| |
EMPAT PENGORBANAN YESUS PADA NATAL PERTAMA Diambil dari Khotbah Masa Kini
Saya bersyukur bahwa sampai sekarang ini di Surabaya saya belum pernah melihat suatu spanduk yang berbunyi “HUT – ke 1978 Tuhan Yesus Kristus.” Saya senang tidak dikeluarkan spanduk semacam itu, sebab Natal bukan merupakan suatu kelahiran Tuhan Yesus. Walaupun orang sering mengatakan Yesus lahir di hari Natal. Sebetulnya Natal merupakan hari penjelmaan Tuhan Yesus ke dunia. Tuhan yang sudah ada sebelum dunia diciptakan, menjadi manusia 2000 tahun yang lalu. Malam ini, di dalam kita merayakan hari Natal, sekali lagi kita ingat dan memuji Tuhan karena Dia rela menjelma menjadi manusia dan hidup di antara kita. Penjelmaannya itu adalah penjelmaan yang mahal harganya. Meliputi pengorbanan luar biasa. Sekarang ini saya ingin supaya kita mempertimbangkan 4 (empat) pengorbanan Kristus. Keempat pengorbanan ini adalah pengorbanan pada Natal pertama. Saya yakin, bila kita sungguh-sungguh mempertimbangkan pengorbanan ini, kita akan makin mengasihi Yesus Kristus. Kita malah akan makin terdorong untuk mengasihiNya. Nah, marilah kita bersama-sama melihat empat pengorbanan Yesus pada Natal pertama itu. Pengorbanan pertama: Yang bebas menjadi terbatas. Penjelmaan Kristus pada malam Natal yang pertama itu meliputi “yang bebas menjadi terbatas.” Pada tahun-tahun yang lampau ada seorang bernama Charles Wesley yang suka mengarang nyanyian-nyanyian Kristen. Dan kita sering menyanyikan lagu-lagu hasil karyanya. Dia mengatakan mengenai penjelmaan Yesus sebagai berikut: penjelmaan berarti Allah terbatas pada jarak tertentu. Meskipun kita tahu bahwa Allah tidak terbatas, tetapi pada penjelmaan itu Allah yang tidak terbatas membatasi diri buat tinggal di antara kita. Allah itu roh, dan roh tidak terbatas dalam soal waktu, umpamanya. Kita sebagai manusia harus menghitung jam, berapa hari, berapa minggu, bulan dan tahun. Tetapi Allah tidak. Dia tidak pernah menghitung waktu sebab Dia tidak dibatasi oleh waktu. Dialah yang menciptakan waktu. Mengenai soal tempat. Kita mengatakan Surabaya – Jakarta jaraknya 800 km. Dari Waru ke sini ada 10 km. Tetapi Tuhan Yesus tidak pernah berbicara begitu. Karena bagi Dia antara Surabaya – Jakarta tidak ada jarak sama sekali. Dia tidak terbatas oleh tempat. Dia bebas. Saya pernah membaca buku mengenai raja Muangthai di zaman dulu. Raja itu enak sekali. Dia bebas mau pergi, mau duduk-duduk, mau berdiri, mau apa saja diberi sebab dia sang raja. Demikian pula dengan Allah, Dia adalah rajanya kerajaan Allah. Apa yang Dia mau, Dia mendapatnya, karena Dia raja. Tetapi walaupun Yesus, yang Allah sendiri, berhak begitu. Dia membatasi diri supaya Dia tidak bisa mempunyai apa yang Dia mau. Walaupun Dia bebas dari waktu, Dia membatasi diri ke dalam waktu. Walaupun Dia bebas dari jarak, Dia membatasi diri dalam tubuh yang terikat oleh tempat dan jarak. Allah adalah roh yang dapat menembus tembok, tetapi Yesus memasuki satu tubuh yang tidak dapat menembus tembok. Roh dapat pergi jarak jauh sekali, tetapi Yesus membatasi diri sehingga tidak dapat pergi jauh-jauh. Nah, lihat bahwa Dia yang sebetulnya bebas, dari selama-lamanya bebas, sekarang membatasi diri di dalam tubuh manusia yang terbatas. Tetapi, bagaimana kita