sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

KAREKTERISTIK  DOSA

Hosea 6:11-7:16

 

Oleh                 :           Esther Julliet Gerung

Tujuan              :           Supaya jemaat dapat senantiasa menyadari akan bahaya dosa,

                                    Waspada terhadap dosa dan hidup dekat kepada Allah.

 

Pendahuluan

Saudara-saudara, kebanyakan orang suka mengamati hal-hal yang indah, termasuk saya juga.  Misalnya saja melihat pemandangan yang indah, mengamati hasil kerajinan tangan yang indah, mengamati lukisan yang indah, dsb.  Sebaliknya, sangat jarang orang mau mengamati hal-hal yang buruk bahkan busuk.  Misalnya mengamati sampah atau lalat-lalat yang berada di tempat pembuangan sampah terakhir.

            Begitu pula Saudara, banyak orang yang tidak mau atau jarang mengevaluasi dan mengamati dosa-dosa yang lebih buruk dan busuk daripada sampah.  Saudara-saudara, pengajaran Alkitab sebagai Firman Tuhan menunjukkan bahwa kita perlu mempelajari mengenai dosa.  Dengan mempelajari mengenai dosa, diharapkan membawa kita makin menyadari bahaya dosa, dan makin mendekatkan diri pada Allah.

            Dari Hosea 6:11-7:16, memberitahukan kepada kita ada tiga karakteristik dosa yang harus kita waspadai.

 

Dosa berusaha menghilangkan kebenaran (7:3-7)

Saudara-saudara, para pakar Alkitab seperti Raymond Dillard dan Tremper Longman III dalam buku “An Introduction to The Old Testament” dan Thomas McComiskey dalam buku “The Minor Prophets” setuju bahwa Hosea 6:11-7:16 berlatarbelakang pemerintahan raja-raja kerajaan Israel bagian utara yang terdapat dalam II Raja-raja 15 dan 17.  Pada masa itu dosa betul-betul berkembang luar biasa, hingga mencemari seluruh tatanan masyarakat. 

Hosea 7:3-7 menggambarkan kebobrokan sistem pemerintahan yang ada.  Para pejabat banyak yang menjilat raja dengan puji-pujian sumbang, dengan nasihat-nasihat yang menyesatkan, dengan laporan-laporan pembangunan yang penuh kebohongan.  Mereka membuat istana tetap dalam suasana bahagia, seolah-olah tidak ada sesuatu yang sedang terjadi dalam sistem pemerintahan bangsa itu, namun pada kenyataannya tidaklah demikian.  Yang sebenarnya sedang terjadi adalah persekongkolan di kalangan istana demi untuk merebut takhta kerajaan yang sebelumnya telah diperintah oleh seorang raja.  Sebagai bukti, Salum mengadakan mufakat untuk membunuh raja Zakharia supaya ia bisa menjadi raja; Pekah, perwira raja Pekahya membunuh raja Pekahya; selanjutnya raja Hosea bin Ela membunuh Pekah.  Demikianlah ketidakbenaran demi ketidakbenaran terjadi di kerajaan Israel.

Selain daripada itu, bangsa Israel juga hidup dalam perzinahan, pesta pora dan kemabukan.   Saudara-Saudara, mengenai pesta pora dan kemabukan seperti yang dikatakan oleh nabi Hosea dalam ayat 5, maka tentang ayat ini Bruce Waltke dalam bukunya  “An Introduction Biblical Hebrew Syntax”  mengusulkan suatu terjemahan sebagai berikut:  “Raja-raja Israel bergelora (meradangkan jiwanya) dengan anggur, sehingga menyebabkan mereka sendiri menjadi sakit karena demam dari anggur itu.”  Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Hosea 4:11, bahwa anggur dan air anggur telah menghilangkan daya pikir bangsa itu.  Dosa membuat mereka kehilangan daya pikir dan perilaku yang benar. 

Saudara, tingkah laku para pejabat Israel betul-betul memuakkan.  Sebanyak tiga kali dalam Hosea 7:4, 7:6 dan 7:7, Hosea mengatakan bahwa mereka bagaikan dapur perapian, seperti dapur perapian dan sudah panas seperti dapur perapian.  Seolah-olah  Hosea ingin mengatakan suatu peningkatan akan besarnya dan banyaknya kejahatan yang telah terjadi di Israel bahwa mereka tidak lagi mengekang segala kejahatan, mereka membiarkan kejahatan semakin menjadi-jadi.

