sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

BERBAHAGIALAH ORANG YANG BERDUKACITA

Nats     : Matius 5:4

Penulis  :  Pdt. Benny Solihin

Tujuan  : Agar jemaat dapat belajar bahwa dukacita/kesedihan/kepahitan dalam hidup memberikan pengajaran bahwa ada orang lain yang lebih berduka, biarlah kita merasakan kepedihan/kedukaan/kepahitan hidup sesama kita dan memberikan penghiburan pada mereka.

Pendahuluan

Candle in wind” itulah sebutan yang diberikan oleh banyak orang ketika mereka menyaksikan prosesi pemakaman alm. Lady Dy (Diana), seorang wanita cantik, istri seorang pangeran yang hidupnya bak legenda dan yang mati secara mendadak dan mengejutkan. Beberapa minggu kemudian, seorang wanita tua yang jauh dari sebutan cantik juga meninggal dunia. Walau prosesi pemakamannya tidak semegah Lady Dy, namun hormat dunia kepadanya tidak kalah, bahkan mungkin lebih. Wanita tua yang telah menghabiskan masa mudanya dengan memperhatikan, mengurus dan meberi hatinya kepada orang-orang miskin di Calcuta.  Saya ingin memberi sebutan kepadanya  “Candle in the darkness”, dialah ibu Theresa dari Calcuta.

     Tahun-tahun belakang di dalam hidupnya, memang kesehatannya menurun drastis. Dr.Vincento Giulio Billota, spesialis jantung pada RS. Salvador Mundi di Roma yang dikirim khusus untuk merawat ibu Theresa berkata: “Saya yakin penyakit Ishemik jantung (kekurangan oksigen) dari ibu Theresa ini tidak disebabkan tingginya kolesterol dalam darah, karena ibu Theresa hampir tidak pernah menyentuh lemak dan makan pun sedikit. Yang menghabiskan jantungnya adalah penderitaan dan kesedihannya terhadap nasib orang lain.”

     Saudara, hampir sepanjang hidupnya diberikan untuk memperhatikan orang lain. Ia mungkin tidak mempunyai kesedihan di dalam dirinya kecuali kesedihan orang lain. Ia seorang yang berdukacita karena penderitaan orang lain. Dan karena hal inilah setiap orang yang bertemu dengan dia seakan-akan bertemu dengan Yesus kembali.  O, seandainya ada lebih banyak anak-anak Tuhan yang rela untuk berdukacita bagi nasib orang lain, maka saya yakin wajah dunia ini akan berubah, dan akan ada banyak sukacita terjadi di dalam dunia ini.

     

Kesedihan  atas keadaan yang menimpa orang lain

orang-orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat tidak lagi mencerminkan hidup warga kerajaan Allah.  Mereka tidak pernah merasa kasihan dan berduka melihat orang banyak yang lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembal (Mat 9:36).  Kata “lelah” dalam Alkitab  BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hati) diterjemahkan dengan  “Kebingungan”,  yang dalam bahasa Yunaninya berarti: susah , takut, bingung atau sedih.  Menurut William Barclay, kata ini sering di pakai untuk melukiskan berbagai keadaan, seperti  mayat yang sudah hancur dan terkelupas kulitnya; orang yang menjadi korban kebiadaban orang lain; orang yang diperlakukan kasar dan di hina orang lain; orang yang menderita kesengsaraan yang tak kunjung akhir.

      Kata “terlantar” yang dalam Alkitab BIS  diterjemahkan dengan “tidak berdaya” berasal dari kata Yunani yang artinya  dibuang, putus asa, patah semangat, sengsara, atau berbaring tidak berdaya.  Digambarkan seperti domba yang tidak bergembala, tercerai berai, berjalan tanpa tujuan, kelaparan, kehausan, kesakitan dan terancam kematian.

      Yesus melihat kesamaan yang besar antara domba-domba yang tak bergembala dengan orang-orang yang mengikuti-Nya.  Mereka menderita secara jasmani dan rohani.   Tubuh mereka lemah, jiwa mereka lelah.  Ahli-ahli Taurat yang seharusnya menggembalakan mereka tidak perduli kepada mereka.  Mereka tidak mempunyai perasaan belaskasihan kepada orang-orang itu, sehingga hati mereka tidak pernah merasa berdukacita atas penderitaan yang dialami oleh orang lain. Oleh karena itu, dalam kalimat kedua dari khotbah-Nya di bukit, Ia berkata, “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”

Berdukacita yang dimaksud Yesus juga mempunyai pengertian kesedihan yang dirasakan oleh seseorang ketika melihat penderitaan, kesengsaraan dan kuasa dosa yang membelenggu orang lain. Tragedi-tragedi, persoalan, perbuatan dosa yang dilakukan oleh orang lain menghancurkan hatinya di hadapan Allah.

