| |
HENDAKLAH KAMU SETIA KARENA ALLAH ADALAH SETIA Kej. 50:20, 42:21, 45:5-8, 39:8-10, 40:8,23, 41:9-11
Oleh : Selvieana Indrawati
Tujuan Supaya jemaat mengenal Allah dengan benar melalui setiap peristiwa dalam kehidupannya, terutama peristiwa yang menyakitkan, mengecewakan dan tidak mudah untuk dilewati serta dimengerti. Juga jemaat diteguhkan untuk tidak meninggalkan Allah ketika kesulitan itu datang.
PendahuluanSaudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus, saya pernah mempunyai teman sepelayanan sepasang saudara kembar. Mereka adalah anak-anak Tuhan yang mengasihi Tuhan dan setia melayani Tuhan. Pada suatu waktu, mereka berdua hendak merayakan ulang tahun mereka yang ke-17, undanganpun sudah disebarkan, saya pun turut diundang oleh mereka berdua. Dua hari menjelang hari “H”, seorang teman menelpon saya, waktu itu saya berpikir pasti teman ini ingin membicarakan masalah patungan untuk membeli kado, ternyata, dugaan saya keliru besar. Teman saya justru membawa berita yang tidak pernah saya duga sebelumnya, ternyata pesta ulang tahun yang akan diadakan dua hari yang mendatang telah berubah menjadi suasana duka yang mencekam karena hari itu ayah dari sepasang teman kembar saya itu mengalami kecelakaan di proyeknya dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju ke RS. Saudara, sebulan setelah peristiwa itu mereka berdua tidak pernah lagi menampakkan diri di gereja, mereka meninggalkan semua pelayanan yang selama ini telah mereka lakukan karena merasa kecewa kepada Tuhan. Saat di rumah duka itulah saat terakhir saya berjumpa dengan mereka. Saudara-saudara, di dalam kehidupan ini bukankah sering kita jumpai orang-orang Kristen yang kecewa terhadap Tuhan dan meninggalkan imannya karena mereka mengalami hal-hal yang menyakitkan, seperti kehilangan orang yang mereka kasihi, dikhianati oleh orang yang mereka percayai, menderita penyakit yang sudah divonis tidak mungkin disembuhkan lagi, kebangkrutan usahanya sehingga hidup menjadi sangat sulit dan sebagainya. Itu semua mampu membawa perubahan dalam kehidupan kerohanian seseorang, bahkan mungkin pula mengubah pengenalan orang itu kepada Allah. Saudara, jikalau kita melihat rangkaian peristiwa dalam kehidupan Yusuf dari Kejadia 37 – 50, kehidupan Yusuf bukanlah kehidupan yang lepas dari peristiwa-peristiwa yang menyakitkan sama seperti setiap kita, namun yang menarik adalah setelah melewati semuanya itu Yusuf tidak menjadi kecewa, meninggalkan Allah ataupun melihat Allah sebagai pribadi yang kejam, tidak perduli dan Allah yang meninggalkan pada saat penderitaan itu datang. Tetapi justru melalui semua itu ia dapat merangkumkannya dalam satu pernyataan positif yang dicatat dalam Kej 50:20, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memerlihara hidup suatu bangsa yang besar.” Saudara-saudara, apa yang membuat Yusuf bisa mengeluarkan pernyataan yang positif terhadap kenyataan hidupnya yang penuh dengan penderitaan? Ternyata melalui peritiwa-peristiwa yang menyakitkan dalam hidupnya Yusuf justru belajar mengenal Allah dengan benar. Pengenalan demikianlah yang seharusnya dimiliki oleh setiap kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan.
Pada hari ini, kita akan sama-sama belajar paling sedikit tiga pengenalan akan Allah yang harus kita miliki dalam melewati setiap peristiwa yang sulit dimengerti dalam hidup kita supaya kita dimampukan untuk menjalaninya.
