sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

MATA, HATI, DAN MULUt SEORANG PELAYAN

Markus 6:34

 

Oleh Ev. Nicholas Kurniawan, S.Th.

 

 

 

Pendahuluan

Belum lama ini Indonesia kehilangan Roma Mangun, seorang tokoh rohnaiwan yang sekaligus seorang pekerja Tuhan yang banyak berkecimpung dalam dunia pelayanan sosial dan kemanusiaan.  Mimpinnya tentang Indonesia Baru belum terwujud, bahkan mimpinya itu muncul justru pada saat Indonesia sedang terpuruk di dalam krisis yang kompleks dan tak kunjung terselesaikan.  Sekalipun  mimpi itu belum terwujud, namun teladan hidup dan aktivitas sosialnya selama beliau hidup patut diacungi jempol.  Kalau dunia pernah kehilangan Bunda Teresa yang dikagumi karena pelayanannya kepada orang-orang miskin di Calcuta, maka Indonesia harus berduka karena kehilangnan Roma Mangun yang pelayanannya juga tak kalah inidah dan perlu diteladani oleh setiap orang percaya. 

Namun jauh sebelum muncul Bunda Teresa dan Romo Mangun, ada seorang Pelayan Agung yang telah menjadi teladan dan kisah-Nya terus diceritakan sampai abad ini. Pribadi inilah yang akan kita renungkan bersama untuk menjawab pertanyaan; Apakah yang menjadi dasar seorang pelayan itu?

 

Isi Khotbah

Bila memperhatikan seluruh pelayanan yang dilakukan Yesus selama hidup-Nya di dunia ini, maka kita akan menemukan bahwa pelayanan-Nya didasarkan pada tiga hal inti.

1.       Visi yang jelas: Mata yang melihat jiwa-jiwa yang terhilang.

Yesus tahu jelas apa yang menjadi fokus pandangan-Nya dalam pelayanan-Nya. Ia tidak melihat pada puji-pujian dari manusia, Ia juga tidak melihat pada harta atau materi serta keuntungan dari sebuah pelayanan, dan berapa jumlah jiwa yang akan menjadi pengikut-Nya.  Tetapi yang Ia lihat adalah jiwa-jiwa yang terhilang di dalam dosa yang mengakibatkan mereka hidup dalam penderitaan. Mereka seperti domba tidak bergembala.  Inilah visi Yesus yang membawa-Nya kepada salib, di mana Ia mati untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang itu.

Ketika Yesus melihat Yerusalem, Ia mengangis.  Apa yang ditangisi-Nya?  Ia menangisi jiwa-jiwa yang terhilang dan di Yerusalem lah ia akan menanggung derita dan disalibkan.  Visi inilah yang memberikan kekuatan pada Yesus di dalam pelayanan-Nya samapi Ia menuju ke kayu salib.  Visi yang menuju ke salib inilah yang berulangkali dijelaskan kepada murid-murid-Nya (Mat.16:21-23; 17:22-23; 20:17-19; 26:1-5), namun berulangkali pula mereka tidak memahaminya.  Mata Yesus juga yang membawa-Nya menuju kayu salib demi jiwa-jiwa itu. 

Adakah kita mempunyai mata seperti Yesus yang melihat jiwa-jiwa terhilang dengan kasih, sehingga kita pun rela berkorban untuk membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan?

 

2.       Motivasi yang kuat: Hati yang tergerak oleh belas kasihan.

Setiap kali kata “belas kasihan” ini dikenakan pada Yesus yang tergerak hati-Nya, maka selalu diikuti dengan tindakan konkrit kepada orang-orang yang dilayani-Nya, misalnya: penyembuhan (Mat.14:14), memberi makanan (Mrk.8:2,6) dan mengajar (Mrk.6:34).  Ini menujukkan bahwa belas kasihan Yesus itu bukan sekedar belas kasihan yang diucapkan atau diajarkan, tapi belas kasihan yang diwujudnyatakan dalam tindakan.  Atas dasar hati yang berbelas kasihan inilah Yesus melayani.  Hati yang berbelas kasihan ini pula yang membawa Yesus menuju kekayu salib. 

        Hanya sekedar rasa belas kasihan tanpa melakukan tindakan apa pun sama saja dengan penonton yang tak  memberi sumbangsih apa-apa.  Allah menginginkan kita mewujudkan rasa kasih itu dalam tindakan nyata di dalam kehidupan kita.  Dan itulah yang dilakukan oleh Yesus.

Sudahkan kita bertindak melayani sesama kita atau kita hanya sekedar mempunyai belas kasihan kepada mereka?  Apa yang menjadi motivasi pelayanan kita?  Adakah gerakan belas kasihan itu di dalam hati kita?  Bila belum ada, mohonkanlah itu kepada Tuhan.

 

3.       Pengajaran yang benar: Mulut yang mengatakan pengajaran yang benar.

Menarik sekali bila memperhatikan bahwa dorongan mata dan hati Yesus itu tidak berhenti begitu saja, tapi karena begitu kuatnya, dorogan itu membawa Yesus kepada langkah selanjutnya yaitu mulai memakai mulut-Nya untuk mengajar orang banyak .  Tentu saja pengajaran ini bukan suatu doktrin atau dogma kaku yang hanya diperdebatkan dan didiskusiskan saja, tapi suatu pengajaran dengan kuasa yang mampu membawa orang tersesat kembali kepada jalan yang benar.  Menghibur mereka yang lelah dan putus asa.  Mengembalikan dan menyadarkan mereka akan kehendak Allah sehingga mereka meninggalkan dosa-dosa mereka.

Sungguh luar biasa, perkataan Yesus yang ditulikan dalam keempat Injil; itu sungguh perkataan yang penuh hikmat dan tidak sembarang diucapkan.  Yesus tahu betul apa yang Ia katakan, kapan Ia harus berkata-kata dan kapan Ia harus diam.  Pengajaran yang benar adalah dasar dari pelayanan Kristen. Bila pengajaran kita salah, tentu saja pelayanan kita tidak murni dan berkenan kepada Tuhan.  Pengajaran yang benar mempunyai dampak merubah hidup orang.  Menguatkan mereka yang lemah, memberi ketabahan mereka yang duka, dan bahkan mencelikkan mata rohani mereka yang telah jauh dari Tuhan.

Tetapi masalahnya, sudahkah kita memiliki pengajaran yang benar itu?   Sudahkan konsep dan cara pandang kita diubahkan oleh kebenaran firman Tuhan?  Mari kita minta Tuhan terus mengajarkan kepada kita apa yang benar dan berkenan kepada-Nya.