dapat menamakan ini suatu pengorbanan? Begini, kita yang duduk di sini tidak tahu menghargai artinya kebebasan. Hanya satu orang yang menghargai kebebasan yaitu orang-orang yang sudah pernah meringkuk dalam penjara. Mungkin saudara tidak tahu, sejak tahun-tahun duapuluhan sampai tujuhpuluhan ini setiap tahun ada 12 juta orang yang meringkuk di dalam penjara dan di dalam kamp-kamp kerja paksa. Inilah keadaan di Rusia. Baru saja saya membaca buku dari seorang bernama Solzhenitzyn yang menjelaskan bahwa 12 juta orang yang ipenjarakan dan dikerja-paksakan di Rusia itu hanya memikirkan satu perkara: amnesti. Mereka rindu kebebasan, kebebasan, kebebasan. Mereka selalu pikir kapan akan dibebaskan. Kalau di bulan Maret belum dibebaskan, mereka berharap Agustus nanti akan dibebaskan, dan seterusnya. Ini kerinduan orang yang di dalam penjara. Kerinduan besar. Tetapi di sinilah Yesus Kristus yang sebetulnya bebas sebebasnya, yang tidak pernah ditahan, sudah menahan diri sendiri, atau memenjarakan diri pada tubuh manusia. Dia dengan sengaja masuk “penjara” tubuh manusia selama beberapa waktu. Inilah pengorbanan besar pertama pada Natal. Kita yang hanya melihat Bayi kecil mungil pada hari Natal, merasa heran dan kagum atas ceritera yang indah itu. Tetapi sebetulnya itu adalah pengorbanan besar dari Yesus Kristus. Dia yang tidak terbatas, membatasi diri dalam tubuh manusia. Pengorbanan kedua: Yang berkuasa menjadi pelayan. Lihat dalam Alkitab. Yesus disebut pencipta dalam kita Ibrani. Dalam kitab Yesaya disebut yang perkasa. Dalam Timotius Dia disebut raja yang kekal. Lagi dalam Yesaya disebut raja damai. Juga Bapa kekal. Lagi Tuhan di atas segala tuan. Lagi penguasa satu-satunya. Jadi Tuhan Yesus Kristus adalah raja di atas segala raja. Dia Allah yang tinggi, yang besar, yang di atas semua. Inilah Yesus Kristus. Tetapi yang berkuasa demikian sudah menjadi pelayan. Bacalah dalam kitab Wahyu. Disebut di sana bahwa ada empat makhluk bersujud pada Yesus. Kita membaca bahwa duapuluh empat ketua, dan berlaksa-laksa malaikat, malahan dikatakan bahwa semua makhluk yang di bumi dan di bawah bumi, dan di sorga, semuanya bersembah sujud di kaki Yesus dan memuji Dia. Ada ayat dalam kitab Mazmur yang selalu menarik perhatian saya. Ayat itu mengatakan bahwa Allah berkata : “Hai prajurit-prajurit, hai menteri-menteri, hai raja-raja, ciumlah kakiNya dengan gemetar!” Kaki siapa yang dimaksudkan di sini? Itulah kaki Tuhan Yesus. Dan Allah menasihatkan semua raja di bumi untuk mencium kaki Tuhan Yesus dengan gemetar. Kita tidak mencium kaki segala raja. Tetapi Dia adalah raja atas segala raja. Ini hanya untuk membuktikan kuasaNya yang luar biasa. Tetapi apa yang dikatakan dalam surat Filipi? Tuhan Yesus, raja di atas segala raja itu, yang berkuasa mutlak, mengambil rupa seorang hamba. Hamba adalah orang rendah. Pikir sendiri, raja mengambil rupa seorang hamba (pelayan). Nah, saudara tahu sendiri, di Indonesia dan didunia ini siapa mau menjadi seorang hamba. Malahan orang-orang berusaha sekuat tenaga agar jangan merendahkan diri. Saya ingat beberapa waktu yang lalu di Madura. Waktu itu kami mengadakan pembukaan gedung kebaktian gereja yang baru, di kota Pamekasan. Kami meminjam kursi-kursi dari sebuah perusahaan