1. Mengenal Allah yang berdaulat atas masa depan. Masa-masa suram dalam hidup Yusuf diawali ketika ia dibuang oleh saudara-saudaranya ke sebauah sumur dan kemudian dijual kepada rombongan kafilah yang sedang melakukan perjalanan menuju ke Mesir. Saudara-saudara untuk mengerti perasaan Yusuf, mari kita coba bersama menempatkan diri dalam posisi Yusuf. Saat mengalami peristiwa ini apa yang mungkin Yusuf rasakan? Mungkin saat itu Yusuf merasa ketakutan karena akan berpisah dengan ayahnya, mungkin ia merasa dikhianati dan dibuang oleh orang-orang yang seharusnya mengasihi dan melindunginya. Tidak hanya sampai di situ, mungkin pada waktu itu Yusuf juga bergumul dengan masa depannya, bagaimana hidupnya kelak? Sekarang ia bukanlah orang yang bebas lagi. Ia adalah seorang budak, itu berarti ia tidak berhak menentukan hidupnya sendiri. Hidupnya sudah menjadi milik orang lain, ia jauh dari negerinya, jauh dari keluarganya, lalu apa yang akan ia alami di tangan para kafilah ini? Kafilah ini adalah pedagang budak, mereka biasa menyediakan budak-budak untuk dijual ke pasar budak di Mesir, terkadang mereka juga bersikap kejam dan kasar kepada budak-budak yang telah mereka beli, memandang budak-budak itu tidak lebih dari hewan yang berfungsi sebagai komoditi yang membawa keuntungan bagi mereka. Di tangan orang-orang seperti ini maka sangatlah wajar bila Yusuf bergumul atas hidupnya karena ia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Apa yang akan terjadi sewaktu ia ada di pasar budak? Seperti apakah orang yang akan membelinya? Mungkin pula ia akan mati dalam perjalanan menuju ke Mesir. Saudara-saudara, Yusuf pun pada saat mengalami semua itu, merasakan kepahitan yang luar biasa dan Yusuf tidak mengerti apa yang sedang Allah kerjakan dalam hidupnya. Mengapa Allah mengijinkan ia mengalami semua itu? Namun 22 tahun kemudian ketika Yusuf menoleh ke belakang dan melihat kembali peristiwa pahit dibuang dan dijual ini, ia dapat mengatakan Kej 45:5, 7, 8. Ketika Yusuf merenungkan kembali peristiwa ini, Yusuf melihat dan mengenal Allah yang berdaulat atas masa depan. Allah yang berdaulat atas setiap peristiwa dalam kehidupan manusia, Allah yang sanggup memakai setiap peristiwa pahit dalam hidup manusia untuk membentuk dan mempersiapkan manusia menggenapi rencanaNya. Allah yang demikianlah yang dalam kedaulatanNya mampu memakai rekaan jahat manusia untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang dipilihNya. Allah yang tidak pernah salah dalam bekerja dalam kehidupan ini. Melalui peristiwa pahit ini Yusuf justru dibawa utnuk mengenal dan memahami kedaulatan Allah, kedaulatan yang bertujuan mendatangkan kebaikan bagi hidup orang yang dipilihNya.
IlustrasiSaudara-saudara, beberapa tahun yang lalu keluarga saya mengalami kebangkrutan yang parah sehingga hampir menyebabkan kedua kakak saya yang sedang berkuliah hendak meninggalkan kuliahnya. Keluarga saya ditipu oleh saudara-saudara ibu saya. Pada saat itu terjadi saya dan ketiga kakak saya tidak dapat mengerti mengapa ada orang-orang yang begitu jahat kepada keluarga kami, padahal mereka adalah saudara kami sendiri, kerabat yang dekat dengan kami. Namun dengan berlalunya waktu, beberapa tahun kemudian ketika saya dan kakak-kakak saya kembali menengok ke belakang dan melihat peritiwa ini kami bersyukur karena melalui peristiwa ini akhirnya kedua orang tua kami justru bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Saudara-saudara yang terkasih, Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang dipanggil-Nya (Rm 8:28). Dalam kedaulatanNya Allah mampu memakai setiap peristiwa di dalam kehidupan ini untuk mempersiapkan kita menghadapi sesuatu di masa yang akan datang, sesuatu yang baik dalam perspektf Allah.
