| |
Tema : MEREKA AKAN MELIHAT AKUNats : Matius 28:1-10Penulis : Samgar Theopilus Tujuan : Agar jemaat diteguhkan imannya
PendahuluanApa arti masa-masa kesengsaraan dan kemenangan Kristus bagi hidup kita ? Saya tidak berharap Jum’at Agung dan Paskah diperingati sebagai OPIUM bagi hidup kekristenan kita. Jika itu yang terjadi perayaan hanya melenakan jiwa kita sejenak, membuai hidup rohani kita, membuat kita sedih dan menangisi hidup dosa kita di saat itu saja. Apalagi tidak sedikit gereja mendorong jemaat pada masa-masa ini untuk berdoa, berpuasa dan membaca Firman Tuhan, namun seharusnya itu bukan dilakukan karena ADA hari raya yang agung dan besar semata.
Lihat kasus dalam peristiwa ritual ‘Jalan Salib’ yang dilakukan di Filipina, Spanyol atau di lain tempat. Yang akhirnya hanya sekedar dan sebatas ritual belaka, setelah itu apakah makna kekristenan selanjutnya di negara tersebut dan bagi umat kristiani di sana ? Tak lebih dari sekedar dari masa-masa untuk bersedih belaka.
Dan ironisnya akan berlanjut dengan ‘tingkah-laku’ umat Tuhan, yaitu ketika menandai dan memperingati hari Natal ? Natal bagi sebagian besar umat Tuhan tak lepas dari pemahaman hura-hura, sukacita, pesta, tukar kado, tidak ada doa & puasa, dll. Akibatnya makna hari-hari raya gerejani menjadi tidak pada tempatnya dan tumpah tindih. Paskah atau pesah (Ibr: פֶּסַח) mengandung makna: 1. Hari peringatan ‘kelepasan’ Israel dari gaya/cara, tingkah-laku dan paradigma BUDAK ke pola ‘bergantung’ kepada perintah Allah. Perhatikan mental (budak) mereka: + Sungut-sungut karena makan yang tidak seenak di Mesir. + Marah karena harus hidup susah. + Sudah mendapat ‘berkat’ namun merasa selayaknya Tuhan memberikan hal itu, sebagai akibat Tuhan menyuruh keluar. 1. Hari pengorbanan Yesus Kristus yang tidak sekedar melepaskan dari dosa namun agar kita ‘berbaikan dengan Allah’ (Rom 5:9). Dia mati supaya kita hidup, Ilustrasi: Musim hujan sudah berlangsung selama dua bulan sehingga dimana-mana pepohonan tampak menjadi hijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin. " Apa Khabar daun hijau!!" katanya. Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang. "Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kecil dan kurus, mengapa?" tanya daun hijau. "Aku hampir tdk mendapatkan dedaunan untuk makananku". "Bisakah engkau membantuku sobat?" kata ulat kecil. "Tentu … tentu… mendekatlah ke mari." Daun hijau berpikir, Jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau, hanya saja aku akan kelihatan belobang-lobang. tapi tak apalah. Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah makan dengan kenyang, ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas didalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlobang disana sini namun ia bahagia bisa melakukan bagi ulat kecil yang lapar. Tidak lama berselang ketika panas datang daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ketanah, mati. Tuhan Yesus telah melakukan hal yang sama demi untuk kehidupan manusia yang berdosa, Dia mati agar orang berdosa memperoleh hidup kekal.
Banyak orang mencari Yesus dan memandang Yesus sebagai seseorang yg hidupnya bisa menjadi bahan pelajaran; perlu dinikmati, yang kata-kata-Nya perlu diamati dan diuji, yang ajaran-ajaran-Nya dianalisis. Memang ini tidak salah, namun Ia juga harus menjadi suatu oknum yg harus dialami, dirasakan setiap hari bagi hidup kerohanian, sebab Ia hadir dan hidup ! Perhatikan bagaimana sebagian orang menjadikan Yesus bukan sebagai objek tetapi menjadi subjek hidupnya: Murid-murid perempuan tidak banyak tanya langsung menyonsong. Murid-murid perempuan tidak meragukan tetapi langsung peluk Dia. Murid-murid perempuan tidak tercengang tetapi langsung mendekati-Nya. Perjumpaan dan pengalaman dengan Yesus membawa banyak orang datang bersungkur, dan secara sadar dan rela mempersembahkan hidupnya.
