sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

DITERIMA  KEMBALI  NANUM  DIANGGAP  SEPI

Hosea 3:1-5

oleh : Silvana Charla Suawah

 Tujuan: 1. Mengingatkan jemaat akan pemahaman tentang kasih karunia.

                                2. Agar jemaat belajar dari kasih karunia Allah dan mengaplikasikannya

                                    dalam kehidupan setiap hari.

 

 

Pendahuluan

Lagu Amazing Grace yang dikarang oleh John Newton sekitar 200 tahun yang lalu, tetap menggema dan memberikan arti yang mendalam bagi setiap orang  yang mendengar dan menyanyikannya. 

Sebuah film dokumenter Bill Moyers memperlihatakan sebuah adegan yang diambil di Wembley Stadium London.  Berbagai kelompok musikal, kebanyakan pemusik rock, berkumpul untuk merayakan perubahan di Afrika Selatan, dan untuk alasan tertentu  promotor menjadualkan penyanyi opera, Jessye Norman, sebagai aksi penutup. Selama dua belas jam, grup-grup seperti Guns n’ Roses menghentak orang banyak melalui barisan pengeras suara, membuat penggemar yang sudah melayang oleh obat bius makin ganas.  Orang banyak berteriak minta tambahan lagu, dan grup-grup rock memenuhinya.

                Akhirnya, tiba waktunya untuk Jessye Norman menyanyi.  Sebuah sorotan cahaya mengikutinya, dengan anggun ia melangkah ke panggung, tidak ada band pengiring, tidak ada alat musik, hanya Jessye.  Orang banyak tidak mau diam, gelisah.  Sebuah suara berteriak minta Guns n’ Roses lagi.  Lainnya ikut berteriak.  Keadaan menjadi kacau.

                Jessye Norman mulai menyanyi lagu Amazing Grace sangat lambat dengan acapella (tanpa iringan musik).  Hal luar biasa terjadi di Wembley Stadium malam itu.  Tujuh puluh ribu penggemar yang berisik terdiam di hadapan nyanyian solonya tentang kasih karunia.  Pada bait yang kedua, penyanyi soprano ini sudah menguasai orang banyak itu.  Pada saat mencapai bait ketiga beberapa ribu penggemar ikut bernyanyi, menggali dalam-dalam kenangan yang hampir terlupakan, mencari kata-kata yang pernah mereka dengar suatu saat di masa lalu.

                Jessye Norman belakangan mengakui ia tidak tahu kekuatan apa yang turun di atas Wembley Stadium malam itu, tetapi Philip Yancey menambahkan bahwa ia tahu: dunia haus akan kasih karunia.  Ketika kasih karunia turun, dunia terdiam di hadapan-Nya.

 

                Saudara, kasih karunia Allah itu ajaib, sehingga  setiap orang yang telah tersentuh olehnya bukan hanya terdiam tetapi kita mau menyerahkan diri kepada Sang pemberi kasih karunia itu.    Sebenarnya apa yang membuat kasih karunia Allah itu ajaib?  Dari perikop ini setidaknya ada dua alasan.

 

Kasih karunia itu ajaib karena ada penerimaan yang tidak bersyarat (1-2).

Untuk pertama kalinya di dalam PL, relasi Allah dengan Israel digambarkan dalam satu relasi pernikahan, di mana Allah sebagai mempelai pria dan Israel sebagai mempelai wanita.  Hal ini dilihat sebagai upaya Allah untuk mengkomunikasikan betapa dalam dan intimnya relasi Allah dan Israel.

Tidak cukup bagi Allah hanya menyuruh Hosea, hamba-Nya untuk menyerukan firman-Nya kepada umat-Nya yang tegar tengkuk.  Tetapi dengan cara-Nya yang unik Allah memakai kehidupan hamba-Nya untuk memperagakan secara nyata apa yang dirasakan-Nya.  Sekali lagi Hosea disuruh Allah untuk pergi kembali menunjukkan kasih-Nya kepada istri yang telah bersundal berulangkali.

Saya yakin bukan hal yang mudah bagi Hosea untuk melakukan apa yang diminta oleh Tuhan; karena apa yang diinginkan oleh Tuhan bukan hanya menyatakan cintanya kepada Gomer dari mulut saja, tetapi cinta yang dimaksud adalah sebuah cinta kasih yang nyata dalam tindakan.

Pada saat itu, tentu tidak ada seorang pria pun yang mau kembali menerima istri yang jelas-jelas telah memperbudak dirinya pada persundalan dan yang tidak pernah menyesali perbuatannya.  Tidak ada seorang pria pun yang mau datang membujuk kembali istri yang menikmati kehidupannya sebagai seorang pelacur, sekali pun mungkin ia masih mengasihinya.  Apalagi ia adalah seorang nabi Allah yang mengerti tentang hukum Allah, seorang keturunan Israel yang memegang teguh perintah Allah dan tahu dengan jelas hukum yang diberikan Tuhan, bahwa seorang wanita yang berzinah tidak ada ganjaran yang lebih pantas baginya selain dijatuhi hukuman mati.  Tapi itulah yang Allah minta pada Hosea untuk melakukannya.