Aplikasi Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus, mungkin saat ini saudara sedang mengalami persoalan-persoalan yang begitu berat yang membuat saudara bergumul dengan penuh air mata. Saudara bingung karena ada banyak peristiwa pahit yang saudara tidak mengerti; saudara di hadapkan pada jalan buntu yang membuat saudara tidak lagi dapat melihat kebaikan Allah. Saudara bimbang dan ragu, engkau kehilangan pegangan. Saudara Janganlah saudara goyah, yakinlah bahwa Allah yang berdaulat itu mampu memakai semuanya untuk mendatangkan kebaikan yang seturut rencanaNya bagi kita. Allah yang berdaulat itu mampu merangkaikan setiap tragedi dalam hidup manusia untuk menghasilkan sebuah symphoni pada akhirnya.
2. Mengenal Allah yang Maha Tahu dan Maha Hadir. Saudara-saudara, bujukan istri Potifar yang mencoba membawa Yusuf untuk berbuat dosa bukanlah hal yang mudah dihadapi. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat gambaran kasar rumah Potifar saat itu. Setiap waktu tertentu Yusuf harus memeriksa lumbung-lumbung yang terletak di belakang rumah dan tidak ada jalan lain untuk sampai ke lumbung itu kecuali melewati jalan tengah rumah tersebut. Jadi istri Potifar dapat dengan mudah menunggu Yusuf di situ. Yusuf pun tidak dapat menghindar karena ia harus bertanggung jawab kepada Potifar atas pekerjaan yang telah dipercayakan kepadanya. Tidak ada orang di dalam rumah itu karena tidak sembarang orang boleh keluar-masuk rumah tersebut kecuali orang-orang yang telah mendapatkan ijin. Namun sekalipun tidak ada orang yang tahu, Yusuf tetap dengan tegas menolak istri Potifar yang tercatat dalam Kej. 39:9 dan menerima konsekwensi logis fitnahan yang menyeretnya ke dalam penjara. Saudara, apa yang membuat Yusuf melakukan hal ini? Ia punya pilihan untuk tidak melakukan ini, ia punya pilihan untuk tetap hidup enak menikmati segala fasilitas sebagai pengawas rumah tangga Potifar. Satu-satunya alasan yang terpenting adalah karena Yusuf menyadari Kemahatahuan dan Kemahahadiran Allah. Allah tahu ketika ia duduk atau berdiri. Allah tahu apa yang ia pikirkan bahkan ketika ia berusaha untuk melarikan diri dari hadapan Allah, sampai ke ujung laut dan ke langit pun Allah ada di sana. Hal seperti inilah yang dengan jelas Yusuf pahami sehingga Yusuf dapat melihat kehadiran Allah pada waktu ia dibuang ke Mesir. Yusuf melihat kehadiran Allah pada waktu ia dijual ke pasar budak, pada waktu ia ada di rumah Potifar, pada waktu ia menjadi pengawas rumah tangga Potifar dan juga pada waktu ia dibujuk oleh istri Potifar. Yusuf menyadari, manusia boleh tidak melihat, namun Allah tahu dan hadir. Allah mengerti setiap hal yang terjadi dalam hidupnya. Saudara, Yusuf tidak mengeluh atas fitnah yang membawanya ke penjara, sebagai akibat sikap takut dan hormatnya kepada Allah. Karena Yusuf tahu, Allah dalam kemahatahuanNya tahu apa yang dialaminya, tahu penderitaannya dan jikalau itu diijinkan untuk terjadi, maka Allah di dalam kemahatahuanNya tahu itulah yang terbaik bagi Yusuf dan Allah tetap hadir ada bersamanya ketika ia harus menanggung penderitaan itu.
