| |
Tema : RELASI Penulis : Heren Nats : Kolose 4:7-18 Tujuan : Agar jemaat memiliki dan bagaimana boleh belajar untuk berrelasi yang baik dengan saudara-saudara seiman, sehingga dapat hidup sebagai anak-anak Tuhan yang saling melayani .
Pendahuluan Saudara, sejak dulu hingga sekarang, setiap kali mendengar nama Abraham Lincoln maka yang terlintas di dalam benak saya adalah wajah seorang pria tua yang berjenggot. Namun baru beberapa bulan yang lalu saya mengetahui ternyata jenggotnya memiliki sejarah. Sebuah sejarah yang bercerita tentang adanya suatu relasi yang manis antara seorang presiden dan warganegaranya. Saudara, Abraham Lincoln di dalam masa jabatan kepresidenannya pernah menerima supucuk surat dari seorang gadis cilik yang tinggal di New York. Gadis itu bernama Grace Badell. Grace dalam suratnya yang begitu sederhana menunjukkan perhatian yang tulus dari seorang warganegara cilik yang sangat mengasihi presidennya. Saudara, tahu isi suratnya? Suratnya berisi permintaan agar Lincoln memelihara jenggot! Ia menganggap wajah Lincoln terlalu kurus dan Lincoln akan nampak lebih baik jika memelihara cambang(rambut di pipi) dan berjenggot. Sebab dengan demikian pipi Presiden yang kurus akan tertutup dengan cambang dan jenggot tersebut. Presiden Amerika Serikat ini sangat terharu oleh kasih dan perhatian dari warganegara cilik ini, sehingga ia sungguh-sungguh memelihara cambang dan jenggotnya. Dan Sebagai ucapan terimakasih dan penghiburan bagi Grace yang tidak pernah bertemu langsung dengannya, ia datang ke kota Grace dengan naik kereta api dan minta bertemu dengan Grace. Ketika Lincoln bertemu dengan Grace, ia mencium gadis cilik ini dan berkata: “Kamu lihat sendiri, aku membiarkan cambang dan jenggot ini tumbuh untukmu Grace.” Dari kisah ini kita melihat dua hal, ada Grace cilik yang tidak pernah bertemu langsung dengan presidennya namun sangat mengasihi presidennya, dan ada juga Lincoln, sang presiden yang sadar akan kasih dan perhatian yang tulus dari anak kecil tersebut serta sangat berterima kasih dan mau menghibur gadis cilik tersebut dengan datang menemuinya dan mau membangun sebuah relasi yang indah dengan gadis cilik tersebut. Seperti Lincoln, Paulus, Rasul yang besar itu pun, memiliki “Grace-Grace cilik” yang mengasihi dia. Mereka adalah jemaat Kolose yang sekalipun tidak pernah bertemu dengannya, namun sangat mengasihi Paulus seperti mereka juga mengasihi orang-orang kudus lainnya (1:4). Jemaat Kolose memikirkan dan bahkan mungkin mencemaskan keadaan Paulus yang di penjara. Untuk itulah Paulus setelah menulis ajaran-ajaran doktrinal dan praktika dalam suratnya, ia juga menyempatkan diri untuk menulis sebuah salam yang panjang. Dan saudara, salam ini bukan sebuah formalitas belaka, bukan pula sekedar supaya surat tersebut menjadi indah atau sesuai dengan kaidah penulisan surat yang baik. Salam ini memiliki tujuan, yaitu untuk menghibur jemaat Kolose dengan mereka mengetahui bahwa ada relasi yang baik antara Paulus, rekan-rekan sepelayanannya, dan dengan jemaat. Dari salam Paulus ini juga kita belajar bahwa Sebagai saudara-saudara seiman yang ada di dalam Kristus, marilah kita belajar untuk memiliki relasi yang baik dengan sesama kita. Relasi yang baik itu memiliki beberapa karakteristik, antara lain :