Hosea pun harus berinisiatif  untuk datang membujuk istrinya untuk kembali.  Hosea sebagai seorang suami yang dikhianati diminta untuk melepas harga dirinya dan membiarkan dirinya dipermalukan di hadapan orang sebangsanya hanya untuk seorang istri yang tidak setia.  Ia harus membujuk Gomer kembali kepadanya sebagai bukti cinta kasihnya padanya.

Istri yang tidak setia itu, oleh karena perbuatannya yang amoral, telah menjatuhkan harkatnya sendiri sebagai seorang wanita, sehingga harganya tidak lebih dari harga seorang budak yaitu 15 syikal perak dan satu setengah homer jelai, yang jika ditotal semuanya adalah 30 syikal perak.  Hosea pun harus menebus dia dengan harga itu.

Gomer seorang wanita yang tidak pantas untuk mendapat kasih yang suci dari seorang suami yang setia.  Tetapi Hosea mau menerima ia kembali, bahkan mengambil inisiatif untuk membawanya kembali dengan tanpa syarat sekalipun.  Penerimaan Hosea bukan hanya didasarkan pada ketaatan akan perintah Allah, tetapi sekaligus dibarengi dengan kasih yang begitu mendalam kepada sang istri yang sudah mengkhianatinya.

           

Saudara, kasih Allah terhadap Israel demikian besar,  bahkan Allah yang berinisiatif untuk membawa Israel kembali kepada-Nya ketika Israel sendiri tidak mau kembali.  Israel telah jatuh dalam perzinahan dengan menyembah baal, menyerahkan peribadatan mereka yang suci kepada ritual pelacuran bakti untuk menyembah allah lain. Para imam tidak lagi mengajarkan hukum yang benar, mereka tidak lagi mau mendengar Firman Allah, tetapi memuaskan telinga mereka dengan ramalan dan kata-kata manis. Mereka menodai  kekudusan status mereka sendiri sebagai umat Allah.  Tetapi Allah tidak terus aktif bertindak agar mereka kembali kepada-Nya.

Seorang penulis yang berupaya melukiskan perasaan Allah pada saat itu terhadap Israel dengan menggambarkannya demikian: “Akan Ku katakan bagaimana perasaan-Ku!  Aku merasa seperti kekasih yang ditolak.  Aku menemukan kekasih-Ku dalam keadaan kurus kering, terlantar dan tersiksa, tetapi Aku membawanya pulang dan membuat kecantikannya bersinar lagi.  Bagi-Ku, Ia adalah harta-Ku, wanita tercantik di seluruh dunia.  Aku melimpahinya dengan hadiah dan kasih sayang.  Meskipun demikian ia meninggalkan-Ku.  Ia bergairah terhadap sahabat-sahabat-Ku, musuh-musuh-Ku, bahkan siapa saja.  Ia berdiri di tepi jalan raya di bawah setiap pohon dan lebih buruk lagi dari seorang pelacur, ia membayar orang untuk bermain cinta dengannya.  Aku merasa dikhianati, dibuang dan diselingkuhi.” 

Kasih Allah tidak terkondisikan oleh perbuatan umat-Nya.  Allah tetap memegang perjanjian-Nya dengan umat-Nya.  Kasih-Nya tidak berkesudahan dan penerimaan-Nya tak bersyarat.

 

Ilustrasi

Beberapa tahun yang lalu, ada  sebuah  keluarga yang awalnya harmonis, namun kemudian menjadi berantakan oleh karena perselingkuhan sang istri dengan seorang langganan  bisnisnya.  Dalam keputusasaan salah seorang anaknya berkata,  “seandainya papa mau menceraikan mama, saya pun setuju dan saya beserta adik tentu saja akan ikut papa.”  Tetapi, dalam kasus ini, sang suami tidak pernah mau menceraikan mamanya. 

Hingga suatu malam, terjadi pertengkaran yang hebat dan istri tersebut menyodorkan surat perceraian, meminta sang suami untuk menandatanganinya.  Tetapa sang suami dengan marah mengambil surat itu dan merobek-robek surat itu dan berkata “Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, karena kamu istriku.”  Si istri akhirnya lari dari rumah dan pulang ke ke tempat orang tuanya. 

