sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

Tema               : SUPREMASI PELAYANAN

Nats                 : Kolose 1:24-29

Penulis            : DR. Yenny Wongka

Tujuan              : Agar pelayan-pelayan Tuhan menyadari supremasi pelayanan yang

                         dipercayakan Kristus kepada mereka.

 

Pendahuluan

      John Wycliffe yang dijuluki “Morning Star” di era reformasi Inggris pernah menulis demikian: “Pelayanan tertinggi yang boleh dicapai oleh manusia atas bumi ini, yaitu: mengabarkan Firman Allah.  Pelayanan ini secara istimewa diserahkan kepada para hamba-Nya dan atas diri mereka Allah memiliki tuntutan khusus.”

      Hampir dua abad yang lalu, Alexander Whyte dari Edinburgh menulis kepada seorang pendeta yang putus asa: “Para malaikat di sekitar tahta Allah merasa iri padamu dengan pekerjaan besarmu yang Tuhan percayakan padamu.  Lanjutkan dan teruslah bertumbuh dalam anugerah dan kuasa Tuhan sebagai seorang pemberita Injil!”

      Saudara, di surat Kolose ini Paulus memberikan kita suatu perspektif indah dalam hasil pelayanan setelah memperkenalkan supremasi Kristus dalam ciptaan (ayat 15-17), dalam jemaat (ayat 18),dan dalam rekonsiliasi (ayat 19-23).  Suatu pandangan seimbang yang menggambarkan empat aspek dalam pelayanannya sendiri, antara lain: Sikap pelayanan Paulus, Tuntutan pelayanan Paulus, Tujuan pelayanan Paulus dan Kekuatan pelayanan Paulus.   Bagi saya empat aspek ini (STTK) secara khusus bermanfaat bagi Saudara dan saya yang menerima panggilan pelayanan Injil untuk seumur hidup kita.

 

1. Sikap Pelayanan Paulus (ayat 24)

 

      Secara eksplisit Paulus berkata bahwa ia bersukacita dalam penderitaannya.  Dari perspektif seorang sekularis, apa  yang dikatakan Paulus sungguh sulit dipahami. Tetapi Roma 5:3 berbicara bahwa kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita; 1 Petrus 4:13 mengatakan bersukacitalah dalam penderitaan; Kis 5:41 mencatat bahwa para rasul bersukacita dan merasa layak untuk menderita dalam pelayanan.  Paulus juga merasa sukacita yang sama, tetapi mengapa?

      Pertama, berhubung penderitaannya membawa manfaat bagi jemaat.  Tanpa kerelaannya untuk menderita, seperti yang dilukiskan dalam 2 Kor 11, dimana ia melakukan pendataan penderitaan yang dilewatinya demi pemberitaan Injil sampai ke Asia, maka tidak akan ada pendirian gereja di Asia.  Injil tersebar luas melalui penderitaan misionari.

      Kedua, Paulus menggambarkan penderitaannya sebagai ‘menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus”  Paulus bukan memenuhi apa yang kurang dari hal penebusan, sebab penebusan adalah karya solo Kristus.  Frasa ini mengajarkan secara pasif adanya satu identifikasi erat terjadi antara Kristus dan jemaat-Nya melalui penderitaan.  Sebelum perjumpaan Paulus dengan Tuhan dalam perjalanan Damsyik, Paulus telah membuat Kristus menderita atas diri orang-orang yang dianiayanya.  Perkataan pertama Kristus kepada Saulus memperjelas hal ini: “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” (Kisah 9:4).  Yesus dianiaya dalam tubuh para pengikut-Nya. Namun, segera setelah pertobatan Saulus, Yesus berkata:”Aku akan memperlihatkan dia betapa banyak ia harus menderita demi nama-Ku’ (Kisah 9:16).  Kini Paulus harus menderita, dan Kristus menderita dalam dirinya- inilah suatu kebenaran yang menakjubkan!

