| |
HOPE FOR REVIVALPenulis : Irwan Pranoto Nats Alkitab : Yesaya 42 : 1 – 4 (ayat mas 3a) Tujuan : Agar jemaat memperoleh pengharapan akan kebangunan di dalam Yesus Kristus. Kebangunan harus dimulai dengan melihat keadaan diri yang lemah dan berdosa; Karena Tuhan mengasihi orang-orang yang sungguh sadar akan keberadaan dirinya dan yang berencana untuk membangun setiap orang yang demikian itu.
PendahuluanSaudara-saudara, ketika kedua gedung kembar World Trade Center yang demikian megah dan gagah itu hancur, banyak manusia mulai tersentak dan sadar akan kejahatan sesamanya, keterbatasan dirinya, dan kehampaan hidup. Kesombongan dan kecongkakan manusia seakan diremukkan tanpa arti. Di dalam hitungan menit, dua gedung kembar yang hebat, berikut ribuan jiwa manusia lenyap begitu saja. Tentu bukan berlebihan kalau tragedi ini dimengerti sebagai suatu pelajaran keras dari Allah bagi umat manusia modern yang sarat akan dosa ini. Dan ketika manusia mulai melihat kembali dirinya yang begitu berdosa dan tidak berdaya, saat itulah manusia membutuhkan yang disebut suatu pengharapan yang sejati, suatu pengharapan yang bisa mendatangkan kebangunan kembali dari keterputusasaan mereka. Di atas puing-puing harga diri mereka, kini perlu suatu kebangunan rohani yang jauh lebih berharga dari segalanya. Saudara-saudara, hal yang seperti ini tidak terjadi baru pada awal millenium ketiga saja, tetapi sesungguhnya sudah mewarnai seluruh sejarah kehidupan manusia. Allah sudah berulang kali mengingatkan manusia akan keberdosaan dan ketidakberdayaan mereka, tetapi manusia tetap bebal dan congkak, mereka terus mengulang untuk melawan Allah. Dan sejarah bangsa Israel adalah suatu contoh representasi yang tepat sekali untuk menunjukkan kebebalan manusia terhadap Allah. OrientasiDi dalam rencana-Nya yang kekal Allah telah memilih bangsa Israel untuk menjadi umat kepunyaan-Nya. Dari tanah Mesir Allah dengan dahsyat menunjukkan kepada bangsa itu bahwa merekalah memang yang telah dikhususkan oleh Allah. Allah berfirman: “Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-KU …. Dan Aku akan memberikan negeri Kanaan kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN” (Keluaran 6 : 6 - 7). Tetapi bangsa Israel berulang-ulang meresponinya dengan sungut-sungut bahkan pemberontakan. Bangsa yang terkenal tegar tengkuk ini membuat patung anak lembu emas dan menyembahnya; betapa hal ini membangkitkan murka Allah. Kalau bukan Musa yang kemudian memohonkan kemurahan Allah, tentulah api murka Allah yang dahsyat telah menghanguskan bangsa itu. Sesampainya di Kanaan, bangsa ini bukannya hidup taat di dalam anugerah Allah. Kitab Hakim-Hakim mencatat bagaimana dengan congkaknya mereka berulang kali melakukan yang jahat di mata TUHAN. Di bawah segala berkat Allah, mereka mengeluarkan buah yang pahit dan beracun. Demikianlah alur cerita kebebalan bangsa Israel ini terus berulang. Bahkan kemudian, mereka meminta seorang Raja sebagai pemimpin atas mereka, sama seperti bangsa-bangsa kafir yang tidak mengenal TUHAN. Dan memang para raja itulah yang kemudian sangat mempengaruhi kehidupan mereka khususnya dalam hubungan mereka dengan TUHAN. Kalau raja yang memimpin taat pada Allah dan menempuh jalan yang benar, semua akan mengikuti juga. Tetapi jika ia menyimpang dan berjalan di dalam gelap, maka semua akan sesat. Sampai kemudian Allah menyatakan murka-Nya dengan menyerahkan bangsa itu kepada bangsa kafir. Umat Allah ditawan sebagai