-P yang lebih dikenal dengan peristiwa 27 Juli itu. Saya mendapati mantan mentri, mantan jendral atau pun mantan pejabat lainnya saling salah menyalahkan ketika mereka diperiksa oleh pihak kepolisian, padahal mereka dahulu bersahabat, bahkan sahabat baik.  Tetapi begitu diri mereka terancam yang ada pertama-tama  di pikiran mereka adalah bagaimana caranya agar diri mereka selamat, walaupun itu harus mengorbankan orang lain, bahkan sahabat sendiri.  Bagi mereka tidak ada konsep bahwa dalam membangun dan memelihara persahabatan yang baik diperlukan komitmen untuk memberi yang terbaik.

 

Aplikasi

Saudara-saudara, untuk membangun dan mempertahankan persahabatan yang baik kita perlu belajar mempunyai jiwa yang berusaha memberi yang terbaik bagi sahabat kita, merskipun itu berarti ada suatu pengorbanan  yang harus kita alami.  Kita tidak akan pernah mendapat dan menjadi sahabat yang baik tanpa komitmen memberi yang terbaik bagi sahabat kita.  Memberi yang terbaik bukan selalu berarti memberi dalam bentuk materi, namun bisa saja dalam bentuk nasihat bahkan teguran yang membuat mereka sadar dan kembali ke jalan yang benar. Pengamsal berkata, “Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah” (Ams.27:6).  Kita perlu berani melakukan hal itu jika memang kita pikir itu adalah yang terbaik baginya.

 

Penutup

Sudara-saudara, jutaan bahkan miliaran orang yang pernah hidup di dunia ini berkata bahwa Yesus adalah sahabat mereka.  Bagaimana mungkin Yesus dapat menjadi sahabat miliaran orang?  Cara apa yang Ia lakukan sehingga banyak orang membuka hatinya untuk menempatkan nama-Nya tinggal di sana?  Cara-Nya adalah menerima orang-orang itu  apa adanya, mengasihi mereka seperti Ia mengsihi diri-Nya sendiri, dan memberi yang terbaik bagi mereka, yaitu hidup dan nyawa-Nya sendiri, walaupun dahulu mereka adalah seteru-Nya.

      Saudara, apa yang dilakukan Yonatan dan Tuhan Yesus Kristus merupakan kunci membangun dan memelihara persahabatan yang baik.  Lakukanlah, maka pasti hati mereka akan terbuka bagi Saudara dan Saudara akan mendapat sahabat-sahabat yang baik di dalam hidup Saudara.

                                                            Amin

=======================================