      Paulus tahu bahwa penderitaannya adalah baik bagi jemaat dan membawa dirinya lebih dekat kepada Kristus.  Tiap pukulan atas dirinya jatuh ke atas diri Kristus, bahkan sangat mengikat mereka dalam penderitaan bersama.  Pengalaman Paulus sama sepeti Sadarkh, Mesakh, dan Abednego yang di dalam dapur api yang menyala-nyala justru bersama dengan orang keempat: Tuhan sendiri (Daniel 3:25).  Tidaklah heran bila dalam penjara Roma sekalipun, Paulus sanggup berdoa: “ yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dengan penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa  dengan Dia dalam kematian-Nya.” (Filipi 3:10).

      Ilustrasi

      Dr. Helen Roserveare, seorang medical doctor Britislh melayani hampir 20 tahun di Zaire, Afrika.  Selama 12 setengah tahun ia melewati hingar-bingar kesibukan tugas namun umumnya merupakan masa yang cukup menyenangkan hati.  Ia melayani sebagai satu-satunya dokter dalam satu areal yang berpenduduk 500 ribu (hari ini kira-kira satu setengah juta pendidik).  Tetapi dalam tahun 1964 pada masa revolusi, ia bersama para rekannya dicampakkan ke dalam penyiksaan fisik yang sangat brutal selama 5 setengah bulan.  Pada suatu kesempatan, takkala Dr. Roseveare sedang dianiaya, seorang muridnya  yang berusia  17 tahun datang untuk membelanya dan akibatnya ia dipukul dengan kejam dan biadab.  Anak itu ditendang seperti bola hingga tewas.  Dr. Roseveare menjadi sangat muak menyaksikan tindakan brutal tersebut dan sangat sedih.  Sesaat itu ia merasa bahwa Allah telah meninggalkan dia, walaupun dia tidak meragukan realita keselamatan anak tersebut.  Tetapi Allah segera intervensi dan memenuhi hatinya dengan kehadiran-Nya, dan berkata seperti ini: “Dua puluh tahun yang lalu engkau meminta kepada-Ku hak istimewa untuk menjadi seorang misionari, hak istimewa teridentifikasi dengan Aku.  Ini bukanlah penderitaanmu, tetapi adalah penderitaan-Ku.”  Dr. Roseveare tersentak dengan ungkapan itu dan walaupun kemudaian atas dirinya disusul dengan penyiksaan brutal, ia sanggup bertahan dan tetap bersukacita sebab ia merasa bersatu dengan Kristus dalam penderitaan.

      Aplikasi

      Kita tahu bahwa penderitaan itu sangat buruk dan tentu menyakitkan, namun seperti Paulus yang merasakan bersatu dengan Kristus adalah sangat indah! Demikian juga kita, bisa merasakan hal yang sama jika mau memiliki sikap pelayanan seperti Paulus.

 

2. Tuntutan Pelayanan Paulus (ayat 25-27)

 

      Tuntutan pelayanan pemberitaan sebagai tugas utama, dan secara khusus dalam pengajaran eksposisi Alkitab.  Phrasa “untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu” secara harafiah supaya kamu mampu mengkomplitkan Firman Allah.” Ide ini adalah untuk mempersiapkan firman Allah sepenuhnya.  Orang-orang tidak dapat mengenal Kristus dengan lelih baik tanpa mengenal Kitab Suci.  Pemberitaan melalui pengajaran eksposisi adalah inti panggilan Allah kepada Paulus. 

      Pemberitaan harus membuka Firman Allah.  Paulus menegaskan di sini pengajaran serupa ini adalah dasar pelayanan.  Tidak ada jalan pintas untuk pekerjaan pemberitaan Firman Allah.    Spesifikasi dari pemberitaan diberikan dalam ayat 26 dan 27 “yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke keturunan, tetapi yang sekarang dinyatakan keapada orang-orang kudus-Nya.  Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!”