penyewaan kursi. Keesokan harinya setelah kebaktian selesai, kursi-kursi itu harus dikembalikan. Kami sudah menyediakan sebuah kereta sorong. Seorang teman diminta untuk mengembalikan kursi-kursi itu. Dan kami sudah menaikkan kursi-kursi tersebut ke dalam kereta sorong. Tetapi teman kami itu menolak. Saya berpikir kenapa dia tidak mau. Kami minta seorang teman lain menanyakan kenapa dia sampai tidak mau. Katanya dia mau jaga gengsi. Dia anggap mengembalikan kursi dengan kereta sorong sebagai pekerjaan kuli. Nah, dia kurang enak mengerjakan itu. Harus jaga harga diri. Padahal dia cuma seorang pemuda yang belum tamat dari SMA dan tidak punya pekerjaan apa-apa. Kami lantas bilang kepada dia, “ya baik, biar saya yang mengembalikan semua kursi ini.” Lalu kami tarik kereta sorong yang penuh dengan kursi-kursi itu seperti kuli, dan membawanya ke tempat di mana kami kemarin meminjam. Waduh, orang-orang di pinggir jalan yang melihat kami berbuat itu, semuanya bertanya, “ini apa?” Pendeta sampai mau berbuat begini. Saya tahu itu. Pendeta tidak biasa berbuat seperti kuli. Tetapi sambil mendorong kereta, saya berpikir itu Yesus yang raja di atas segala raja, sudah rela menjadi hamba. Dia sudah mengambil rupa seorang hamba. Orang-orang di zamanNya berkata,"Orang apa Yesus itu? Dia ‘kan tukang kayu dari Nazaret. Dia ‘kan anak Yusuf yang miskin.” Orang-orang sudah anggap Yesus paling rendah. Karena Dia betul-betul mengambil rupa seorang hamba. Saya mempunyai ceritera dari Rusia zaman dulu. Si raja Rusia ingin melihat bagaimana keadaan sebenarnya dari rakyatnya. Dia bermaksud “turba” (turun ke bawah), yaitu melihat rakyatnya dari dekat. Tetapi dia tidak mau rakyatnya tahu. Lalu dia mengganti pakaiannya. Dia mengambil pakaian seorang petani yang miskin, ya sampai kelihatan kotor dan compang-camping seperti petani. Sesudah itu dia pergi keluar dari istananya, dan masuk keluar kampung. Di satu malam yang dingin sekali, raja ini yang sedang menyamar sebagai petani miskin, mencari tempat menginap. Si penjaga losmen melihat ada petani kotor mau menginap, merasa tidak enak, Lalu ia mencari alasan, “Begini pak, sebetulnya losmen ini sudah penuh dengan bangsawan-bangsawan yang sedang tidur di sini!” Dan pada waktu si raja berbicara kepada si penjaga losmen itu, ada seseorang datang dari belakang dan mendengar pembicaraan itu. Orang itu lari ke muka, lalu berlutut di depan “petani miskin” tersebut sambil berseru, “Oh, rajaku! Silakan masuk, tinggal di sini dengan kami.” Kemudian ia berpaling kepada penjaga losmen itu, “Memang kelihatannya seperti petani, tetapi suaranya adalah suara seorang raja, dengarkanlah suaranya!” Ini sama dengan Yesus. Semua rakyat di bumi melihat Yesus sebagai orang biasa yang miskin. Mereka mengira Dia adalah seorang tukang kayu dari Nazaret saja, yang kebetulan mau mendirikan agama. Memang kalau dilihat dari itu Yesus adalah orang yang sederhana sekali. Dia miskin, bahkan bagai seorang hamba. Tetapi dengarkanlah suaraNya! Karena suaraNya adalah suara seorang Rja. Nah, inilah pengorbanan kedua. Saudara tahu, untuk menjadi seorang hamba begitu tidak gampang. Apalagi bagi seorang Raja yang berkuasa atas segala raja seperti Yesus Kristus sendiri.
Pengorbanan ketiga: Yang kaya menjadi miskin.
