sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Hidup Tetapi Mematikan, Mati Tetapi Menghidupkan

Yakobus 3 : 1 - 12

 Oleh       :              Meydi Garing

Tujuan : Agar  jemaat  dapat mengendalikan  lidahnya  dalam  segala situasi dan

                                kondisi yang ada karena tahu akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh

                                lidah yang tidak dikendalikan.

 

Pendahuluan

Saudara, suatu ketika ada dua orang bersaudara yang setiap tahun bersaing untuk memberikan hadiah Natal yang paling luar biasa kepada ibu mereka.  Pada suatu tahun, anak yang bungsu mendapati bahwa kakaknya akan memberi ibunya hadiah mobil merek “Cadilac” yang sangat mahal dan dirancang khusus.  Si Bungsu bingung.   Hadiah apa yang akan ia berikan untuk ibunya.  Ketika dia melewati sebuah toko yang menjual binatang peliharaan, dia melihat seekor burung beo seharga $10.000.  Dia heran kenapa burung itu harganya begitu mahal.

                Si penjual berkata bahwa burung itu sangat langka karena fasih berbicara dalam 17 bahasa.  Dengan sangat gembira si Bungsu membeli burung itu dan mengirimkan kepada ibunya.  Rasanya tak sabar dia menunggu datangnya hari Natal untuk mengunjungi ibunya, dan melihat bagaimana reaksi ibunya terhadap burung ajaib itu. “Ibu suka burung itu?” tanyanya. “Oh ya, burung itu sangat lezat.” Jawab ibunya. “Lezat?” teriak si Bungsu.  “Ibu, burung itu sangat langka.  Harganya $10.000.  Dia bisa bicara dalam 17 bahasa.”  Ibunya menjawab dengan spontan, “Kalau begitu, mengapa dia tidak mengatakan apa-apa waktu dipotong?”

Saudara-saudara, sekalipun burung itu dapat berkata-kata dalam 17 bahasa, namun itu tidak ada gunanya, karena ia tidak menggunakannya pada waktu ia seharusnya menggunakannya.  Demikian pula dengan kita, sekalipun kita dapat berkata-kata dalam banyak bahasa, namun apabila perkataan kita tidak pada tempatnya, itu tidak ada gunanya.  Sebab perkataan yang benar bukan terletak pada berapa banyak kata yang dihasilkan oleh lidah kita, tetapi seberapa sering lidah kita dikendalikan agar berkata yang benar.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah mengapa lidah itu perlu dikendalikan agar berkata yang benar?  Ada dua alasan mengapa lidah itu perlu dikendalikan:

 

Karena lidah adalah sesuatu yang kecil tetapi besar (Ay 5).

Saudara-saudara, surat Yakobus ini ditulis oleh Yakobus, saudara Tuhan Yesus, surat ini ditujukan pada “keduabelas suku di perantauan” yaitu orang-orang Kristen Yahudi yang tinggal terpencar-pencar di luar Palestina.  Orang-orang Kristen Yahudi ini hidup dalam perantauan dan memiliki keadaan kerohanian yang dikonotasikan sebagai “orang yang benar”.  Tetapi meskipun demikian, Yakobus perlu menasehati orang-orang Kristen Yahudi ini untuk bertekun dalam cara hidup yang benar.  Dan lebih khusus lagi di dalam nats ini Yakobus menasehati agar orang-orang Kristen jangan berlomba-lomba untuk menjadi guru dan mempergunakan lidah mereka untuk menghakimi, untuk berkata-kata dengan tidak bertanggung jawab.  Sebab setiap kata-kata yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman (Mat. 12:36).

Rupa-rupanya dalam jemaat ini ada banyak orang yang ingin mengajar dan menjadi pemimpin rohani.  Mereka terkesan dengan kekuasaan dan martabat jabatan sebagai guru yang dihormati, tetapi lupa tanggung jawabnya.  Di sini Yakobus mengingatkan bahwa guru atau jabatan apapun dalam jemaat sebenarnya bukanlah jabatan kehormatan.  Sebaliknya, menjadi guru adalah tanggung jawab yang sangat berat karena pengajaran dan teladan mereka mempengaruhi kehidupan jemaat.  Dengan menjadi guru, otomatis jabatan itu dipakai untuk menghakimi orang lain.  Akibatnya guru akan dihakimi dengan hukuman yang lebih berat. (ay. 1)

Saudara, guru memang banyak mempergunakan lidahnya untuk berkata-kata.  Tetapi permisi tanya, apakah hanya guru saja yang mempunyai lidah?  Apakah hanya guru saja yang menggunakan lidahnya untuk berkata-kata?  Mari kita perhatikan ayat yang ke 2.  Kata “sebab kita semua bersalah” menunjukkan bahwa saya dan saudara pun termasuk di dalamnya.  Guru bukanlah satu-satunya orang yang dapat bersalah dalam perkataannya, tetapi setiap orang Kristen harus mengakui bahwa “kita semua bersalah dalam banyak hal” (ay 2a).

