sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

KASIH YANG KEKAL

 

Nats Alkitab : Yeremia 31:3 ; Wahyu 2:4

Penulis           : Ev. Tie Steffi L Christiantie

Tujuan           : Agar kita dapat merenungkan kasih Tuhan yang

                       selalu kita terima setiap hari.

 

Pernahkah kau renungkan  kasihNya Tuhan Yesus, kasih Allah yang kekal, yang dari dulu sampai sekarang dan seterusnya, tetap  sama (Ef 1:5, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”). “dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus”, Sama dengan saat peringatan kelahiranNya, sekarang, saat dimana Yesus demi kasih mau masuk ke dalam dunia dan tinggal 9 bulan di kandungan Maria dan lahir tiada tempat yang wajar. Lalu masa dewasaNya pun tidak ada tempat tinggal tetap, dan kemudian Ia rela mati ganti kita di kayu salib.

Sdr, dari riwayat Tuhan Yesus kita telah mengenal akan besarnya  kasih Yesus kepada kita. Dia telah banyak melakukan  pengorbanan yang  diperbuatnya sejak dari dalam kandungan sampai ke dalam kubur (from womb to tomb):

1.      Detik-detik menjelang kelahir bayi Yesus. 

Kelahiran-Nya, mengingatkan kita bahwa Yesus datang ke dunia   mengalami perendahan dari segi tempat dan status. Dari segi tempat, Yesus lahir di palungan.

Dari segi status, Yesus sebagai pengungsi. Dari segi tempat, kelahiran Yesus terjadi di tempat yang tidak begitu wajar. Ia delahirakan di sebuah rumah persinggahan. Di Israel pada zaman itu, sebuah rumah persinggahan terdiri dari 2 bagian , yaitu bagian untuk para tamu dan bagian untuk hewan alat transpor mereka. Nah, di bagian tempat hewan itulah Yesus dilahirkan. Lalu Ia dibaringkan di dalam sebuah palungan, tempat makanan lembu atau kuda. Yang ada di situ adalah sisa-sisa bubur dedak bercampur rumput.

Becek. Kotor. Bau. Berlalat. Maklumlah, lembu tidak mengenal WC. Di situ ia makan, di situ pula ia membuang kotoran. Benar-benar itu tempat paling hina. Dari segi status, Yesus adalah pengungsi. Kalau Sdr mau tahu keadaan pengungsi Timor Timur misalnya, coba tanyakan kepada  yang pernah mewawancarai mereka; mereka takut, mereka merasa tidak pasti.

Hal serupa pernah dialami orangtua Yesus tatkala mengungsi ke Mesir, lari dari Herodes agung, harus menempuh jarak sejauh kira-kira dari Jakarta ke Yogya agaknya di atas keledai melalui bukit-bukit Hebron lalu berhari-hari melewati tepi Gurun Sinai.

Mereka tinggal setahun di Mesir, lalu pulang kembali, tetapi ketika mereka mendekati Betlehem, di sana sedang terjadi huru-hara (rakyat sedang memberontak kepada Arkhelaus, putra Herodes yang menjadi pengganti), membuat mereka langsung ke Nazaret.

Bukan hanya waktu itu saja Yesus berstatus pengungsi, tetapi ketika dewasa pun Ia tidak menetap tapi mengembara, pergi ke sana sini untuk PI. Ia berjalan terus. Ia berjalan seperti seorang pengungsi yang hanya berbekalkan pakaian di badan. Ia berjalan tanpa koper. Di Mat 8:20 Ia berkata,”Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”

2.      Pada waktu penyalibanNya.

2. Pada waktu penyalibanNya.

    Puncak kasih Tuhan Yesus pada manusia adalah pada saat tubuhNya belum dikuburkan, yaitu saat penyaliban. Tuhan bukan hanya rela meninggalkan surga, tetapi juga rela sama deangan manusia.”Dan dalam keadaan manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”-Flp 2:8. Coba bayangkan bilamana Yesus berkata, “Ada satu kebutuhan yang sangat mendesak di bumi, walaupun Aku Tuhan, dan tidak perlu ke sana, tetapi jika Aku tidak turun, maka konsekwensi yang akan dihadapi oleh manusia di bumi itu sangat tinggi.”

Karena kasihNya kepada Saudara, maka Yesus turun dari Surga, menjalani karya penebusan dosa Saudara dengan cara mati ganti Saudara di kayu salib, cara hukuman mati yang paling hina, yang mestinya dijatuhkan kepada seorang pelaku kejahatan yang besar.

*Oh alangkah panjang, lebar dan dalam kasih-Nya, suatu kasih yang bervolume, yang berisi, yang sangat bernilai dan berguna bagi Saudara dan saya. Yesus telah mengasihi Saudara pada waktu Saudara masih berdosa.

Disepanjang hidupNya, dari lahir sampai mati, dari rahim sampai kubur, Yesus rela melakukan apa saja bagi Saudara. Kasih Yesus abadi sama seperti kasih Allah kepada umat Israel, sekalipun Israel tidak setia, Allah tetap setia, Allah mengasihinya dengan kasih kekal, yang tidak terkondisikan (endless love, unconditional love).

Dan sekarang, kasih Yesus yang tak berubah semestinya juga ditanggapi dengan kasih yang tidak pernah berubah kepadaNya. Jangan sampai Yesus berkata kepada Saudaraseperti pperkataanNya kepada jemaat di Efesus dalam Wahyu 2:4,”Namun demikian Aku mencelaengkau, karena engkau telah meninggalkan cinta pertama (first love) kepada Yesus, yang begitu mengasihi Saudara ? Dia telah berbuat apa saja demi engkau dan saya, kini begitu sajakah engkau meninggalkanNya ? (Nyanyikanlah atau bacakan syair lagu Bila kau pernah cinta Yesus)

Bila kau pernah cinta  Yesus

M’ngapa tak cinta Dia skarang

Meskipun kau telah menjauhkan Dia

kasihNya tak b’rubah

Oh, dengarlah panggilanNya,

harap kau lekas pulang

Bila kau pernah cinta Yesus haruslah lebih cinta

                                                              

                                                          AMIN.