sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Ibadah yang Dibenci Tuhan

Amos 5 : 21 -27

 

Penulis :                        Eti

Tujuan:             Mengajarkan kepada jemaat agar mereka mempunyai sikap yang benar dalam melakukan ibadah.

Pendahuluan

Pada awal bulan Mei 1986, di Chernobyl dekat kota Kiev di Uni Sovyet, terdapat sebuah pusat pembangkit listrik tenaga nuklir yang bertahun-tahun berjalan dengan baik.  Suatu ketika reaktor nuklir itu mengalami kerusakan dan terjadilah kebakaran yang sangat dahsyat yang mengakibatkan reaktor itu tidak dapat lagi bekerja sebagaimana mestinya.  Dengan segera pusat perhatian dunia ditujukan ke Chernobyl. Kerusakan itu sangat besar,  akibatnya adalah terpancarnya radiasi nuklir berkadar tinggi ke udara dan berbaur dengan awan yang bertiup ke arah Barat Laut.  Pada daerah sekitarnya tercatat kadar radiasi sampai 200 roentgen, padahal kadar aman bagi manusia adalah 20 roentgen.  Ini sangat berbahaya bagi manusia, dalam jangka waktu 5 - 10 tahun mendatang pastilah akan kita lihat orang-orang yang mati karena bencana radiasi atom ini.

            Demikianlah bahaya radiasi radioaktif yang dapat menyebabkan manusia sakit kanker ganar.  Kalau radiasi Chernobyl hanya berpengaruh di Eropa, maka ada satu radiasi yang sangat berbahaya dan berpengaruh bagi seluruh umat manusia, yaitu radiasi dosa.  Karena radiasi ini, manusia menjadi rusak dan membawa suatu kejijikan dalam hubungan mereka dengan Tuhan menjadi jauh.  Radiasi ini sering luput dan diabaikan oleh umat Tuhan.  Alkitab menceritakan bagaimana orang Israel, umat pilihan-Nya yang terus-menerus melakukan dan mengabaikan bahaya dosa ini.  Umat Israel jatuh dalam dosa yaitu mengabaikan ibadah yang benar di hadapan Tuhan.  Tetapi di bagian ini kita akan melihat bahwa Tuhan akan memberikan konsekuensi kepada umat-Nya yang menjalankan ibadah dengan tidak benar.  Konsekuensi apa yang akan umat-Nya terima dari menjalankan ibadah dengan tidak benar?

 

Tuhan akan menolak ibadah umat-Nya (ayat 21 - 25)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Amos adalah seorang penggembala domba dan seorang pemungut buah ara hutan dari Tekoa, suatu desa di pinggiran Yehuda.  Amos hidup pada masa pemerintahan Uzia (786 - 746) raja Yehuda dan Yerobeam II anak Yoas (783 - 742) raja Israel.  Ia bukan seorang nabi profesional yang dididik di sekolah nabi.  Tuhan memanggilnya di padang gurun dan memerintahkannya untuk pergi ke Betel.  Pada waktu itu kerajaan utara mengalami zaman kemakmuran di mana raja Yerobeam berhasil memperluas daerah kekuasaan hampir seluas kekuasaan Daud dan Salomo, begitu pun juga dengan raja Uzia.  Dan pada waktu itu Asyur belum menjadi kerajaan yang kuat.

Dapat dibayangkan rakyat yang hidup dengan makmur, kemewahan dan kesenangan yang ada.  Walaupun begitu, ada banyak hal yang tidak beres, yang justru membawa mereka kepada kehancuran.  Mereka adalah orang yang cenderung keras kepala dan sombong.  Orang kaya sangat membanggakan kekayaan mereka dan menikmati dengan minum anggur dan musik.  Rakyat tidak lagi memperhatikan hukum bagi orang miskin, ketidakadilan di mana ada korupsi. 

Begitu juga dengan keadaan agama mereka, orang tidak taat lagi kepada Tuhan, mendua hati dengan menyembah berhala.  Bangsa  itu seolah-olah lupa bahwa penyembahan berhala selalu mengakibatkan kesengsaraan, sejak Yerobeam I mendirikan penyembahan anak lembu emas di Betel (I Raja 12:27 - 33).  Mereka berpesta dan tetap melakukannya dengan menyembah anak lembu emas itu.  Tidak hanya di Betel saja tetapi di Gilgal, Betsyeba, Samaria dan Dan (Am. 4:4, 5:5, 8:14).  Hukum Taurat, pesta dan adat istiadat hanya diikuti secara formil saja.  Oleh sebab itu Amos diutus ke Betel di mana Tuhan menghendaki bagian utara Israel mendapat peringatan yang keras.  Betel yang merupakan tempat ibadah utama dari bangsa ini, di mana Yerobeam II beribadah.  Di sini juga terpusat segala kekuatan nabi dan orang bangsawan yang hendak meruntuhkan ibadah kepada Allah.