korban kalah perang, dan itu semua adalah akibat dari ketidaktaatan mereka. Dan Nabi Yesaya dipanggil untuk bernubuat di tengah latar belakang yang seperti demikian. Secara khusus Nabi Yesaya dipanggil untuk melayani di Yehuda; pada waktu itu Kerajaan Utara sudah dikuasai oleh Asyur. Yesaya begitu menyadari kebebalan bangsanya. Ia melihat bagaimana Yehuda tidak mau bertobat juga, padahal mereka telah menyaksikan murka Allah yang dinyatakan atas kerajaan Israel. Apa yang mereka saksikan tidak menjadikan mereka hidup lebih benar dan dekat kepada TUHAN, malahan sebaliknya, mereka melupakan TUHAN. Dengan kegeraman hati yang Ilahi dan kesadaran diri yang mulia, Yesaya menyampaikan nubuatan-nubuatannya satu per satu, dan seiring dengan itu murka Allah benar-benar dinyatakan atas bangsa itu. Tidak ada lagi yang bisa mengelak dari teguran Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan, tidak ada lagi yang dapat menahankan amarah murka Allah yang dahsyat. Kehancuran demi kehancuran akan segera terjadi. Kepada bangsa ini telah dinyatakan akan penghukuman Allah yang akan segera terjadi, dan pasti terjadi, karena itulah bangsa itu menjadi sedih dan begitu putus asa. Dalam keadaan yang demikian, tidak ada lain yang dibutuhkan oleh jiwa-jiwa yang menyadari akan kesalahannya, selain dari pada pengharapan akan kemurahan dan pengampunan. Tidak ada lain yang dibutuhkan oleh mereka yang berputus-asa, selain dari pada pengharapan akan hari depan yang membangunkan. Tetapi dari manakah pengharapan mereka itu. Oh ….. saudara, Allah Israel adalah Allah yang tidak meninggalkan umat-Nya, Allah Israel yang murka tetap adalah Allah yang begitu penuh kasih. Ia hiburkan Yesaya, hamba-Nya yang memiliki kegeraman hati yang Ilahi dan kesadaran diri yang mulia itu dengan berita akan datangnya Mesias. Dan dengan itulah Yesaya memiliki kekuatan untuk menghiburkan umat atas perintah TUHAN: “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, ….” (Yesaya 40 : 1). Di tengah-tengah suasana penghiburan itu muncullah apa yang dikenal para Teolog Biblika sebagai “The Servant Songs”, yaitu nyanyian tentang Hamba TUHAN atau Ebed YAHWEH itu. Allah telah memilih EBED YAHWEH itu sebagai Pengharapan bagi umat. Suatu pengharapan akan kebangunan kembali di tengah keterputusasaan mereka. Dari Keempat “Servant Songs” itu (pasal 42, 49, 50 dan 52 – 53), dalam pasal 42 ini adalah yang pertama dan menuturkan tentang gaya pelayanan EBED YAHWEH. Saudara-saudara, bagian yang kita baca ini merupakan sebagian dari isi berita penghiburan Allah kepada umatNya. Penghiburan di tengah keterputusasaan karena menyadari ketidakberdayaan ketika akan menghadapi kehancuran. Sungguh pengharapan itu diberikan Allah melalui HambaNya, yang dengan kelembutan akan menyampaikan hukum Allah kepada dunia, yaitu hukum kasih setia itu sendiri. Figur siapa yang paling cocok untuk Hamba TUHAN ini, tentu saja TUHAN YESUS, dan memang Yesaya 42 : 1 – 4 ini dikutip dalam Matius 12 : 18 – 21 untuk menggambarkan Kristus. Dan salah satu kebenaran indah yang akan kita renungkan bersama pada hari ini adalah perihal gaya pelayanan-Nya yang tertulis pada ayat 3 a, dengan aplikasi yang jelas terlihat berhubungan dengan kebangunan yang kita harapkan tadi. “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, ….”. Suatu kebenaran yang mengajarkan kepada kita bagaimana TUHAN memberikan pengharapan kepada umat-Nya akan suatu kebangunan melalui Yesus Kristus, Sang EBED YAHWEH.