IlustrasiSaudara-saudara, beberapa tahun yang lalu saya mendengar ada seorang hamba Tuhan yang bersaksi tentang masa kecilnya. Sejak kecil ia menerima banyak kekerasan fisik dari ayahnya. Semakin ia beranjak dewasa ia mengalami trauma akan hal itu, bahkan sampai ia ada di Sekolah Tinggi Teologi pun ia bertanya kepada Tuhan, “Di manakah Tuhan pada waktu aku mengalami semua itu? Apakah Tuhan tahu penderitaan yang aku rasakan?” Bertahun-tahun lamanya ia menggumulkan pertanyaan ini kepada Tuhan. Sampai suatu ketika dalam sebuah konseling, ia baru menyadari bahwa Tuhan ada di sisinya, menangis bersama dia, memahami luka hatinya., namun Tuhan pun berkata: “Itu adalah bagian yang harus engkau jalani. Aku tahu bagaimana perasaanmu, Aku ada bersamamu, namun itu bagian yang sedang Aku kerjakan untuk membentukmu, mempersiapkanmu menggenapi rencanaKu bagimu.” Dalam buku Moody Handbook of Theology, Paul Enns mengatakan demikian tentang Kemahahadiran Allah, “Adalah suatu penghiburan bagi setiap orang percaya yang dapat mengerti bahwa tidak ada satu penderitaan pun yang akan terjadi kepadanya tanpa kehadiran Allah bersamanya.”
AplikasiSaudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus. Ketika mengalami peristiwa-peristiwa yang menyakitkan dalam hidup kita, terkadang kita tidak dapat merasakan kehadiran Tuhan. Kita acapkali bertanya, ”Di manakah Tuhan pada saat aku menderita, apakah Tuhan tahu apa yang aku rasakan.?” Saudara, Tuhan tahu perasaan kita, tetapi di dalam kemahatahuanNya pula Ia mengijinkan itu untuk kita lewati karena itu yang terbaik bagi kita. Saudara barangkali pula saudara pada saat ini sedang bergumul dengan masa lalu saudara yang pahit, saudara mempertanyakan kehadiran Tuhan dalam kepahitan yang telah saudara alami. Saudara, Tuhan ada bersama saudara ketika kepahitan itu terjadi. Ia tidak pernah sedetikpun meninggalkan kita, namu dalam kemahatuan dan kedaulatanNya ia memang mengijinkan itu kita alami untuk membentuk kita. Hidup kita tidak akan pernah terlepas dari kepahitan dan penderitaan yang sulit kita mengerti, namun yakinlah Allah tahu apa yang kita alami dan Allah ada bersama-sama dengan kita untuk melewatinya.