       Dalam depresinya,  sang istri mengalami gangguan kejiwaan yang berat.  Melalui  terapi

        konseling yang memakan waktu, akhirnya ia dapat sembuh.  Setelah sembuh, ia memohon  

       kepada suaminya agar bersedia untuk menerimanya kembali. Dengan tidak bersyarat,

       suaminya datang menjemput dia kembali dan menerimanya apa adanya di tengah-tengah

       keluarganya seperti dahulu kala.

            Kasih yang sungguh-sungguh selalu menyediakan ruang penerimaan tanpa syarat dan ruang penerimaan tanpa syarat menunjukkan kualitas kasih yang tak terbatas. Seorang konselor David Seamands berkata, “dua penyebab utama dari sebagian besar masalah emosi di antara orang Kristen Injili adalah: kegagalan mengerti, menerima dan hidup dari kasih karunia dan pengampunan Tuhan yang tidak bersyarat; dan kegagalan untuk memberikan kasih, pengampunan, dan kasih karunia yang tidak bersyarat itu kepada orang lain … kita membaca, kita mendengar, kita percaya teologi indah tentang kasih karunia tetapi cara hidup kita tidak demikian.  Kabar baik Injil tentang kasih karunia belum menembus tingkat emosi kita.”

 

Aplikasi

Saat ini kita hidup di jaman anugerah dan kasih karunia Allah yang melimpah tapi apakah kehidupan yang kita jalani ini telah mencerminkan suatu pribadi yang juga penuh dengan kasih karunia?  Ketika kita dilukai oleh orang-orang yang  kita cintai, sanggupkah kita tetap mengasihi dan menerima dia tanpa syarat atau justru kita menjadi hakim atas dosa yang diperbuatnya?  Saudara, jika Allah telah menerima kita apa adanya bukankah ini menjadi suatu modal untuk kita dapat menerima orang lain sama seperti Alllah telah menerima kita?

Jika kita mengasihi orang yang mengasihi kita apa lebihnya diri kita?  Tapi jika kita dapat mengasihi orang yang telah mengkhianati kita itulah keajaiban kasih karunia.  Dan kita mempunyai kemampuan seperti itu.  Maukah kita melakukannya?

 

Kasih karunia itu ajaib karena ada disiplin yang membawa pada pemulihan (3-5)

Bagian ini merupakan nubuat Hosea atas Israel tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari pada Israel.  Hosea pun harus menanggung resiko karena itu pulalah yang akan terjadi dalam kehidupan pernikahannya.

Cinta yang dirasakan Hosea adalah cinta yang sejati, tetapi  cinta itu pun tidaklah menjadi cinta yang buta.  Meski berat bagi Hosea, tetapi demi memulihkan relasinya dengan istrinya, Hosea dengan tegas menyatakan bahwa Gomer akan tinggal padanya dengan tidak menjalin relasi apapun dengan orang lain, dan menjauhkan diri dari kehidupan masa lalunya.  Bahkan Hosea sendiri tidak akan melakukan hubungan intim dengan istrinya.  Pertanyaannya bagi kita, kenapa Hosea yang berinisiatif untuk menerima istrinya bahkan mau menebusnya dari perbudakan tetapi kemudian seakan-akan menganggapnya sepi?

Seorang penafsir mengatakan bahwa kita harus memahami bahwa pembatasan diri yang dilakukan oleh Hosea adalah salah satu tindakan untuk memenuhi perintah Allah “Pergilah tunjukkanlah lagi kasihmu …” tindakan Hosea tidak dimaksudkan untuk menghancurkan istrinya tetapi justru suatu tindakan perlindungan.  Tindakan ini tegas namun diselimuti kasih yang mendalam dari seorang suami terhadap istrinya.  Gomer harus menyadari bahwa pola kehidupannya yang dahulu telah mencemari nama baiknya sendiri, mencemari kekudusan pernikahannya di hadapan Allah dan suaminya sendiri.  Persundalan yang dilakukannya bukan hanya suatu kesalahan yang besar terhadap pernikahannya tetapi merupakan dosa yang serius dan menjijikkan dan harus dipulihkan.  Maka keputusan inilah yang diambil Hosea, bahwa ia harus mengadakan pembatasan terhadap istrinya.

Ia menebus istrinya kembali semata-mata bukan untuk kesenangannya secara pribadi tetapi lebih mengarah pada pemulihan dan pembentukan pribadi istri yang dicintai.  Dan pemulihan itu tentunya adalah sebuah proses yang membutuhkan suatu rentangan waktu.

Begitu pulalah yang akan terjadi pada Israel.  Allah begitu mengasihi Israel di satu sisi tapi di sisi yang lain, kekudusan Allah tidak dapat dicemari oleh dosa.  Israel harus mengerti seberapa dalam mereka telah jatuh dalam perzinahan, bahwa dosa-dosa mereka adalah hal yang sangat dimurkai oleh Allah.  Betapa Allah mengasihi mereka sekaligus tidak tahan dengan kebobrokan moral, pelacuran bakti, kemabukan dan sinkritisme yang diadakan mereka.  Israel harus sadar bahwa mereka sebenarnya begitu kotor dan hina serta telah terhempas jauh dari Allah.