Saudara, para penasehat raja, para hakim yang seharusnya menyuarakan kebenaran, tetapi mereka menyuarakan ketidakbenaran.  Seharusnya mereka menegur, mengingatkan raja untuk berseru kepada Tuhan (ay. 7), tetapi mereka justru melakukan kejahatan dengan nasihat-nasihat busuk.

Saudara, dosa menunjukkan ketidakbenaran.  Hal ini sama dengan akar dosa itu pada mulanya.  Pada waktu saya mengikuti kelas Teologi Sistematik II yang diajar oleh Bapak Pendeta Daniel Lucas Lukito di SAAT, kami telah membahas bersama topik tentang Karakteristik Dosa Pertama dalam Kitab Kejadian 3.  Adapun karakteristik dosa pertama itu adalah mempermasalahkan kebenaran     Apakah perkataan Tuhan kepada Adam dan Hawa yang berbunyi “bahwa ketika kamu memakan buah itu pastilah engkau mati“(Kej. 2:17b) yang benar,  ataukah perkataan iblis “bahwa sekali-kali engkau tidak akan mati” (Kej 3:4)?  Di sinilah terjadi pertentangan antara benar dan salah.  Saudara-Saudara, strategi iblis yang utama adalah mempermasalahkan kebenaran dengan cara yang sangat halus sehingga manusia menyimpulkan bahwa tawarannya tersebut tidak salah.

 

Aplikasi

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, mari kita menelusuri sudut-sudut negara kita.  Berapa banyak pejabat menjamu inspeksi atasan dengan kesenangan-kesenangan duniawi yang semu.  Berapa banyak suara-suara kebenaran dibungkam, diganti dengan kebusukan-kebusukan, dan semua itu saling kait mengait.  Itulah sebabnya pengusutan penyelewengan di masa Orde Baru tidak bisa berhasil dengan tuntas.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, bagaimana dengan lembaga-lembaga Kristen?  Banyak gereja dan yayasan yang di dalamnya majelis atau aktivisnya dan bahkan hamba Tuhan-nya terbelit dengan dosa, sehingga tidak dapat menyuarakan kebenaran.  Dosa membuat umat Allah enggan berbicara tentang kebenaran.

Dan bagaimana dengan hidup kita sekalian?  Apakah kita juga telah kehilangan kebenaran, seperti kekudusan, kejujuran, kesetiaan, ketaatan, keadilan dsb?  Jika kebenaran telah jauh dari hidup kita, maka tentu dosa yang hadir di dalam diri kita.  Saudara, sadarlah!  Dosa hanya merusak dan membuat diri kita menderita.  Dosa hanya memberi kita kebahagiaan sementara dan semu.  Tinggalkanlah dosa dan kembalilah kepada kebenaran, maka damai sejahtera Allah akan kita alami kembali.

 

Dosa membawa manusia untuk bersandar kepada diri sendiri (7:8-12)

Saudara, raja-raja Israel telah mencampurkan diri di antara bangsa-bangsa asing.  Maksud ayat ini, raja Israel telah membiarkan budaya kafir masuk ke dalam bangsa pilihan.  Budaya penyembahan berhala di bukit-bukit dan gunung-gunung telah diikuti oleh raja Israel beserta segenap rakyatnya.  Dalam hal ibadah, mereka mengira mereka boleh memutuskan sendiri kepada dewa-dewa mana pun, dan di bukit-bukit mana pun yang kelihatannya lebih menjanjikan harapan,  sehingga mereka digambarkan menjadi roti bundar yang tidak dibalik.  Dengan kata lain, Israel menjadi roti bundar yang telah hangus karena perapian dan tidak dapat dimakan.  Kehidupan bangsa Israel telah rusak, sehingga tidak dapat dinikmati kebaikannya.

Di dalam hal politik dan pemerintahan, bangsa Israel juga tidak lagi bersandar kepada Allah.  Mereka mencari pertolongan kepada bangsa-bangsa lain, mereka mengikuti ke mana arah angin politik di luar bertiup.  Sebagai contoh, demi untuk mengokohkan diri sebagai seorang raja di Israel, maka raja Menahem meminta bantuan kepada Asyur, meskipun untuk itu ia harus membayar upeti yang tidak sedikit jumlahnya.  Demikian pula, sewaktu raja Hosea bin Ela mengalami kekangan dari Asyur, yang kepadanya Hosea harus membayar upeti, maka raja Hosea mengarahkan pandangannya ke arah Mesir.  Hosea meminta pertolongan So, raja Mesir untuk melepaskan diri dari kekangan Asyur.  Akan tetapi, di tengah-tengah tekanan dari luar yang mendesak kerajaannya, raja Hosea justru melakukan suatu diplomasi yang bodoh, sebab justru pada saat itu Mesir secara intern telah terbagi-bagi dan sedikit saja dapat memberi pertolongan kepada Israel.  Itu sebabnya nabi Hosea mengatakan bahwa mereka telah menjadi “merpati” tolol, tidak berakal (Hos. 7:11).