Saudara-saudara, pertanyaannya bagi kita sekarang adalah: Apa yang menjadi keistimewaan EBED YAHWEH ini sebagai pengharapan di tengah keterputusasaan? Paling tidak dari bagian ini kita dapat memikirkan dua kebenaran yang terkandung di dalamnya sebagai keistimewaan gaya pelayanan EBED YAHWEH berhadapan dengan buluh yang patah terkulai. Sehingga kita dapat melihat bagaimana umat dengan menyadari keberdosaan dan ketidakberdayaannya, dapat memperoleh pengharapan akan kebangunan melalui Kristus, yaitu:
1. EBED YAHWEH mengasihi buluh yang patah terkulai“Buluh yang patah terkulai” di sini menggambarkan suatu keadaan yang begitu lemah tak berdaya, suatu keadaan yang kalau digambarkan dengan satu kata, maka yang tepat adalah “NYARIS”. Buluh yang patah terkulai itu menunjukkan keadaan yang nyaris putus. Bahkan mungkin tanpa diputuskanpun buluh itu sebentar juga akan putus sendiri, keadaan yang begitu menunjukkan ketidakberdayaan yang serius. Kondisi kehidupan kerajaan Yehuda waktu itu sungguh cocok dengan penggambaran ini. Keterputusasaan mereka sungguh menunjukkan suatu keadaan yang nyaris itu, seakan sudah tidak ada lagi pengharapan, tidak ada yang dapat diandalkan, tidak ada lagi jalan keluar, selain daripada menunggu kehancuran. Bangsa kafir akan segera datang menghancurkan mereka, dan itu sungguh merupakan suatu keadaan yang menyedihkan. Di tengah kondisi demikian kebenaran ini berbicara, suatu sosok yang dalam ayat 1 – 2 digambarkan begitu berbeda dengan segala figur penguasa di dunia “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan …”. Sungguh penuh kuasa Figur ini dan sungguh lembut sifat-Nya, dan figur ini kemudian dikatakan akan menolong mereka karena “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya …” Mengapa ? Karena Ia akan mencari buluh yang patah terkulai itu, karena Dia mengasihi mereka. Ilustrasi Saudara-saudara sekalian, sebagai gambaran yang jelas marilah kita melihat figur Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya, Ia adalah Sang EBED YAHWEH itu dan Ia mengasihi buluh yang patah terkulai. Ia mengasihi mereka yang hina dan tidak berdaya, untuk itulah Dia datang, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit” (Matius 9 : 12). Dia datang bagi mereka yang sakit, bagi buluh yang patah terkulai. Karena Ia mengasihi mereka. · Kepada perempuan yang kedapatan berzinah, yang datang ke hadapan-Nya dengan tertunduk tanpa daya untuk membela diri, Dia berkata dengan penuh kasih: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi ….” (Yohanes 8 : 11) Itulah penghiburan bagi buluh yang patah terkulai. · Kepada seorang yang sudah sakit 38 tahun, yang setiap hari tanpa daya menunggu seorang yang berbaik hati mau menurunkan dia masuk ke dalam kolam Betesda ketika air kolam itu bergoyang, Yesus berkata: “Maukah engkau sembuh?” Suatu pernyataan kasih yang ditunggu 38 tahun oleh buluh yang patah terkulai, dan hari itu diberikan sebagai pernyataan kasih-Nya yang membangunkan. · Dengan lembut Ia berkata: “Kemarilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11 : 28). Ajakan yang manis ini sungguh memberikan siraman air sejuk bagi setiap jiwa yang berteriak putus asa, bagi setiap buluh yang patah terkulai. Oh saudara, adakah kisah-kisah itu menggetarkan hatiku dan hatimu, untuk datang kepada Dia hari ini dan menceritakan kepada-Nya keadaan kita yang patah terkulai, akan kekhwatiran kita yang begitu mudah untuk menjadi patah terkulai, dan dengan kasih-Nya Ia akan membangunkan kita. Ingatlah bagaimana kisah anak bungsu yang