1. Ada sikap saling menghargai tanpa memandang kedudukan (ay 7-11) Saudara, biasanya diantara surat dan orang yang mengantarkan surat, tentunya yang mendapat perhatian utama dari penerima adalah surat itu sendiri, sedangkan orang yang mengantarkan surat dilewatkan begitu saja. Namun Saudara, Paulus menunjukkan betapa ia menghargai Tikikus dan Onesimus yang mengantar surat tersebut. Tikikus ia sebut sebagai saudara yang kekasih, pelayan yang setia, dan rekan sepelayanannya, dan itu bukan basa-basi. Setiap “gelar” yang diberikan oleh Rasul Paulus memiliki arti yang dalam. Jika ia menyebut Tikikus: saudara yang terkasih, hal itu bukan sekedar karena Tikikus adalah anggota komunita Kristen yang membuat ada keterikatan di dalam Kristus di antara Paulus dan Tikikus, tapi lebih daripada itu, juga menggambarkan posisi Tikikus sebagai seorang penolong atau rekan kerja bagi Paulus. Saudara, Paulus juga menghargai kesetiaan Tikikus yang sudah menyertainya dalam pelayanan sejak berakhirnya huru-hara yang dibuat Demetrius di Efesus, kota asal Tikikus. Tikikus dengan rela meninggalkan kotanya, ikut melayani serta dengan rela dan setia menjadi utusan Paulus dalam menyampaikan surat-surat pastoralnya, bahkan ia bersedia mengemban tugas yang cukup serius, menjelaskan ajaran yang disampaikan Paulus dalam suratnya. Untuk inilah Tikikus disebut sebagai pelayan yang setia seseorang yang pelayanannya bisa diandalkan dan dipercaya. Saudara, penghargaan Paulus tidak timpang hanya kepada Tikikus, ia juga menghargai Onesimus dengan menyebutnya sebagai saudara yang setia dan terkasih. Setia dan kekasih, sama dengan sebutan bagi Tikikus, dengan kata lain, baik Onesimus maupun Tikikus adalah setara dalam kualitas pelayanan dan rohani mereka. Saudara, sungguh menarik bahwa Paulus sama sekali tidak menyinggung masa lalu Onesimus sebagai budak yang lari dari tuannya, Filemon, yang adalah jemaat Kolose juga. Sebaliknya, Paulus menyebut Onesimus sebagai seorang dari antara jemaat kolose tersebut, tujuannya adalah agar jemaat menerima Onesimus dengan baik. Saudara, sebagaimana Paulus menghargai kedua utusannya, demikian juga ia ingin jemaat menghargai mereka. Aplikasi: Saudara, dalam kehidupan kita berjemaat, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa kita tidak sendirian saja. Ada saudara-saudara seiman bersama dengan kita yang beribadah, bersekutu bahkan melayani, dan mereka tidak selalu memiliki peran yang sama dengan kita, mereka bisa siapa saja. Kadang-kadang kita terjebak dengan pemikiran bahwa yang satu lebih patut dihargai sedang yang lain tidak, akan tetapi saudara, mereka semua sama seperti kita, pelayan-pelayan Tuhan, dan kita patut menghargai mereka tanpa membeda-bedakan kedudukan mereka. Marilah kita memiliki sikap yang demikian dalam hidup berjemaat kita. Sebab mereka semua adalah relasi kita.