Saudara-saudara, pada saat Israel mengira mereka sedang terbang tinggi bagaikan burung dengan sayapnya yang kuat, karena ada Asyur atau ada Mesir yang bersama mereka dan yang dapat mereka banggakan, akan tetapi pada saat yang sama Tuhan melalui nabi Hosea telah menubuatkan tentang akan datangnya penghukuman atas bangsa itu. 

Di dalam ayat 12, Tuhan berkata Aku akan membentangkan jaring-Ku ke atas mereka; Aku akan menurunkan mereka seperti burung-burung di udara, Aku akan menghajar mereka karena kejahatan-kejahatan mereka.  Saudara, ucapan nabi Hosea bukanlah isapan jempol belaka, karena yang kemudian terjadi adalah kemarahan Salmaneser, raja Asyur kepada raja Hosea bin Ela, karena sikap raja Hosea.  Asyur menyerang dan menindas Israel selama 3 tahun sampai bangsa Israel benar-benar takluk kepadanya.  Akhirnya yang terjadi adalah Samarian dirampok, ribuan umat Israel dideportasi ke kawasan sebelah utara Mesopotamia dan Israel dibagi-bagi menjadi propinsi-propinsi kerajaan Asyur (II Raja 17:1-6), dan menyebabkan kehancuran kerajaan Israel Utara.  Saudara-Saudara Israel telah bersandar kepada pengertian dan kekuatannya sendiri, bukan kepada kekuatan Allah.  Itulah sebabnya, Allah menghukum mereka.

 

Aplikasi

Saudara, pada waktu seseorang itu  lemah dan tidak berdaya seringkali Allah menjadi tempat sandarannya.   Hidupnya sangat tergantung kepada Allah.  Tetapi jika manusia itu telah jaya, kuat dan kaya, maka mulailah ia menepuk dadanya dan menghitung kuasa dan reputasinya.  Ia mulai bersandar kepada diri sendiri dan melupakan Allah yang telah memberkatinya.  Dosa mengalihkan perhatian manusia untuk tidak lagi mengingat kebaikan Allah dan bersandar terus kepada Allah.  Perhatian manusia mulai diganti dengan kebangaan akan dirinya sendiri.  Dan itulah yang menyebabkan manusia jatuh dan makin tenggelam di dalam dosa.

      Saudara, waspadalah!  Jangan takabur! Jangan lupakan kebaikan Allah, sehingga Saudara berdosa!  Jangan memuji hari esokmu karena kepandaianmu, tetapi pujilah Allah-mu yang tetap memegang hari esokmu.

 

Dosa membawa manusia untuk tidak berbalik kepada Allah (6:11-7:2, 7:13-16)

Saudara-saudara, Allah sangat mengasihi umat-Nya, tetapi tetap saja bangsa Israel berontak kepada Allah.  Seruan mereka kepada Tuhan tidak keluar dari hati yang tulus (ay 14).  Seorang penafsir mengatakan, mereka tidak menaruh hati mereka kepada seruan yang mereka naikkan kepada Tuhan.  Hati adalah tempat di mana pemikiran dan pertimbangan serta motivasi seseorang berada.  Bangsa Israel tidak menaruh hati mereka saat berseru kepada Allah.  Mereka tetap tinggal di pembaringan mezbah yang biasa mereka pakai sebagai tempat mereka menaruh korban kepada Baal dan mereka menoreh-noreh diri sebagai tanda bahwa mereka masih tetap melakukan ritual penyembahan kepada para berhala mereka.  Hal ini mengingatkan kita kepada apa yang pernah dilakukan oleh nabi-nabi Baal dalam I Raja 18:28. 

Ayat 16 memberi kesimpulan kepada kita bahwa memang benar mereka masih berbalik kepada Baal, dan melakukan penipuan serta kehidupan mereka yang tidak senonoh.  Namun Saudara, dibalik cercaan dari Hosea 6:11-7:16 sesungguhnya Allah menghendaki mereka bertobat dan berbalik kepada Allah, tetapi celakanya dosa tetap membawa manusia makin menjauhi Allah dan tidak berbalik kepada Allah.