Saudara-saudara, Amos diutus kepada bangsa yang merasa puas diri atas disi sendiri dan sombong yang tidak menghendaki dan tidak merasa perlu pemberitaan yang keras.  Amos mempergunakan kehadiran orang banyak yang telah datang berbondong-bondong ke Betel.  Hati Allah dan nabi-Nya merasa muak melihat kemunafikan dan formalitas ibadah Israel yang mewah tetapi hampa.  Kemenyan perayaan agama mereka itu berbau busuk bagi Allah, korban persembahan mereka tidak mempunyai arti. 

Dengan tepat perkataan Amos dalam ayat 21, 22, 23, 24.  Kata kerja yang dipakai di sini merupakan gabungan kata: Tuhan marah, menolak perayaan keagamaan mereka.  Tuhan menyerukan bahwa Ia tidak mau berurusan dengan semuanya itu dan menolak kebiasaan agama Israel semuanya sama sekali.  Adat kebiasaan itu tidak salah, dalam diri mereka sendiri, pemuja dan jalan pemujaan itulah yang salah.  Kelakuan mereka menggambarkan ketidaktaatan pada hukum-Nya (Yes. 1:11-15).  Tuhan menolak bila para penyembah itu menekan para tetangga mereka, orang-orang miskin dan menolak untuk mencari keadilan dan tanpa kebenaran.  Bahkan kaum wanita pun menjadi  pemimpin dalam percabulan dan pemerasan (4:1).  Keadilan dibeli di tempat-tempat suci dan Israel menyembah dewa lain yang tidak dapat menolongnya.

Amos telah menjadi penentang tradisi peribadatan dan imamat Israel yang historis yang selama ini menguasai kehidupan spiritual mereka. Kehidupan spiritual mereka yang tradisional  itu telah gagal mempraktekan kebenaran karena diri mereka telah terpisah dari kebenaran itu sendiri.  Kehidupan spiritual yang dilakukan dalam kegiatan ibadah yang tidak pernah berkenan kepada Tuhan.  Mereka menganggap kehidupan spiritual yang mereka lakukan dalam ibadah merupakan jaminan ketentraman hidup dan diperkenan Allah. 

Amos menganggap ibadah mereka tidak bisa dijadikan ketentraman dan diperkenan Allah, karena satu-satunya jalan keselamatan ialah Israel harus mencari Tuhan (Am 5:4).  Amos menegaskan itu karena hati mereka telah berbelok dari Tuhan dan mereka mempergunakan agama hanya sebagai sesuatu alat untuk menyenangkan Allah mereka.  Tetapi Tuhan tidak tertarik pada kasih manusia dengan cara mengadakan pemujaan bagi diri-Nya.  Tuhan lebih tertarik kepada hati mereka dan menginginkan sikap dan ibadah yang benar bukan hanya dalam upacara korban saja, tetapi juga dalam kehidupan mereka sehari-hari.  Dia menginginkan mereka menyembah dalam Roh dan Kebenaran.

Musik atau nyanyian merupakan sarana bagi para penyembah untuk menyatakan ibadah kepada Tuhan (Kel. 15:1-18, Ul. 31:30, 32:43).  Amos sering menghubungkan musik ini dengan Daud yang selalu menjadikan musik sebagai ekspresi spontan dan kasih kepada Allah.  Dengan musik yang menjadi bagian ibadah mereka, kemungkinan mereka menjadi semakin buruk, karena tingkah laku mereka sehari-hari jauh dari komitmen sebenarnya.  Sehingga musik atau nyanyian mereka menjadi keributan di telinga Allah.

Kata keadilan dan kebenaran yang digabungkan bersama-sama: yaitu berturut-turut praktik moral dan prinsip moral.  Keadilan, artinya dengan mengingat Yes. 8:17, beberapa penafsir menganggap ayat ini sebagai pemberitahuan hukuman (Israel yang ditolak dan dicemooh).  Amos yang cukup mengenal manfaat air, ia menggambarkan keadilan dan kebenaran dalam bentuk cair.  Keadilan dalam konteks Amos meliputi perbaikan akan penipuan, keadilan terhadap orang yang ditindas dan belas kasihan yang membutuhkan “kebenaran” yang menunjukkan kondisi yang menjadikan keadilan itu menjadi mungkin.  Saudara Tuhan menghendaki bahwa di bumi, lebih-lebih di antara umat-Nya ditegakkan kebenaran dan keadilan.  Dan keadilan itu haruslah dijalankan terus-menerus, tak henti-hentinya, yang digambarkan seperti sungai yang berkelimpahan, tak pernah kekurangan air.

