sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema               : DARI MATA TURUN KE HATI

Nats Alkitab     :  II Raja  5:1-27.

Penulis              :  Simon Petrus Agus Wahyudi

Tujuan              :  Agar jemaat  menyadari betapa berbahayanya dosa ketamakan, karena itu perlu suatu usaha untuk menghindari agar tidak jatuh ke dalamnya.

 

Pendahuluan

      Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus, ada pepatah yang mengatakan: Dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati.  Mungkin ada sebagian dari kita yang mengatakan: “ah …, itu kan hanya pepatah saja, mana mungkin di zaman sekarang pepatah tersebut bisa terjadi, mungkin akan lebih tepat kalau pepatah tersebut di ganti menjadi: “Dari mana datangnya cinta, dari dompet turun ke hati”.  Tetapi, saudara-saudara, ada juga yang mengatakan dan mungkin saudara-saudari yang hadir disini banyak juga yang sependapat dengan saya, bahwa: “pepatah itu memang benar, bahwa cinta memang berawal dari mata baru kemudian turun ke hati”.

      Saudara-saudara, cinta memang bisa berawal dari mata, terlebih jika cinta tersebut disertai dengan nafsu yang besar untuk memilikinya.  Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan istilah yang tepat untuk hal ini adalah dengan sebutan: “Ketamakan”. 

      Ketamakan merupakan suatu dosa yang sangat berbahaya, karena bila seseorang sudah dikuasai oleh dosa ketamakan, maka ia akan terus berusaha untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya.  Bahkan dengan menghalalkan segala cara, misalnya dengan melakukan dosa penipuan, dosa pencurian, dosa perzinahan dan bisa saja melakukan dosa pembunuhan.

      Jadi saudara-saudara,Setiap orang percaya harus menghindari dosa ketamakan karena dosa ini akan dapat melahirkan dosa-dosa yang lainnya. Lalu, Bagaimana caranya agar kita dapat menghindari dosa ketamakan sehingga kita tidak jatuh ke dalamnya? Saudara-saudara, dari pembacaan kita  ada beberapa kebenaran yang dapat kita pelajarai untuk menghindari dosa ketamakan tersebut, yaitu dengan cara: Penguasaan Diri.

      Dalam hal apa sajakah kita harus menguasai diri?

      Yaitu dalam hal: Melihat, Mengingini dan Memikirkan (3 M).

      Saudara-saudara, menguasai diri sendiri jauh lebih sulit dibandingkan dengan menguasai orang lain.   Salomo menggambarkan penguasaan diri sedemikian sulitnya sehingga dia katakan Amsal 16:32, bahwa orang yang dapat menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. 

      Saudara-saudara, masalah Hawa berdosa adalah karena dia tidak dapat menguasai diri,  yaitu pada saat  melihat buah pengetahuan itu, ia memandangnya sebagai sesuatu yang baik dan sedap untuk dimakan, kemudian Hawa mulai mengingini buah tersebut. Baginya  buah itu juga memberikan pengertian yang sama  yang dimiliki  Allah, ini  yang telah dikatakan oleh Ular. Maka selanjutnya yang dilakukan oleh Hawa adalah memikirkan kenikmatan jika ia menjadi seperti Allah, karena itu ia mengambil buah tersebut untuk dimakan. 

      Semua ini berawal karena Hawa  tidak dapat menguasai dirinya sendiri, sehingga ia telah melakukan dosa ketamakan, dan sebagai hukuman dari dosa ketamakan yang telah dilakukannya, Allah mengusir manusia dari taman Eden, hal ini dapat kita lihat dalam Kejadian  3:6. 