2. Ada kerjasama yang saling menguatkan di antara jemaat, khususnya sesama pelayan (Ay. 10-11) “Hanya ketiga orang ini dari antara mereka yang bersunat yang menjadi temanku sekerja untuk kerajaan Allah.” Saudara, Orang-orang bersunat berarti orang-orang Yahudi. Saya yakin bahwa orang-orang Yahudi yang percaya kepada Kristus dan menjadi pelayan Tuhan pasti lebih dari tiga orang. Bahkan hampir di setiap tempat dimana Injil berdiam di dalam hati setiap jemaat pasti ada orang-orang Yahudi yang percaya kepada Kristus. Akan tetapi di sini dikatakan bahwa hanya ketiga orang ini, yaitu Aristarkus, Markus, dan Yesus/Yustus yang menjadi teman sekerja Paulus untuk kerajaan Allah. Rupanya di tengah misi pelayanan Paulus terhadap orang-orang non-Yahudi, Paulus harus menghadapi kenyataan bahwa ia dijauhi oleh rekan sebangsanya sendiri. Namun, sungguh Paulus bersyukur bahwa tiga rekan Yahudi-nya yang seiman yaitu Aristarkus, Markus, dan Yustus (ay. 10-11), mereka bertiga sedia melayani bersama dengannya dan membuktikan diri mereka dengan menjadi penghibur bagi Paulus. Saudara, selama masa-masa di dalam penjara tersebut, Paulus yang adalah rasul pun tidak lepas dari kepedihan hati. Pada saat-saat seperti ini Paulus benar-benar membutuhkan penghiburan, dan itu didapatnya dari Aristarkus, Markus, dan Yustus. Mereka peka akan kebutuhan Paulus dan bersedia menguatkan Paulus pada saat yang tepat. Aplikasi Saya ingin menyampaikan pergumulan yang pernah saya dengar dari seorang saudara, tentunya dalam bahasa saya sendiri, yaitu: Bahwa kita di sini baru akan saling menguatkan ketika kita merasa akan kehilangan salah satu saudara kita karena bepergian. Ketika salah seorang saudara kita hendak pergi karena berbagai alasan, barulah pada saat itu kita berkumpul bersama berdoa, bahkan menangis bersama-sama. Akan tetapi pada masa-masa sebelum itu, mungkin ketika saudara tersebut berada di puncak pergumulan yang berat, ketika dia hampir jatuh bangkrut, namun belum jatuh, banyak dari kita yang diam. Bahkan kita menuding orang tersebut dengan tingkahnya yang aneh, menurut kita. Terlepas dari pernyataan ini bisa dibenarkan sepenuhnya atau tidak secara fakta, saya secara pribadi merenungkan: Adakah saya hadir di saat yang tepat bagi saudara saya sebagai relasinya? Adakah saya sebagai relasinya dapat menguatkan rekan disaat ia benar-benar membutuhkannya? Mungkin ini juga bisa menjadi bahan refleksi bagi kita.
3. Ada penerimaan kembali terhadap saudara kita (ay.10) Saudara, Paulus berani meminta jemaat menerima Markus oleh karena ia sendiri telah melakukan hal itu. Saudara, Markus dulu pernah ikut dengan Paulus dan Barnabas, sepupunya dalam pelayanan mereka (Kis 12:25), namun kemudian ia mundur dan meninggalkan Paulus dan Barnabas (Kis 13:13). Hal ini tentu saja menimbulkan kekesalan dalam hati Paulus terhadap Markus dan mau tidak mau ada kesan negatif yang muncul terhadap Markus. Mungkin ia dianggap tidak setia, penakut, tidak punya komitmen, dan sebagainya. Dan kekesalan hati Paulus menjadi jelas terlihat ketika ia bersikeras menolak usulan Barnabas untuk membawa Markus kembali dalam perjalanan mereka. Karena Barnabas mau membawa Markus kembali, timbul perselisihan tajam antara Paulus dan Barnabas, yang membuat Paulus dan Barnabas harus berpisah dan menempuh jalan masing-masing (Kis 15:37-39). Inilah kisah sedih yang pernah terjadi dalam relasi Paulus dan Barnabas. Namun sungguh indah bahwa akhirnya Paulus mau menerima Markus bahkan meminta Timotius menjemputnya untuk bersama-sama melayani (2 Tim 4:11). Dan apa yang tercantum dalam Kol 4:10 ini merupakan hasil dari penerimaan Markus kembali tersebut, mereka bersatu dalam pelayanan. Saudara, untuk melakukan hal ini tidaklah mudah bagi orang yang berkedudukan tinggi seperti Paulus yang cukup dihormati. Bagi seorang rasul besar seperti Paulus menerima Markus kembali, bahkan mengundang dia datang untuk membantu Paulus, bukankah sama saja dengan merendahkan harga diri sendiri? Namun Paulus rela melakukan hal ini karena ia melihat akan pekerjaan dalam Kerajaan Allah yang juga membutuhkan Markus. Ini sesuai dengan apa yang diajarkannya dalam Kolose 2 mencari perkara yang di atas. Ia menanggalkan kepentingannya dan harga dirinya sendiri, demi melakukan kehendak Allah. Aplikasi Saudara, memang dibutuhkan kebesaran jiwa untuk bisa menerima kembali saudara kita yang pernah bersalah dalam hidup kerohaniannya. Dibutuhkan kerendahan hati untuk berani mengundang kembali orang yang pernah menyakiti hati kita karena meninggalkan kita begitu saja dalam hidup kita apalagi pada saat kita sangat membutuhkan dia. Tapi inilah yang diajarkan Paulus pada kita sebagai anak-anak Tuhan, mementingkan pekerjaan Allah bagi kerajaanNya dan menanggalkan kepentingan kita sendiri untuk menerima kembali orang yang bersalah. Inilah relasi itu.