 

Contoh-contoh dalam Alkitab

Tatkala Nehemia mendengar kabar dari Hanani tentang nasib bangsanya yang ada di Yerusalem, bahwa mereka berada dalam kesulitan yang besar dan dalam keadaan tercela; tembok-temboknya terbongkar; pintu-pintu gerbangnya telah terbakar, maka Alkitab menyaksikan, bahwa ia duduk menangis, berkabung dan berpuasa serta berdoa kepada Allah (Neh.1:1-4). Ada perasaan duka yang sangat di dalam hati Nehemia, dukacita inilah yang akhirnya mendorong dia untuk menolong bangsanya walaupun ia harus menanggung resiko.

Contoh lain dalam Alkitab terjadi ketik a murka Tuhan bangkit dan hendak membinasakan orang Israel karena telah membuat dan menyembah patung anak lembu emas. Musa dalam kesedihan yang dalam mencoba melunakkan hati Tuhan dan berkata, “Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. Tetapi sekarang, kirannya Engkau mengampuni dosa mereka itu - dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang Kau tulis.”  Kesedihan Musa karena dosa yang telah dilakukan bangsanya mendorong dia untuk memohon ampun kepada Tuhan dan bahkan rela untuk menukarkannya dengan dirinya.

Di bagian lain Alkitab mengisahkan Paulus sungguh-sungguh sedih atas nasib bangsanya yang degil hatinya dan menolak Allah. Ia berkata dalam Roma 9:1-2,  “Aku mengatakan kebenaran dalam Kriustus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudarku, kaum sebangsaku secara jasmani.” Paulus mengerti besar dan luasnya kasih Kristus. Paulus mengerti betapa tak ternilainya kasih Kristus itu baginya, tetapi kesedihannya akan nasib bangsanya seakan-akan mendorong dia untuk mengorbankan dirinya agar mereka menerima kasih Kristus itu.

Jika kita melihat hidup dan pelayanan Yesus, kita juga akan melihat suatu hidup yang berdukacita karena nasib orang-orang di sekelilingnya. Alkitab tidak pernah mengisahkan  sekalipun bahwa Yesus tertawa, tetapi beberapa kali mengatakan bahwa Yesus menangis. Ia tidak pernah menangis untuk kepentingan-Nya sendiri, Ia menangisi nasib orang-orang lain. Mungkin, itu sebabnya Ia nampak lebih tua dari umur sesungguhnya, ketika orang-orang  farisi berkata, “Umur-Mu belum lima puluh tahun, dan Engkau telah melihat Abraham?” (Yoh.8:57).

Ia sedih melihat seorang anak muda kaya yang merasa dirinya benar dan telah dikuasai oleh materialisme. Ia sedih melihat seorang janda yang sangat berduka karena kematian putra tunggalnya; hati-nya tergerak dengan belas kasihan melihat orang banyak yang lelah dan terlantar tidak gembala; Ia menangis melihat Marta, Maria dan orang-orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Ia adalah hidup dan kebangkitan. Ia berkata pilu melihat Yerusalem yang menolak keselamatan yang diberikan oleh Allah dan berkata, “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi engkau tidak mau.” (Luk.13:34). Hidup-Nya penuh dengan duka karena memikirkan nasib orang banyak.

 

Aplikasi

Saudara-saudara, kesedihan seperti ini sudah menjadi barang yang langka di dalam diri anak-anak Tuhan dewasa ini. Banyak orang Kristen yang menikmati kekristenan mereka di dalam gedung-gedung gereja yang mewah sampai tidak bisa lagi merasakan pengapnya orang-orang di luar yang bergumul dengan penderitaan, kemiskinan, ketidakadilan dan kuasa dosa. Kita tidak lagi mampu menangis dan merasa menjadi sesama dari orang-orang yang terkulai dan terjarah dalam persaingan hidup. Tidak heran dalam hidup kerohanian kita tidak pernah ada kebangunan yang sejati.

Allah mendorong kita untuk mempunyai dukacita ilahi ini dan dukacita seperti ini tidak akan lahir dalam hati kita jika kita tidak mempunyai kasih. Hati yang menangisi nasib orang lain yang terluka dan terbelenggu dosa hanya dapat muncul dari perasaan kasih yang mendalam. Kasihlah yang mendorong seseorang sehingga ia bisa merasakan apa yang orang lain rasakan.       Amin

     =================================