Menurut Alkitab, Yesus sendiri menciptakan semua yang ada. Segalanya diciptakan oleh Dia untuk diriNya sendiri. Suatu kali Yesus berkata, “Yang Bapa punya, itu Aku punya.” Ya binatang di hutan, ya semua gunung, ya semuanya itu milik Yesus. Kita sukar mengeerti ini. Memang orang kaya di sini sedapat mungkin memberi hadiah pada anaknya. Kalau si anak sudah berumur 16 tahun, dibelikan sepeda motor, atau apa saja. Kita berusaha memberi hadiah-hadiah bagus pada anak-anak kita. Tetapi dengan Yesus tidak demikian. Allah Bapa tidak perlu memberi hadiah-hadiah kepada Yesus. Kalau Yesus mau satu bumi, bilang saja, dan bikin saja. Dan Yesus menciptakan apa yang Dia mau. Bumi, binatang-binatang di bumi ini, berjuta-juta bintang di langit. Untuk siapa? Buat diriNya sendiri. Pikir sendiri, Yesus hanya berfirman saja untuk menjadikan semuanya itu. Dia kaya luar biasa. Apa yang dikatakan Yesus mengenai langit? Dia bilang, langit itu takhtaKu. Itu langit yang tak terbatas luasnya. Bagaimana dengan bumi? Yesus berkata, bumi adalah tumpuan kakiKu. Dia sangat kaya-raya. Walaupun Yesus begitu kaya-raya, di dalam Alkitab kita membaca bahwa Dia dengan rela mengorbankan semuanya. Dengan rela Dia mau menjadi yang paling miskin. Pernahkah saudara bertemu dengan seorang yang paling kaya, dan dengan rela mengorbankan semua untuk menjadi yang termiskin? Saya rasa ini jarang sekali, malahan barangkali tidak pernah ada. Ada ceritera mengenai seorang misionari yang melarikan diri di Tiongkok sewaktu orang-orang komunis datang. Suatu malam dia ada di sebuah losmen. Di bawah losmen itu ada sebuah kandang di mana orang memelihara keledai-keledai yang dipakai untuk keluar dari Tiongkok. Misionari itu diminta turun ke kandang tersebut dengan satu tangga. Kandang di sana lain dari kandang di Indonesia. Di sana kandang binatang kotor sekali dan baunya bukan main. Dalam kandang macam inilah Yesus “dilahirkan” sebagai seorang Bayi manusia pada hari Natal pertama. Dan kebetulan pada waktu misionari itu turun ke kandang tersebut, adalah pada malam Natal. Lalu ia ingat bahwa Yesus dilahirkan dalam kandang yang kotor sekali. Dilahirkan sebagai manusia yang miskin sekali. Sebetulnya Yesus memang termasuk golongan rakyat miskin sejati. Dia begitu miskin sehingga murid-muridNya harus memetik gandum di ladang untuk dapat makan. Ibu-ibu banyak menolong memberi uang kepada murid-murid Yesus. Suatu malam ketika Yesus hendak tidur di luar, Ia berkata bahwa seekor serigala lebih untung daripada Dia, karena serigala masih mempunyai lobang. Burungpun masih mempunyai tempat untuk meletakkan sarangnya. Tetapi Yesus tidak mempunyai kediaman untuk bermalampun. Bantal buat meletakkan kepalaNyapun Ia tak punya, kecuali batu di tepi jalan. Dia sungguh menderita. Lihatlah! Yesus dilahirkan di dalam satu palungan pinjaman. Yesus masuk ke Yerusalem menaiki seekor keledai pinjaman. Yesus di Yerusalem mengadakan sebuah perjamuan terakhir di sebuah loteng rumah pinjaman. Yesus mati di atas sebuah salib pinjaman, bukan Dia punya. Yesus dikubur di sebuah kuburan pinjaman, Yesus yang paling kaya, menjadi yang paling miskin. Mengapa Dia mau menjadi yang termiskin? Saya sudah mengutip banyak ayat, tetapi ada satu ayat yang menjelaskan mengapa Yesus sampai mau menjadi miskin begitu. “Bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya.” Mengapa? Oleh karena “kamu”. Supaya kamu menjadi kaya. Inilah pengorbanan Yesus yang ketiga.
Pengorbanan keempat: Yang kekal menjadi tersalib.
Dalam Alkitab Yesus disebut “Alfa dan Omega.” Artinya, yang awal dan yang terakhir. Bagaimana bila ada orang berani mengatakan diriNya “yang awal dan yang terakhir?” Tentu kita akan menyebut dia kurang beres, bukan? Tetapi Yesus disebut Bapa Kekal, Allah yang kekal. Suatu hari Yesus berbicara dengan orang-orang Yahudi. Dia berkata kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, yaitu ahli-ahli teologia, bahwa sebenarnya Abraham senang bertemu dengan Dia. Orang-orang itu menjawab, bagaimana Abraham dapat bertemu dengan Yesus sebab Yesus baru berumur kurang dari 50 tahun, sedangkan Abraham sudah lama meninggal dunia? Yesus menjawab, jangan salah paham, sebelum Abraham jadi Aku sudah ada! Memang secara kronologis