      Tuntutan pengajaran Paulus mengemukakan ‘rahasia’ yaitu: tujuan keselamatan Allah diperluaskan kepada orang non-Yahudi (Yesaya 49:6; Roma 15:9-12).  Dari perspektif orang Yahudi kuno, hal ini nampak mustahil sebab orang Yahudi dan orang non-Yahudi saling meremehkan!

      Ilustrasi

      Bishop John Green dari Sydney menyampaikan tentang pelayanannya atas satu grup anak laki-laki.  Di antara anak-anak tersebut ada dari keturunan Aborigin dan yang lain dari keturunan Inggris, dan bagaimana ketegangan rasial berlaku diantara mereka, sehingga tidak dapat duduk dengan damai dalam satu bis.  Suatu kali, tatkala kondisi sudah nampak sulit teratasi, ia segera minta bis berhenti, meminta semua anak turun dari bis sambil berkata bahwa mereka tidak lagi hitam atau putih, tetapi hijau.  Ia menyusun barisan mereka dengan urutan selang-seling dan minta masing-masing berkata: “aku adalah hijau” sambil naik ke atas bis.  Mereka masing-masing naik  secara diam ke dalam bis, namun tak lama berselang terdengar suara “Okay, hijau cerah di sebelah kanan, hijau gelap di sebelah kiri!”

      Aplikasi

      Saudara, Kristus datang, dan menghancurkan tembok pemisah keduanya, sehingga Yahudi dan non-Yahudi menjadi satu ciptaan baru dengan shalom, atau damai (Efesus 2:13-18). 

      Orang Yahudi dan non-Yahudi semua duduk bersama pada satu meja dan bersatu di dalam Kristus.  Itulah suatu rahasia?  Hal ini tercapai hanya manakala “Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!” (ayat 27b).  Hal ini terjadi di Kolose dan bisa terjadi hari ini.  Salah satu kemuliaan terbesar dari Injil adalah mempersatukan tiap-tiap orang yang berbeda.

 

3. Tujuan Pelayanan Paulus (ayat 28)

 

      Tujuan Pelayanan Paulus tiada lain, yaitu: membawa tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus, kedewasaan penuh orang Kristen.  Ia tidak bersikap bahwa “aku telah membawa mereka kepada keselamatan, kini giliran kamu untuk menumbuhkan kerohanian mereka!”  Kesukacitaan besar Paulus adalah mempersembahkan semua orang percaya yang telah meraih potensi maksimum melalui pelayanannya kepada Kristus.

      “Sebab siapakah pengaharapan kami atas sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu?  Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.” (1Tesalonika 2:19-20)

      Sarana Paulus dalam menghantarkan orang percaya kepada kedewasaan penuh dengan jelas terlihat dalam ayat 28, yaitu: pemberitaan, nasehat dan pengajaran.  Ia memberitakan Kristus, Kristus adalah permulaan dan akhir dalam pemberitaannya.  Seperti George Whitefield berkata :”Orang lain mungkin memberitakan Injil lebih baik dari saya, tetapi tak seorangpun dapat memberitakan suatu Injil yang lebih baik!”  Manakala pemberitaan tentang Kristus menghantarkan pertobatan orang, Paulus meluangkan waktu lagi untuk “menasehati tiap-tiap orang” yang artinya: ia berupaya untuk mengoreksi dan memperingati mereka.  Paulus tidak menarik diri dari tanggung jawab untuk menasehati orang, sebab ia sangat peduli terhadap jemaat.  Paulus juga meluangkan waktu untuk “mengajar tiap-tiap orang.”  Ia sungguh percaya bahwa Kristus adalah untuk tiap orang, dan ia melihat potensi besar dalam tiap jiwa yang ia layani.