Saudara, dosa-dosa Israel yang memutarbalikkan kebenaran, yang membungkamkan  kebenaran, tidak bersandar kepada Allah, secara rinci diuraikan dari Hosea 6:11-7:16.  Tetapi yang lebih indah lagi dari puisi Hosea, yaitu diapit oleh bagian depan: Hosea 6:11-7:2 dan bagian belakang 7:13-16 yang menyiratkan Anugerah Allah yang besar.

Sekalipun bangsa Israel telah rusak, telah berdosa dan telah menyakiti Allah.  Mereka berontak kepada Allah, tetapi Allah masih berkata, “Aku memulihkan keadaan umat-Ku”; “Aku menyembuhkan Israel”; “Aku ini mau menebus mereka”; “Aku telah melatih dan menguatkan lengan-lengan mereka”.  Allah mengasihi umat-Nya tetapi sayang sungguh sayang umat Allah tidak pernah bisa mengasihi Allah-nya.

 

Aplikasi

Saudara yang dikasihi Tuhan, Allah seringkali berbicara dan menegur kita yang berdosa. Allah dengan kasihi-Nya memanggil kita pulang, bertobat kepada-Nya.  Cepatlah Saudara tinggalkan tempat Saudara dengan kesadaraan yang penuh bahwa Allah sungguh mengasihi Saudara dan tidak menginginkan kehancuran hidup Saudara.  Jangan berlama-lam lagi!  Jangan tunggu lagi!  Ingat, dosa akan berusaha untuk Saudara mengeraskan hati Saudara sendiri.  Jika Saudara mendengar suara-Nya hari ini, jangan keraskan hatimu.  Datanglah kepada-Nya dan memohon ampun, maka anugerah Allah yang tak terbatas dan bersyarat itu akan turun atas Saudara.

           

Penutup

Saudara, saya hendak menegaskan bahwa tiga karakteristik dosa tersebut sangat berbahaya, dan karena itu setiap anak-anak Tuhan harus mengambil keputusan berjuang melawan dosa dan melakukan kehendak Tuhan.

Saudara, hal mengambil keputusan berjuang melawan dosa dan melakukan kehendak Tuhan dapat digambarkan seperti tiga orang anak kecil.

Anak Pertama. Sang ayah berkata kepadanya, “Nak, kalau engkau melakukan yang tidak baik, ayah akan menghukum engkau dengan rotan.”  Maka anak yang pertama tersebut tidak mau berbuat yang tidak baik, karena takut akan hukuman.  Anak Kedua.  Sang ibu berkata kepadanya, “Nak, kalau engkau melakukan yang baik, maka ibu akan memberikan kepadamu sebatang coklat.  Maka anak tersebut mau melakukan kemauan ibunya, karena coklat. Anak Ketiga.  Anak ini tahu bahwa kedua orangtuanya sangat mengasihinya dan ia pun benar-benar mengasihi kedua orangtuanya.  Ia ingin melakukan apa yang dikehendaki kedua orangtuanya karena kecintaannya kepada kedua orangtuanya.

Saudara, gambaran ketiga anak tadi, salah satunya merupakan gambaran perjuangan membenci dosa di dalam kehidupan kita.  Saudara, bisa jadi yang memotivasi kita untuk tidak melakukan perbuatan dosa adalah karena rasa takut mendapat sangsi atau hukuman.  Bisa jadi yang memotivasi kita untuk berjuang melawan dosa adalah karena akan mendapat “coklat pujian” atau reputasi diri. Keputusan membenci dosa yang terbaik bukan seperti itu.  Bukan karena adanya ancaman, bukan pula karena adanya janji-janji yang menggiurkan.  Tetapi yang terbaik untuk berjuang melawan dosa, adalah karena keputusan pribadi.  Keputusan yang didasarkan karena kecintaan kepada Allah yang menyelamatkan, sehingga makin mau melakukan kehendak Allah dan makin membenci dosa.

Maukah Saudara sungguh-sungguh berjuang melawan dosa, bukan karena ancaman hukuman, bukan karena penghargaan manusia, tetapi karena kecintaan kepada Tuhan Yesus.

Saudara-saudara, saya tidak tahu dalam kelompok anak yang bagaimanakah Saudara saat ini berada, apakah anak yang pertama, kedua atau ketiga?  Yang saya tahu adalah, Saudara sendiri  tahu di kelompok manakah Saudara saat ini sedang berada.  Dan yang lebih penting adalah Allah sangat tahu di manakah saat ini Saudara dan saya berada.

                                                                                                                           Amin.

 

==============================================================