Ilustrasi: 1. Cyprianus, (hidup di awal abad 3) lahir dari keluarga kafir dan mempunyai karir penting dalam pemerintahan dan dipersiapkan menjadi gubernur di Kartago, namun tiba-tiba pada tahun 245/6 ia meninggalkan karirnya ketika ia menjadi orang Kristen. Dan dia berkata:”aku sendiri begitu terjerat & terikat oleh masa laluku & tak yakin dapat lepas darinya…namun ketika hidupku dibasuh oleh Dia…kualami kelahiran baru…maka semua yg terasa sulit kini menjadi mudah”. Akhir pergumulannya membawa dia menjadi seorang Pendeta dan mati syahid pada tahun 258. 2. Seorang pembimbing (saya sewaktu) SMA, yang sedang menggumuli rencana masa depan hidupnya dan mempunyai kerinduan menyerahkan hidupnya untuk sepenuh waktu melayani Tuhan. Padahal usia sudah di atas kepala empat. Ini tentu dilakukan dengan kesadaran penuh dan kerelaan karena kasih Tuhan telah menjamah hidupnya. Ini sebagai hasil perjumpaan dengan Tuhan selama bertahun-tahun dari masa kuliah, bekerja dan berkeluarga. Perjumpaan orang-orang dengan Yesus ternyata dapat menimbulkan dampak : kebencian, kemarahan dan keinginan untuk membunuh Yesus atau Hidup bagi-Nya, yang bagi sebagian orang sebagai kebodohan.
Aplikasi: hidup yang bagaimana yang akan kita persembahkan kepada Dia ? Sangat mungkin kita bisa melayani / memberi tanpa kasih tapi tidak mungkin mengasihi tanpa melayani/memberi atau mempersembahkan !!!
v.10 “Pergilah ke Galilea ! Ada apa sih di Galilea ? - Galilea adalah kota kelahiran & awal dari pelayanan Yesus. - Daerah yang berbatasan dengan bangsa lain/non-Yahudi. - Daerah yang subur & penghasil minyak Zaitun yang banyak sekali. - Daerah yang penting, dimana murid-murid Yesus berasal dari sini, penduduknya padat. Dan yang terpenting dari sinilah Yesus memerintahkan mereka untuk bergerak ke Yerusalem à Yudea à Samaria à dunia. Perjumpaan dengan Yesus berdampak kepada semangat menginjili.
Ilustrasi: Albert Schweitzer (awal abad 20), yang oleh orang non-Kristen dijuluki Yesus ke 2, yang mempunyai 4 gelar Doktor (Filsafat, kedokteran, Musik dan Teologi) namun rela meninggalkan gelar dan mempersembahkan diri menjadi seorang misionari ke Afrika. Kisah Kasih saliblah yang telah menggerakkan dirinya dan rela meninggalkan ‘kenikmatan’ dunia yang telah diraih dan kesuksesan yang semakin besar. Kasih yang rela berkorban dari Yesuslah yang meneladani dirinya untuk juga berbuat serupa dengan meninggalkan seluruh atribut yang dimilikinya untuk pergi ke daerah yang sulit.
Aplikasi: apakah persamaan Galilea dengan kota Anda ?
v. 10 “..disanalah mereka akan melihat Aku.”
Hal ini sungguh mereka alami ketika Yesus akan naik ke surga. Semua orang merasakan dan takjub melihat Yesus. Mereka ingin terus bersama-sama Yesus, namun malaikat mengingatkan mereka. Albert Schweitzer berkata: ”kita mungkin mengira boleh memegang Yesus sehingga Dia hidup bersama di zaman ini tetapi Dia terlalu ajaib sehingga kita tidak dapat memegangnya.”
Saya memiliki kerinduan agar jemaat Tuhan dimana saja tidak hanya menyimpan Yesus untuk dirinya sendiri. Marilah kita berdoa agar jemaat gereja kita mempunyai motto “disanalah mereka akan melihat Aku”. Dalam minggu Diakonia ini , kiranya Departemen Diakonia bermotto seperti itu. Pelayanan kita dapat dirasakan dan dilihat jemaat, di luar jemaat, bahkan dalam masyarakat, sehingga mereka juga dapat melihat dan mengalami Yesus. Amin. שַמְגַּ - samgar theophilus θεόφιλε
=================================
| |