pergi meninggalkan Bapaknya untuk memuaskan kesenangan dirinya di waktu usia mudanya yang gagah dan kuat. Saudara, ketika kesulitan mulai menimpa dia, dan untuk makanpun dia harus mencoba melirik makanan babi, keadaannya yang tidak berdaya itu sungguh memprihatinkan, buluh yang patah terkulai itu sudah nyaris “putus”. Sampai dia teringat akan kasih bapaknya yang kemudian membuat dia bangun dan mulai berjalan pulang, kasih itu sanggup membuat dia bangun. Dan pengharapan kita adalah bahwa EBED YAHWEH itu mengasihi buluh yang patah terkulai seperti kita, seperti saudara dan saya, bahkan kasih-Nya itu telah dinyatakan-Nya melalui tindakan mati di kayu salib bagi kita. AplikasiSaudara-saudara adakah engkau dan saya hari ini merasa begitu lelah dengan segala macam pergumulan kita? Adakah kita mengalami begitu banyak kekecewaan yang membuat kita sudah berputus asa dalam hidup ini? Atau mungkin saat ini kita menyadari betapa rapuhnya sebenarnya kita ini? Saudara, Tuhan tidak pernah memandang rendah hati yang hancur datang kepada-Nya. Mari kita datang dan merasakan kasih-Nya yang akan membangunkan kita. Bahkan lebih dari itu, kita terpanggil untuk menjadi berkat bagi banyak lagi jiwa-jiwa yang ada dalam keberdosaan dan ketidakberdayaan. Mari kita bagikan kasih Yesus yang sudah menyentuh kita itu, yang sudah membangunkan kita itu kepada mereka semua yang membutuhkannya. Dan di sanalah pengharapan akan kebangunan yang lebih besar akan terwujud!
Kebenaran indah yang dapat kita lihat dari Sang EBED YAHWEH itu bukan hanya bahwa Ia mengasihi buluh yang patah terkulai, sehingga Ia dapat mendatangkan pengharapan akan kebangunan bagi mereka yang patah terkulai, tetapi juga bahwa: 2. EBED YAHWEH punya rencana yang indah atas buluh yang patah terkulaiSaudara-saudara, pada ayat ke empat kita melihat bahwa EBED YAHWEH itu sendiri mempunyai rencana dalam misinya di dunia ini, Dia mau menegakkan hukum di bumi dan sampai segala pulau mengharapkan pengajarannya. Bahkan pada ayat-ayat selanjutnya dikatakan bahwa ada rencana yang besar yang akan dinyatakan Allah kepada umat itu, yaitu bahwa Allah akan menjadikan mereka perjanjian bagi umat manusia dan terang untuk bangsa-bangsa. Alangkah indahnya ketika di tengah segala keterputusasaan orang boleh mengetahui bahwa ia bukan hanya dikasihi tetapi ia akan dijadikan lebih indah. Ada rencana yang akan dijalaninya, walaupun saat ini mereka ada dalam kondisi yang tidak berdaya. Dan itulah yang mendatangkan pengharapan akan kebangunan. EBED YAHWEH itu punya rencana yang indah atas buluh yang patah terkulai. Ilustrasi Saudara-saudara sekalian, mari kita kembali melihat figur Tuhan Yesus dalam pelayanan Nya, supaya kita dapat melihat penggambaran yang lebih jelas mengenai hal ini: · Tuhan Yesus dalam pelayanannya datang kepada para nelayan yang tidak mendapat perhatian dalam tingkatan masyarakat, bahkan pada waktu itu dikatakan mereka tidak mendapatkan ikan setelah semalaman pergi mencarinya. Dan Tuhan Yesus datang kepada mereka mengatakan: “Mari ikutlah Aku, dan Aku akan menjadikan engkau …” Frase yang indah yang ditujukan kepada mereka yang bukan siapa-siapa, Tuhan Yesus memanggil mereka untuk kemudian dijadikan orang yang berarti dalam pekerjaan Allah, Tuhan Yesus mempunyai rencana untuk mereka. Dan panggilan Tuhan Yesus itu bahkan juga diberikan juga kepada pemungut cukai, dan masih banyak lagi orang berdosa yang lain. · Kepada Saulus yang hari itu terpelanting dari kudanya dan jatuh rebah di tanah dan kemudian menjadi buta. Dia berkata: “Bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kau perbuat”. Dan Paulus mendapatkan pesan itu bahwa Ia adalah “alat pilihan bagi Tuhan” (Kisah Rasul pasal 9). Pernyataan inilah yang kemudian menjadi kekuatan bagi Paulus dalam setiap pelayanannya yang sungguh luar biasa bagi Tuhan, bahkan ketika dia merasa begitu lelah diapun mendapatkan kekuatan, dia terus berlari mengejar apa yang di depannya, dan dia memang mendapatkan mahkota yang sudah dijanjikan baginya itu. Aplikasi: Saudara-saudara, hari ini mengapa kita seakan begitu sulit untuk mengalami apa yang disebut kebangunan. Mungkin karena kita yang telah mengalami kasih Allah melalui keselamatan dan panggilan yang Dia berikan ini, terlalu bermanja-manja di dalamnya. Kita terlalu menikmati kasih itu sehingga kita lupa bahwa Tuhan punya rencana yang harus kita jalani. Saudara, ketika kita hanya menikmati kasih Tuhan tanpa kita mengingat bahwa Dia punya rencana atas kita, betapa mudahnya kemudian kita menjadi rapuh, tidak heran ketika pergumulan hidup itu kemudian datang menghampiri kita, dengan mudah kita kemudian menjadi patah terkulai. Saudara ketika, hal itu hari ini kita alami, ingatlah bahwa Allah mempunyai rencana atas kita. EBED YAHWEH itu memiliki rencana yang indah atas buluh yang patah terkulai. Mari kita mengingat bagaimana pada awal kita dipanggil Tuhan untuk menjadi anak-anak-Nya, bukankah kita memiliki suatu pengalaman yang merasa diri begitu tidak layak di hadapan Tuhan. Seperti buluh yang patah terkulai itu kita datang menghampiri Tuhan dengan pertanyaan, apakah benar Engkau mau mengampuni dan memakai aku sebagai alat-Mu, Tuhan? Siapakah aku ini sehingga berlayak untuk mengerjakan pekerjaan-Mu yang besar. Tapi Tuhan meneguhkan kita dan memampukan kita untuk mulai mengambil bagian dalam pelayanan-Nya. Sekarang, di dalam berbagai kesibukan kita menjalani kehidupan sebagai anak-anak-Nya, kita menghadapi begitu banyak godaan dan pencobaan, dan seringkali kita kemudian menjadi lelah dan putus asa. Mengapa kita begitu mudah menjadi patah terkulai? Seringkali hanya karena kita lupa bahwa Tuhan masih mempunyai rencana yang harus kita jalani! Tidak heran kalau kemudian kita gampang digoncang, baik oleh tekanan-tekanan hidup, maupun rayuan-rayuan pencobaan yang ingin menjatuhkan dan memutuskan kita. Oh saudara …. Mari kita mengingat bahwa kita ini hanya buluh yang menantikan bagaimana Tuan kita itu mengerjakan rencanan-Nya yang indah dalam hidup kita. Dan itulah bagian dari kebangunan kita yang diberi oleh Tuhan. Janganlah kita hanya menikmati kasih anugerah Tuhan tanpa kita mengingat rencana-Nya yang belum tuntas dikerjakan dalam diri kita, orang yang dipanggil oleh-Nya. Mari kita terus merenungkan akan rencana itu, dan kita boleh terus dibangunkan dalam kita menapaki jalan hidup kerohanian kita ini.
PENUTUPJim Faucett pernah mengatakan kalimat berikut: “It is misguided to think that God will revive a people who find no time to commune with him from the heart.” Saudara adakah kita menjumpai diri kita merindukan kebangunan yang dari Tuhan hari ini, kalau ada mari kita memohonkan Tuhan memberikan kepada kita kekuatan dan hikmat untuk terus memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan, sehingga kita boleh merasakan kasih-Nya yang akan membangunkan kita, dan kita boleh mengerti rencanan-Nya yang indah dalam hidup kita. Dan kebangunan itu akan mulai menjadi bagian dari hidup kita, untuk juga kemudian membangunkan yang lain, AMIN!
==============================================
| |