 

   4.  Kekuatan atau Energi Pelayanan Paulus (ayat 29)

 

      Tak seorang pun dapat berharap untuk memiliki suatu pelayanan yang berhasil tanpa usaha keras.  Menarik bagi saya, penggunaan bahasa Paulus dalam ayat ini sangat keras.  Kata Yunani yang diterjemahkan kopio yang diterjemahkan “usaha” mempunyai makna seperti seseorang yang dipukul hingga kepayahan.  Ini menunjukkan usaha Paulus begitu keras hingga seolah-olah kehabisan tenaga.  Kata kedua diterjemahkan “pergumulkan” adalah sebuah kata yang lebih keras lagi, dari kata Yunaninya kita kenal istilah bahasa Inggris “agony” yang dipakai untuk melukiskan event atletik atau suatu perkelahian.  Dua kata tersebut melukiskan kekuatan yang luar biasa dalam pelayanan apostolik Paulus.  Ia berupaya keras baik physikal maupun moral untuk menghantar tiap orang  kepada kesempurnaan dalam Kristus.  1 Tesalonika 2:9 dengan jelas melukiskan hal ini:“Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami.  Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.”

     Ada ungkapan yang sering dilontarkan: “When all is said and done, there is more said than done.”  (Apabila semua berkata dan berbuat, maka lebih banyak berkata daripada berbuat).  Seharusnya tidak perlu demikian, bukan?  Dari catatan biografinya, Luther bekerja begitu keras tiap hari hingga ke pembaringannya di malam hari.  G. Campbell Morgan pernah berkata:” Kita belum melangkah masuk ke dalam pelayanan Injil kota atau bahkan dunia bila kita sendiri belum meletakkan seluruh hidup kita ke dalam pelayanan itu sendiri.  Upaya pelayanan Paulus adalah model untuk kita semua. Kita tidak akan pernah memiliki suatu pelayanan apostolik kecuali bila kita rela bekerja sampai pada taraf  kelelahan atau habis-habisan.”  Luther dan Morgan said and done seiring dan sejalan pula.

      Ilustrasi

      R.C Sproul berkata “Pelayanan Injil adalah hal yang mulia!” 

      Berbilang tahun yang lalu, seorang wanita Afrika yang buta fisik sekaligus buta huruf menjadi seorang Kristen.  Ia bertekad untuk melakukan sesuatu bagi Kristus, maka  ia datang kepada misionarisnya dengan membawa Alkitab bahasa Prancis sekaligus meminta sang misionaris menggaris-bawahi Yohanes 3:16 dengan tinta merah.  Sangat mengherankan, sang misionaris mengamati wanita itu yang membawa Alkitabnya tiap siang duduk di depan sekolah khusus anak laki-laki.  Setiap bubar sekolah, ia memanggil seorang atau dua anak laki-laki dan bertanya apakah mereka tahu bahasa Prancis.  Bilamana mereka dengan bangga mengiayakannya, ia segera berkata :”Tolong bacakan ayat yang digaris bawahi dengan tinta merah ini.”  Tatkala mereka melakukannya, ia segera bertanya; “Tahukah kalian apa arti ayat tersebut?” Dan mulailah ia memperkenalkan Kristus kepada anak-anak tiap hari. Sang misionaris bersaksi bahwa bertahun-tahun kemudian ada sejumlah 24 anak muda menjadi pendeta sebagai hasil kerja wanita buta tersebut.

     Aplikasi

      Saudara-saudaraku kekasih Tuhan Yesus, bila seorang wanita bahkan yang buta huruf dan berusia senja mampu melakukan pelayanan Injil.  Bagi saya, sang wanita Afrika ini memiliki: sikap pelayanan, tuntutan pelayanan, tujuan pelayanan dan sekaligus kekuatan pelayanan.  Tidak heran bila dalam sisa umur hidupnya ia menjadi berkat bagi banyak orang.  Bagaimana dengan kita sebagai umat Allah yang semestinya juga adalah pelayan Injil?  Melalui perenungan firman Tuhan hari ini, doa dan harapan saya agar kita bukan hanya mengenal supremasi pelayanan Injil dengan tepat, tetapi juga bangga dengan pelayanan ini.  Terlebih lagi betapa indah dan eloknya bila Tuhan bangga memiliki saya dan Saudara sebagai pelayan setia-Nya. Amin.

 

=========================================

 

 

=====================================

 

 

 

Kristen Indonesia Online