4. Adanya Sikap yang Penuh Perhatian (Ayat 12-13) Saudara, adalah suatu hal yang menghibur dan menguatkan, jika di tengah-tengah pergumulan kita, datang seorang yang menyatakan bahwa selama ini dia sungguh-sungguh memperhatikan kita bahkan bergumul dalam doanya bagi kita. Kesadaran bahwa seseorang benar-benar serius bahkan bergumul dalam doanya bagi kita akan memberi penguatan bagi kita. Dan hal ini juga yang ingin ditunjukkan oleh Paulus kepada jemaat Kolose yang sedang diserang ajaran sesat ini. Ia mengajak mereka melihat dari salamnya, bahwa mereka memiliki seorang hamba Tuhan yang bergumul bagi mereka, yaitu Epafras. Saudara, jemaat Kolose sangat mengenal Epafras sebab dialah yang pertama kali menyebarkan Injil di kota Kolose (1:7) hingga menjadi suatu jemaat Kristen berdiri di sana. Lebih dari itu, Epafras sangat dikenal karena ia sendiri adalah orang Kolose. Jadi jelas, Epafras tidak asing bagi mereka karena itu Paulus menyebutnya “seorang di antara kamu” (ay.12). Bisa saja terjadi bahwa orang-orang Kolose pada saat itu sudah menjadi terlalu terbiasa dengan keberadaan Epafras sehingga tidak terlalu menyadari betapa berharga perjuangan yang dilakukannya bagi mereka. Namun Saudara, di sini Paulus mengajak jemaat untuk melihat Epafras lebih dari sekedar relasi seseorang dari antara mereka, tapi sebagai seorang Hamba Kristus Yesus sama seperti Paulus dan Timotius yang mereka kenal. Saudara, ketika Paulus menyebutnya Hamba Kristus Yesus, itu artinya ia sedang bebicara tentang seorang hamba yang taat kepada Kristus, Tuannya. Seorang hamba yang dengan setia bergumul bagi jemaat yang dipercayakan Kristus kepadanya. Walaupun Epafras tidak setiap saat bersama-sama dengan jemaat Kolose oleh karena ia juga melayani di Laodikia dan Hierapolis, namun ia dengan setia memperhatikan jemaat Kolose. Ia benar-benar paham akan keadaan jemaat Kolose. Ia sadar akan sesuatu hal yang nampaknya tidak disadari oleh orang lain disana, yaitu ‘jemaat berada dalam bahaya penyesatan!’. Adanya ajaran sesat dan respon jemaat terhadap ajaran tersebut, akan merusak iman jemaat. Untuk itulah Epafras benar-benar bergumul, sebuah pergumulan yang memakan energi. Untuk mengungkapkan pergumulan Epafras Paulus menggunakan kata Yunani agwzimenoj yang langsung bisa dimengerti oleh jemaat yang berbahasa Yahudi sebagai pergumulan yang melibatkan usaha keras dan penderitaan di dalamnya. Dengan demikian semestinya jemaat Kolose bisa mengerti bahwa Epafras sungguh-sungguh perduli kepada mereka. Ia mendoakan mereka dengan sungguh-sungguh, dan pergumulan doanya adalah sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam Kol 4:12 dikatakan bahwa Epafras bergumul supaya mereka berdiri teguh sebagai orang-orang yang dewasa dan berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah. Saudara, Jemaat Kolose (dan juga semua orang Kristen) hanya bisa berdiri teguh dengan pertolongan Tuhan, ini disadari oleh Epafras dan ini juga yang hendak disampaikan Paulus melalui penggunaan bentuk pasif terhadap kata berdiri teguh (staqeth). Paulus ingin menekankan hanya oleh karya Illahi mereka bisa berdiri teguh menuju kedewasaan atau kesempurnaan. Kalau tadi dikatakan pergumulan Epafras ini sesuai dengan kebutuhan jemaat, itu dikarenakan mereka, oleh pengaruh