Di dalam ayat 25 dapat juga kita lihat dalam Yeremia 7:21-23, kita bisa mengetahui bahwa selama 40 tahun pengembaraan, Israel terus mempersembahkan korban (Kel. 24:4-8), di padang gurun.  Akan tetapi dalam hal ini juga ditekankan bahwa pembebasan Israel adalah anugerah Tuhan dan menyatakan bahwa upacara agama tidak cukup untuk hubungan yang benar antar Tuhan dengan umat-Nya. 

Amos juga menyatakan bukan hanya upacara korban yang diperlukan untuk mempertahankan hubungan mereka dengan Tuhan, mereka juga harus taat dan menyembahnya dengan hati yang tulus.  Amos menghendaki jawaban “ya” atas pertanyaannya, dengan jawaban yang membangunkan Israel kepada pesan Tuhan yang menuntut ketaatan dan perjanjian dan bukan hanya ritual saja.  Amos menuntut Israel yang melakukan ibadah sinkretisme (bukan hanya kepada Tuhan tetapi juga kepada berhala) ini untuk mengenyahkan berhala mereka dan tetap bertahan dalam janji kebenaran dan keadilan.  Tetapi malahan mereka mengasihi cara agamanya (Am. 4:5).  Mereka menempatkan upacara agama di atas segalanya lebih dari ketaatan hati. 

 

Ilustrasi

Ada sebuah kisah tentang seorang laki-laki yang ke gereja bersama malaikat sebagai pendampingnya.  Setiap tempat duduk di gereja itu penuh, tetapi ada sesuatu yang aneh.  Organis memainkan jari-jarinya di atas tuts, tetapi tidak ada suara musik keluar dari alat musik tersebut.  Ketika paduan suara menyanyi, bibir mereka bergerak-gerak, tetapi tidak sepatah kata pun yang terdengar.  Pendeta naik ke mimbar dan berkhotbah, tetapi tidak terdengar suara juga.  Jemaat berdoa, tidak sepatah kata pun yang terdengar.  Laki-laki itu tidak mendengar apa-apa.  Jadi dia menoleh kepada malaikat itu dan berkata, “Apa artinya semua ini?  Saya melihat kebaktian sedang berlangsung, tetapi saya tidak mendengar suara apapun.”    Malaikat itu menjawab, “Engkau tidak mendengar apa-apa karena engkau melihat kebaktian ini seperti Tuhan melihatnya.  Mereka tidak sepenuh hati melakukannya sehingga Tuhan tidak mendengar apa-apa.  Dia hanya akan mendengar ibadah yang keluar dari hati dan bukan yang keluar dari bibir saja.” 

Saudara, Tuhan juga akan menolak ibadah kita bila ibadah kita dilakukan tidak dengan sepenuh hati.  Tuhan menolak ibadah kita bila itu hanya sebagai ritual dan rutinitas saja dan bila dalam praktek kehidupan sehari-hari kita tidak sesuai dengan kehendak-Nya.

 

Aplikasi

Saudara, bagaimana sikap hati yang kita bawa kepada Tuhan ketika kita datang beribadah di tempat ini?  Apakah itu kita lakukan hanya sebagai rutinitas saja dari minggu ke minggu tanpa merupakan suatu keinginan atau kesadaran dari hati yang sungguh datang untuk beribadah kepada Tuhan?  Dan apakah saat kita datang beribadah hati kita masih diliputi dengan pikiran-pikiran yang tidak berkenan di hati-Nya? 

Apakah saat kita datang kepada-Nya sebenarnya hati kita sudah jauh dari-Nya?  Dan bagaimana dengan praktek dari kehidupanmu sehari-hari, di tempat kerjamu, sekolah?  Apakah sudah sesuai menurut kehendak-Nya?  Seseorang yang bernama Liem Hwa Yong pernah berkata, “Ibadah yang dilakukan dengan sunggung-sungguh, betapa juga pendeknya, jauh lebih berharga di mata Allah ketimbang ibadah lahiriah yang tanpa hati yang benar.”

 

Tuhan akan memberikan penghukuman kepada umat-Nya (ayat 26 - 27)

Amos yang merupakan penduduk Yehuda yang dipanggil untuk bernubuat kepada kerajaan utara, yakni Israel.  Dapat dibayangkan, bagaimana kesan orang pada waktu ia datang ke Betel di mana ia menyatakan kesalahan raja-raja, imam, dan orang-orang yang menyembah berhala.  Tiba-tiba mengucapkan penghukuman atas bangsa Israel, maka air muka dan sikap orang-orang yang mendengarnya tentu sangat marah dan Amazia mengusir dia (Ams 7:12). 