Abraham dilahirkan 2000 tahun sebelum Yesus. Tetapi Yesus ada sebelum Abraham ada sebab Yesus yang menciptakan Abraham. Dan orang-orang yang mendengar perkataan Yesus itu mengambil batu untuk melempar Dia. Mereka salah mengerti tentang Yesus. Terlebih dulu dari segala sesuatu adalah Yesus. Alkitab mengatakan bahwa tahun-tahunNya tidak berkesudahan. Berarti Yesus kekal dan tidak bisa mati. Lain dari kita manusia. Kita semua akan mati. Walaupun kita takut mati. Lihat saja rumah sakit. Penuh sesak dengan orang-orang sakit. Tempo hari saya digigit anjing. Luka! Saya pikir barangkali ada racun masuk ke tubuh saya. Daripada saya mati lebih baik cepat ke rumah sakit. Tetapi lihat Yesus ! Dia yang tak pernah mati karena Dia kekal, dan Dia yang tak harus mati karena Dia kekal, ternyata Dia rela mati. Malahan mati di salib. Ada satu ayat indah yang mengatakan begini, ”Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib …” Tetapi bagaimana dengan salib itu? Apakah artinya? Saya terkesan oleh sebuah ceritera mengenai sepasang suami-isteri. Begini, ada seorang suami di Amerika Serikat yang mencari jalan bagaimana caranya dia dapat menyatakan cinta kepada isterinya. Sebab rupanya sang isteri belum percaya bahwa dia sungguh mencintainya. Pada suatu hari ketika si isteri berulangtahun, sang suami ini menyewa sebuah papan iklan yang besar. Di Amerika orang bisa menyewa papan iklan untuk sebulan umpamanya, dan memasang iklan itu di pinggir jalan. Kepada perusahaan yang membuat papan iklan itu, suami ini menyuruh menuliskan kalimat “John Loves Betty.” Hurufnya besar sekali. Nama suami itu John, dan nama isterinya Betty. Lalu suami itu meminta supaya papan iklan tersebut dipasang di tepi jalan raya, di mana semua orang yang lewat di sita dapat melihat dan membacanya. Suatu hari isterinya lewat di jalan itu dan … membaca papan iklan itu. Betapa terkejutnya dia. Lalu dia berpikir bahwa suaminya sungguh mencintai dia. Cintanya itu diiklankannya kepada dunia. Kami anggap ini sama dengan Allah. Allah mengasihi kita manusia berdosa. Dan salib adalah papan iklan Allah bagi dunia. Salib menyatakan bahwa Allah mencintai isi dunia. Jadi bila kita melihat salib Kristus itu, kita bisa berkata, yah, Allah mencintai saya! Allah mencintai kita sampai Dia membiarkan Yesus Kristus mati disalib buat memikul dosa-dosa kita, supaya kita dapat diselamatkan. Dan kemudian kita tahu bahwa Yesus bangkit dari kematian pada hari ketiga sesudah Ia disalib. Setelah mati disalib buat memikul dosa kita, Yesus hidup lagi selama-lamanya buat menjadi Juruselamat kita yang percaya kepadaNya. Nah, saudara-saudara! Inilah empat pengorbanan Natal yang perlu kita pertimbangkan. Pertama, yang bebas menjadi terbatas. Yang berkuasa menjadi pelayan. Yang kaya menjadi miskin. Terakhir, yang kekal menjadi tersalib. Setelah saudara memikirkan ini, saudara mungkin bertanya, apa yang dapat saya korbankan buat Allah bila Allah sudah memberikan korban demikian buat saya? Begini saudara, Yesus tidak mau menerima apa-apa dari saudara sebelum saudara menerima dari Dia. Karena apa? Karena Yesus berkata, “Saya tersalib buat saudara, dan hadiah Natal yang akan saya berikan kepada saudara adalah hadiah keselamatan. Dan kalau saudara tidak mau menerima hadiah keselamatan dari Saya, Saya juga tidak mau menerima apa-apa dari saudara.” Sebab kalau seorang berdoa yang belum diselamatkan memberikan sesuatu kepada Yesus, tak berharga. Nah, sekarang ini Yesus datang dan menawarkan kepada kita sekalian hadiah keselamatan. “Yesus Kristus memikul dosa kita di atas kayu salib.” Kalau saudara mengatakan, “yah, hadiah itulah saya terima!” nah, itulah baru baik sekali. Setelah itu baru saudara dapat memberikan korban saudara kepada Allah. Apa yang patut saudara berikan kepada Allah? Alkitab mengatakan ,”persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah.” Saya harap pada Natal ini saudara akan menerima pemberian keselamatan dari Yesus Kristus, karena Dia sudah berkorban begitu besar bagi saudara. Juga saudara bisa serahkan segenap roh, jiwa dan tubuh saudara sekarang juga kepada Allah menjadi milikNya sebagaimana dikehendakiNya. Dengan begitu barulah Natal ini menjadi sangat berharga bagi kita. Amin.
| |