“…barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.”  Pernyataan ini dengan jelas berbicara pada kita bahwa mengendalikan lidah itu adalah suatu hal yang sangat penting.

Yakobus mencoba menjelaskan betapa pentingnya mengendalikan lidah dengan mengemukakan beberapa contoh.  Kekang untuk kuda, dan kemudi untuk kapal.  Saya yakin kita semua tahu dengan pasti fungsi kekang untuk kuda, dan kemudi untuk kapal.  Dengan memilih kekang dan kemudi, Yakobus mengemukakan dua hal yang tampaknya kecil, tapi dapat mengendalikan sesuatu yang besar.  Lidah pun merupakan suatu anggota tubuh yang kecil, tetapi mempunyai kuasa untuk melakukan perkara-perkara yang besar.

 

Ilustrasi

Saudara, saudara pasti masih ingat pada lidah Petrus yang kecil yang menyebabkan sejumlah besar orang (kira-kira 3000 jiwa) bertobat dan diselamatkan (Kis. 2).  Bukan hanya itu, pada tanggal 21 April 1855, Edward Kimball masuk ke sebuah toko sepatu dan menggunakan lidahnya yang kecil untuk membawa Dwight L. Moody kepada Kristus.  Hasilnya, D.L. Moody menjadi salah seorang penginjil terbesar dalam sejarah.  Tetapi sebaliknya, pada tanggal 19 Januari 1999, lidah kecil milik seorang sopir angkot menyebabkan kerusuhan besar di Ambon yang sampai detik hari ini belum terselesaikan.

 

Aplikasi

Saudara, lidah adalah suatu anggota tubuh kita yang kecil, tetapi dapat mengakibatkan hal-hal yang besar.  Berkat yang besar ataupun malapetaka yang besar.  Tinggal dipilih.  Mengendalikan lidah, menghasilkan berkat yang besar.  Tidak mengendalikan lidah, menghasilkan malapetaka yang besar.  Bagaimana dengan lidah Saudara?  Sudahkan Saudara mengendalikan lidah Saudara?  Ataukah Saudara tetap membiarkan lidah Saudara tidak dikendalikan, sehingga sejumlah besar orang menjadi korban?  Berapa banyak gosip yang telah Saudara sebarkan, sehingga seluruh gereja tahu kelemahan seseorang?  Berapa banyak perkataan sia-sia yang telah Saudara katakan, sehingga menjadi batu sandungan bagi banyak orang?  Berapa banyak bentakan, cacian, makian yang Saudara keluarkan bagi karyawan Saudara?  Berapa banyak kebohongan yang sudah Saudara ucapkan terhadap suami, istri, orang tua, atau pada anak-anak saudara dan kenalan Saudara selama ini?

        Saudara, lidah adalah sesuatu yang kecil tetapi besar.  Anggota tubuh kita yang kecil, tapi marilah kita pakai untuk membesarkan nama Tuhan.

 

Kalimat Peralihan

Alasan kedua mengapa lidah perlu dikendalikan:

 

Karena lidah adalah sesuatu yang hidup tetapi mematikan (ay 8).

Saudara, Yakobus dalam ayat 5 b - 6 menggunakan api sebagai ilustrasi ketiga untuk menggambarkan akibat yang ditimbulkan oleh lidah yang tidak dikendalikan.  Pada waktu itu hutan besar di Palestina bukanlah hutan yang penuh dengan pohon-pohon yang tinggi, melainkan dipenuhi semak belukar yang tidak terpelihara.  Dengan api kecil yang hidup, yang mulanya tidak begitu berarti, dapat menjalar dengan cepatnya, membakar seluruh hutan tanpa bisa dicegah, dan mengakibatkan kematian bagi penghuni hutan itu. 

Bahkan lebih jauh lagi, Yakobus mengatakan bahwa lidah itu dinyalakan oleh api neraka (ay 6). Di sini Yakobus menggunakan kata Gehenna untuk api neraka.  Istilah Gehenna ini dipakai untuk iblis, seperti kata “sorga” yang dipakai untuk Allah.  Gehenna adalah kata Yunani yang berasal dari kata Ibrani “Gehinnom” yaitu Lembah Hinom.  Lembah Hinom dinubuatkan menjadi tempat penguburan dalam Yeremia 7:32 dan Yeremia 19:11-13. (Lembah Hinom ini biasanya diidentikan dengan tempat pembakaran yang apinya tiada pernah padam red.).Kitab-kitab apokaliptus menganggap kata ini sama dengan neraka pada penghakiman yang terakhir.  Dan lidah ini dinyalakan oleh api neraka itu.  Sekarang pertanyaannya, siapa yang dapat menjinakkan kebuasan api neraka, api yang tidak akan padam yang tidak terkuasai oleh apapun, yang penuh racun mematikan?