Amos menggambarkan bahwa Tuhan menolak apa yang telah dilakukannya dengan upacara korban dan pujian yang tidak menyenangkan hati Allah.  Alasannya karena itu semua merupakan formalitas belaka yang akan membawa mereka ke penghukuman.  Karena mengetahui bahwa ajakannya untuk hidup benar akan diabaikan, maka Amos segera menyatakan penghukuman.  Ia menyatakan penawanan yang akan dialami Israel di masa depan.

Allah yang telah membawa dan mengikat perjanjian dengan mereka dan memberi mereka hukum Taurat di Gunung Sinai itu menuntut agar mereka hidup sesuai dengan kehendak-Nya.  Di mana sering diulang dalam Kitab Bilangan, Ulangan dan Yosua.  Tetapi Israel melanggar dan melakukan perbuatan dosa yaitu dosa dengan melakukan ibadah dengan tidak benar dan kerusakan moral.  Israel tetap menyanyikan dan mempersembahkan korban bahwa Tuhan semesta alam menyertai mereka.  Padahal sebenarnya Tuhan segera akan memberikan penghukuman yang dahsyat kepada mereka karena mereka menyalahgunakan keadilan yang sangat penting itu.  Pada waktu itu mereka akan tahu bahwa keadilan Allah datang dalam bentuk hukuman atas mereka.

Ratapan dari Amos ini ialah permohonan yang lemah lembut untuk mencari Allah lagi, tetapi bangsa Israel tetap menolak.  Bagaimana nasihat ini terus diulang (Am 5:4,5,6,14).  Di Betel dan di Gilgal tak ada orang yang mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, di sana hanya terdapat berhala-berhala yang merupakan penghujatan kepada Allah dan kerusakan moral.  Amos berusaha memalingkan bangsa itu dari penyembahan berhala.  Yehova ialah Allah yang membalikkan jalan perbuatan orang jahat dan mengubah pemerasan mereka menjadi hukuman yang menimpa diri mereka sendiri (Am 5:9).

Mungkin ayat 26 ini menunjuk kepada tempat-tempat berhala yang mudah diangkut, seperti yang disebut dalam Kis 19:24 berkaitan dengan penyembahan dewi Diana.  Menurut Herodotus, ahli sejarah Yunani, kuil-kuil yang semacam itu dipakai oleh orang Mesir.  Beberapa penafsir mengatakan ini adalah sesuatu yang dilakukan bangsa Israel.  Barangkali mengingatkan apa yang mereka bawa yaitu berhala keliling yaitu dewa Sakkuth atau nama lain dari Adar, dewa perang Asyur, Kewan: kecurangan (korupsi) dari Ibrani, yang dapat dilihat dalam Kis 7:43.  Amos tidak meninggalkan pokok itu tanpa membeberkan hati dan agama palsu itu yang bersifat penghujatan, karena hal itu mengganti raja dan Allah sejati dengan tiruan-tiruan yang melanjutkan di padang gurun sebagai pola (contoh) dari pelanggaran susila dan akibat rohani yang buruk sekali.

Mengangkut berhala keliling, kemungkinan merupakan puncak dan partisipasi dari penyembahan berhala di bawah pengaruh dari orang Asyur, sewaktu Ahab dan pada zaman Salmaneser III di mana Israel membayar upeti (II Raja 17:3).  Dan apa yang telah mereka lakukan menjauhkan diri dari Allah membawa kebinasaan mereka ke seberang Damsyik.  Allah yang Mahakuasa yang mendatangkan ke atas mereka sebagai akibat dari kebodohan mereka.  Terjadi setelah 10 tahun kemudian ketika Kerajaan Asyur menaklukkan Israel dan menjadi tawanan bangsa Asyur pada tahun 722 dan tragedi ini benar-benar terjadi.

 

Aplikasi

Saudara, Tuhan mengasihi setiap anak-anak-Nya, untuk itu Dia tidak segan-segan memberikan peringatan dan teguran kepada kita.  Tetapi pada saat teguran itu diberikan, adakah hati kita berbalik kepada Tuhan atau kita mengeraskan hati seperti umat Israel yang mengabaikan peringatan Tuhan melalui nabi Amos.  Jika kita tidak bertobat dari dosa-dosa kita, maka hukuman itu akan diberikan kepada kita.

Saudara Tuhan tidak ingin dipermainkan.  Dia akan menghukum setiap kita yang meremehkan ibadah yang benar.  Oleh karena itu setiap anak Tuhan harus menjalankan ibadah yang benar di hadapan Tuhan.  Kita harus belajar dari peristiwa yang telah menimpa bangsa Israel, karena bila tidak Tuhan akan menolak ibadah kita dan bila Ia menyatakan penghukuman-Nya maka tidak ada seorang pun yang akan luput dari-Nya.

 

 

Amin