ajaran sesat, sedang mengejar kesempurnaan melalui filosofi (2:8) dengan cara asketis, melalui pengalaman supranatural dan wahyu khusus, sama sekali bukan melalui Kristus. Epafras ingin mereka berdiri teguh menuju kesempurnaan di dalam Kristus dan membiarkan Allah mempertahankan kepenuhan yang sudah mereka miliki dalam Allah, yaitu keselamatan oleh Kristus (2:10). Untuk kebutuhan ini Epafras bergumul dalam doanya. Dan ternyata Epafras bukan cuma berdoa saja, tetapi juga berusaha mencari jalan keluar bagi masalah jemaat Kolose ini dengan menceritakannya pada Paulus yang masih dalam penjara dan meminta nasihat rasul ini tentang bagaimana menghadapi ajaran sesat tersebut. Saudara, bagi hamba Tuhan yang melayani tiga jemaat seperti Epafras, tentu hal ini tidak mudah. Tetapi inilah kenyataannya, Epafras bergumul, ia melakukan semua ini bagi jemaat Kolose. Selain dari Epafras, Paulus juga menyatakan adanya perhatian dari tabib Lukas, Demas dan dirinya sendiri. Secara khusus perhatian Paulus dinyatakan dalam ay. 18 (baca). Saudara, biasanya surat-surat Paulus ditulis oleh seorang juru tulis, tapi di ay. 18 Paulus berkata khusus untuk salam ini ia tulis dengan tangannya sendiri yang sedang terbelenggu. Paulus tidak akan pernah mau bersusah-susah menulis dengan tangan yang terbelenggu jika ia tidak memiliki perhatian yang besar terhadap jemaat Kolose. Illustrasi Saudara, beberapa waktu yang lalu, dengan nada sedih, seorang sopir di suatu gereja menyatakan kecemasannya akan kesehatan Pendetanya. Dengan sungguh-sungguh ia mengatakan “Kalau bapak Pendeta sakit, rasanya saya juga ikut sakit”. Dari nada suara dan kata-katanya nampaknya ada hubungan yang dekat sekali antara sopir ini dengan Bp. Pendeta tersebut. Dan ternyata memang sang pendeta tersebut selama ini sangat memperhatikan dan mengasihi orang-orang disekelilingnya dan menunjukkan kesungguhan pergumulannya bagi mereka, sopir itu hanya salah satu dari orang yang merasakan berkat dan dibangun oleh kesungguhan pelayanan dan pergumulan hamba Tuhan itu bagi mereka. Aplikasi Saudara, betapa senang bisa mendengar bahwa di zaman seperti ini masih ada hamba Tuhan yang demikian, mirip seperti Epafras dan Paulus. Akan tetapi mari kita coba mengamat-amati diri kita sendiri, adakah pergumulan kita bagi saudara-saudara kita menjadi bagian dari kehidupan kita senantiasa? Harus kita akui, bahwa saat ini ada banyak orang yang lebih senang diperhatikan daripada memperhatikan. Namun beranikah kita mengatakan bahwa kita tidak seperti itu dan tidak akan menjadi seperti demikian nantinya? Jujur saudara, hal ini tidak mudah. Kecenderungan manusia adalah lebih sering mendahulukan kepentingan dirinya dari pada orang lain. Lebih suka memikirkan kebutuhan-kebutuhannya sendiri yang tak habis-habisnya, daripada repot-repot memikirkan kebutuhan-kebutuhan orang-orang lain yang beraneka ragam jenisnya. Lebih rela berjuang mencapai yang diinginkannya sendiri daripada berjuang mencari cara agar orang-orang di sekitarnya tetap teguh dan tidak goyah. Saudara, kita butuh pertolongan Tuhan senantiasa, untuk bisa menjadi setia dalam pergumulan rohani dan pelayanan kita. Karena itu marilah kita membangun relasi yang baik satu dengan yang lainnya. AMIN. ======================================= | |