 

Ilustrasi

Saudara, suatu ketika di Kansas City Amerika Serikat, terjadi suatu ledakan.  Dalam ledakan itu ada seorang pria yang menjadi korban.  Wajahnya rusak parah, ia menjadi buta dan kehilangan kedua tangannya.  Pria ini adalah seorang Kristen yang baru bertobat, dan baru saja berjanji untuk mau membaca Alkitab, dan menceritakan Injil kepada setiap orang.  Sebelumnya ia adalah seorang yang tidak percaya adanya Tuhan, yang suka mencemooh orang Kristen, yang suka mengeluarkan umpatan dan makian.  Ketika peristiwa kecelakaan itu, ia mengalami kekecewaan yang sangat mendalam karena ternyata ia tidak dapat membaca Alkitab.  Pertanyaan demi pertanyaan tidak dapat ia jawab.  Mengapa baru sekarang ia bertobat?  Mengapa baru sekarang ia mau membaca Alkitab?  Mengapa justru kecelakaan itu terjadi pada saat ia baru mau membaca Alkitab dan menceritakan Injil kepada orang lain?  Mengapa dia harus kehilangan kedua tangannya dan menjadi buta?  Di tengah-tengah kekecewaannya, ia mulai mengumpat dan memaki-maki nasib hidupnya.

Sampai suatu kali ia mendengar tentang seorang wanita di Inggris yang mampu membaca huruf braille dengan bibirnya.  Saat itu ada kuasa yang bekerja dalam hatinya yang mengingatkan dia akan pertobatannya, akan janjinya untuk membaca Firman Tuhan dan menceritakan tentang Injil.  Dengan harapan ia dapat melakukan hal yang sama dengan wanita di Inggris itu, ia meminta kiriman beberapa buku dan Alkitab dalam huruf braille.  Namun sekali lagi ia harus menerima kenyataan bahwa saraf pada bibirnya telah menjadi rusak karena ledakan itu.

Suatu hari, waktu ia hendak mencoba membaca lagi dengan bibirnya, lidahnya menyentuh huruf-huruf yang menonjol, dan ia dapat merasakannya.  Betapa senangnya dia, ketika dia menyadari bahwa dia dapat membaca Alkitab dengan lidahnya.  Lidah yang dulunya dia pergunakan untuk mencaci maki, kini dia pergunakan untuk membaca Alkitab.  Lidah yang dulunya dapat membawanya pada kematian kekal, kini telah membawanya pada kehidupan kekal.  Dalam tahun yang sama dia telah berhasil membaca seluruh isi Alkitab dan membawa beberapa orang kepada Kristus melalui lidahnya.

 

Aplikasi

Bagaimana dengan lidah Saudara?  Sudahkah Saudara mengendalikan lidah Saudara?  Sudahkah Saudara mempergunakan lidah Saudara untuk membawa seorang yang berjalan dalam jurang kematian kepada hidup yang kekal?  Ataukah sebaliknya, dengan lidah Sudara, Saudara membawa seseorang kepada kematian.  Siapakah yang dapat menghitung berapa banyak orang yang hancur dan mati karena fitnahan?  Siapakah yang dapat menghitung hal-hal jahat yang dapat ditimbulkan oleh lidah: keonaran, umpatan, hujatan, sumpah palsu, dusta, kecabulan, rayuan, kata-kata kotor yang tidak senonoh, yang dihasilkan oleh lidah?  Siapa yang dapat mengendalikan lidah yang buasnya seperti api neraka, yang penuh dengan racun yang mematikan?  Siapa yang dapat merubah lidah yang penuh kutuk menjadi lidah yang penuh berkat?  Siapa yang dapat membuat lidah yang mematikan ini menjadi sesuatu yang menghidupkan?  Tidak ada seorang pun yang dapat kecuali Yesus Kristus.  Dan apabila Saudara mengaku memiliki Yesus Kristus, maka segala sesuatu yang sudah disebutkan tadi tidak akan terjadi.  Jika Saudara memiliki Yesus Kristus, Saudara dapat mengendalikan lidah Saudara untuk hal-hal yang kudus, yang membangun, dan bukannya menjatuhkan atau mematikan orang lain.

 

Penutup

Saudara, Peter Bohler, seorang pemimpin misionaris Morovia, pernah berkata kepada Charles Wesley, “Tuhan sudah memberikan begitu banyak berkat dalam hidup saya.  Dan apakah yang dapat saya berikan bagi Dia, selain lidah saya?  Seandainya saya punya seribu lidah, seluruhnya akan saya gunakan untuk memuji Yesus!”

Bagaimana dengan Saudara?

                                                                                                                        

             Amin

=========================================================================