3. Mengenal Allah yang bekerja seturut waktu dan caraNya. Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus, akibat fitnahan istri Potifar saat ini Yusuf ada di dalam penjara. Pada masa itu penjara memiliki paling sedikit dua fungsi penting, yaitu untuk memasok tenaga kerja paksa bagi kepentingan negara dan juga sebagai tempat untuk tahanan yang sedang menunggu proses pengadilan, seperti Yusuf. Sering kali proses pengadilan itu hanyalah formalitas yang tidak kunjung tiba, sehingga serorang tahanan tidak tahu kapan ia akan keluar dari penjara itu. Keadaan penjara dilukiskan oleh beberapa penafsir demikian sebagai tempat yang hanya terdiri dari dua atau tiga lubang di bawah tanah. Seluruh tahanan menempati tempat yang sama. Supaya tidak melarikan diri, kaki para tahanan itu dibelenggu dengan rantai besi untuk memperlambat gerak mereka. Demikian pula dengan leher mereka diberikan kalung besi yang serupa dengan kalung anjing yang akan mencekik leher sehingga membuat mereka sulit bernapas dengan baik. Kemudian luka-luka bekas siksaan atau lecet pada kaki dibiarkan membusuk sehingga seluruh penjara akan dipenuhi oleh bau busuk luka-luka tersebut. Dengan kata lain dihukum dalam penjara Mesir mirip dengan setengah dikubur hidup-hidup. Hidup dalam penjara Mesir sama artinya dengan hidup tanpa pengharapan lagi. Menghadapi situasi seperti ini sangatlah manusiawi jikalau Yusuf ingin keluar dari tempat itu. Ketika Yusuf berhasil mengartikan mimpi dari juru minuman dan juru roti itu. Ia melihat itu adalah kesempatan besar baginya untuk dibebaskan dari penjara dan cara yang dipakainya pun adalah cara yang logis dan baik. Namun sayang seribu sayang waktu Yusuf bukanlah waktu Tuhan dan cara Yusuf juga bukanlah cara Tuhan. Yusuf masih harus menunggu 2 tahun lagi. Saudara-saudara, saya percaya dalam penantiannya selama dua tahun itu Yusuf tidak pernah tahu bagaimana lagi ia harus keluar dari penjara. Cara dan kesempatan yang paling memungkinkan sudah lewat. Bahkan sehari sebelum Yusuf menghadap Firaun pun, saya percaya Yusuf tidak pernah bermimpi bahwa esok hari ia tidak hanya bebas dari penjara, namun statusnya juga berubah 180 derajat dari seorang budak menjadi orang kedua yang berkuasa atas Mesir setelah Firaun. Yusuf tidak pernah menduga Tuhan akan mengubah hidupnya dalam satu malam saja. Setelah bertahun-tahun melewati semua itu, kemudian Yusuf menengok ke belakang melihat kembali perjalanan hidupnya, ia melihat dan mengenal bahwa Allah bekerja seturut waktu dan caraNya untuk menggenapi rencana agung-Nya. Waktu dan cara Allah memang berbeda dengan apa yang Yusuf bayangkan, namun Allah tidak pernah diam, Allah bekerja dalam berbagai cara yang mungkin tidak terselami seperti yang dikatakan Allah kepada Yesaya dalam Yes. 55:8-9 atau mungkin Allah juga bekerja dalam waktu yang berbeda pula seperti yang tercatat dalam Pkh : 11a.
AplikasiSaudara-saudara, melewati kepahitan-kepahitan yang kita alami terkadang kita merasa seolah-oleh Allah berpangku tangan dan hanya menonton. Kita melewati penderitaan, Allah hanya berdiam diri. Namun sesungguhnya, pada saat itu Allah sedang bekerja sesuai waktu dan cara-Nya untuk menggenapkan rencana-Nya bagi kita yang mungkin berbeda dari apa yang kita bayangkan dan harapkan tetapi itulah yang Allah pandang baik bagi kita. Saudara-saudara yang terkasih, pengenalan Yusuf akan Allah melalui perjalanan hidupnya membuat ia akhirnya mampu menyimpulkan bahwa Allah yang berdaulat atas masa depan. Allah yang mahatahu yang tahu dan mengerti apa yang ia alami. Allah yang hadir dalam setiap peristiwa hidupnya adalah Allah yang juga bekerja menurut waktu dan rencanaNya. Allah yang demikianlah yang mampu memakai rencana jahat manusia untuk membentuk, mempersiapkan dan memakai orang yang dipilihnya untuk menggenapkan rencana-Nya. Pengenalan akan Allah adalah sebuah proses seumur hidup, akan tetapi biarlah kita sama-sama bertekad melalui peristiwa yang sulit dimengerti dalam hidup kita. Kita pun dapat dibawa kepada pengenalan akan Allah dengan benar dan pengenalan itu akan memampukan kita menjalani hidup kita.
| |