Itulah sebabnya mereka perlu dipulihkan, dan cara yang dipakai oleh Allah adalah mendisiplin mereka.  Tidak akan ada raja yang akan memerintah dan memimpin mereka.  Mereka akan tercerai berai di bawah kekuasaan negara-negara sekeliling mereka.  Tidak akan ada lagi penyembahan baal, karena Allah jijik terhadap korban manusia yang dilakukan mereka untuk menyembah baal.   Mereka akan kehilangan tempat beribadat di mana simbol kehadiran Allah di sana.   Lama mereka akan menghadapi hal ini, dan inilah cara Allah mendisiplin umat-Nya.

Allah melakukan-Nya dengan berat hati, kalau Allah mau, Ia dapat memulihkan umat-Nya semudah membalikkan tangan, tetapi Ia tahu bahwa hal itu tidak akan pernah mendewasakan Israel.  Allah menginginkan pertobatan yang dari dasar hati orang Israel, bahwa memang hanya Dialah yang patut untuk disembah.  Allah membuang umat-Nya ke negeri lain bukan berarti Ia membuang mereka dari hadapan-Nya.  Allah membuat Israel tidak lagi mempersembahkan korban dan mengijinkan bait Allah dihancurkan, tetapi jauh sebelumnya Allah sudah mempersiapkan diri-Nya sendiri untuk datang menjadi korban tebusan bagi mereka.  Tidak akan ada raja dan pemimpin, tapi jauh sebelumnya Allah sudah mempersiapkan diri-Nya menjadi pemimpin dan raja mereka.

 

 

Ilustrasi

Seorang ayah yang sayang kepada anaknya tentu tidak akan membiarkan anaknya untuk terus nakal, tetapi ia akan menghajarnya dengan kasih; seperti yang dikatakan dalam Ams 13:12  “Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.”

C.S. Lewis mengatakan bahwa pertobatan bukan sesuatu yang secara semena-mena dituntut Allah dari kita; itu hanyalah deskripsi seperti apa jalan pulang itu.  Itulah yang disampaikan Allah sebagai kerinduan-Nya untuk memanggil pulang umat-Nya sekaligus janji pengharapan bagi mereka di masa depan.  Itulah kasih karunia Allah yang di dalamnya mengandung disiplin yang tegas untuk mengingatkan dosa yang diperbuat, tetapi disiplin itu pun tetap membawa pada satu pemulihan.

 

Aplikasi

Disiplin seringkali membuat saya tidak mengerti dan rasa ingin memberontak. Ketika seseorang diganjar atau didisiplinkan, saya selalu bertanya sampai sejauh mana kasih karunia itu berlaku bagi seseorang.  Dengan pemikiran yang sempit saya menilai itu kejam, tetapi melalui perenungan perikop ini, dan mempelajari pekerjaan Allah atas umat-Nya, saya mengerti bahwa disiplin itu pun bagian dari kasih karunia Allah yang membawa seseorang pada pemulihan.

Saudara, seringkali kita lebih suka mendengar orang berbicara tentang kasih, menuntut orang lain bahkan Tuhan untuk mengasihi kita.  Padahal mungkin dalam kehidupan kita banyak kesalahan yang kita buat yang tidak bisa ditolerir.  Siapkah hati kita untuk ditegur oleh Allah baik itu teguran keras ataupun teguran yang lembut.  Atau merasa diri kita benar, sehingga sulit untuk menerima teguran dari Allah.  Atau kita berkata bahwa kita tidak sejahat Israel, tetapi adakah dalam hati dan pikiran kita yang tidak diketahui orang lain kita simpan sesuatu yang jahat, tetapi mengeraskan hati kita untuk mengakuinya di hadapan Allah?

Kadang-kadang kita memisahkan antara kasih dan disiplin.  Kasih identik dengan hal-hal berupa pengampunan, penerimaan yang tidak bersyarat terhadap orang yang bersalah.  Dan disiplin itu mengandung hukuman yang keras dan menyakitkan.  Keduanya benar, tetapi yang tidak boleh kita lupa adalah di dalam kasih karunia terdapat penerimaan yang tidak bersyarat sekaligus disiplin yang tegas terhadap perbuatan dosa.

 

Penutup

Saudara, kasih karunia itu ajaib, dan tanggung jawab kitalah untuk menghidupkannya dalam hidup kita dan menyelaraskannya tanpa harus memisahkan salah satu sisinya.  Semoga Roh Kudus membantu kita untuk mewujudkannya dalam diri kita.

                                                                                                                       Amin

==========================================================