      Ilustrasi:

      Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, hal yang sama juga dialami oleh Gehazi bujang atau hamba dari nabi Elisa.  Pada awalnya mata Gehazi yang tidak pernah melihat harta benda yang demikian elok, banyak menjadi tergiur, II Raja 5:5. Ketika itu Naaman panglima raja dari negeri Aram yang menjumpai nabi Elisa untuk memperoleh kesembuhan dari penyakit kustanya, dengan membawa persembahan sebanyak sepuluh talenta Perak, enam ribu sykal Emas dan sepuluh potong pakaian.  Saudara-saudara, setalenta adalah sama dengan tiga ribu sykal atau tiga puluh empat kilogram.  Dalam Perjanjian Baru ini merupakan ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya, yaitu enam ribu Dinar. Sedangkan satu Dinarnya adalah sama dengan upah pekerja harian dalam satu hari.  Kalau diuangkan sekarang, jika upah pekerja sehari adalah lima ribu Rupiah, maka persembahan yang dibawa oleh panglima Naaman untuk nabi Elisa adalah sebesar tiga ratus juta Rupiah dalam bentuk uang Perak dan enam puluh juta rupiah dalam bentuk Emas.  Benar-benar merupakan suatu jumlah yang sangat besar.

      Ketika Gehazi melihat harta yang demikian yang banyak menjadi tergiur lupa daratan, dalam hatinya berpikir tuanku nabi Elisa koq begitu bodoh telah  menolaknya, uang demikian banyak sampai kapan dapat mengumpulkannya?  II Raja 5:16,Elisa berkata: Demi TUHAN  yang hidup, yang dihadapan-Nya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa.”  Pada  5:19b, “Setelah Naaman berjalan tidak berapa jauh dari padanya”, maka Gehazi berlari mengejar Namaan, sebab Gehazi betul-betul telah melihat Naaman pulang dengan membawa semua persembahan yang ditolak Elisa.  Bagi Gehazi, tuannya yaitu Elisa telah menyia-nyiakan kesempatan untuk memperoleh persembahan yang demikian banyak.  Gehazi berpikir, jika tuannya tidak mau, maka inilah kesempatan bagi dirinya untuk memperoleh semua harta benda tersebut. Karena itu Gehazi mengejar namaan untuk meminta harta tersebut. 

      Saudara-saudara, melihat sikap yang telah dilakukan oleh Gehazi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa Gehazi tidak dapat menguasai dirinya dan sangat tamak. 

      Hal ini berbeda dengan apa yang telah dialami oleh Tuhan Yesus saat pencobaan di padang gurun, ketika Ia diperlihatkan oleh Iblis semua kerajaan dunia dengan segala kemegahannya dan Iblis mengatakan bahwa semuanya itu akan diberikan kepada-Nya jika Tuhan Yesus mau sujud menyembahnya.  Tetapi dengan penguasaan diri yang sangat hebat, Tuhan Yesus berhasil memenangkan pencobaan itu dan berkata, “Enyahlah, Iblis!”, dan akhirnya Iblis meninggalkan Tuhan Yesus, hal ini dapat kita lihat dalam Injil Matius 4:1-11. 

      Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, setelah Gehazi tidak dapat menguasai dirinya dalam hal melihat, lalu Gehazi mulai mengingini harta yang dibawa oleh Naaman tersebut, hal ini  terlihat 5:20, “berpikirlah Gehazi, bujang Elisa, abdi Allah: “Sesungguhnya tuanku terlalu menyegani Naaman, orang Aram ini, dengan tidak menerima persembahan yang dibawanya.  Demi TUHAN  yang hidup, sesungguhnya aku akan berlari mengejar dia dan akan menerima sesuatu daripadanya.””. 

      Saudara-saudara, sumpah yang diucapkan Gehazi pada ayat ini, yaitu:

     “Demi TUHAN  yang hidup, sesungguhnya aku … akan menerima sesuatu dari padanya”, sangat kontras/ berlawanan sekali dengan apa yang telah diucapkan oleh nabi Elisa pada ayat sebelumnya, yaitu pada 5:16, “Demi TUHAN  yang hidup, … sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa.”  Kekontrasan/ perbedaan yang sangat jelas ini terlihat dalam tujuan untuk apa sumpah itu diucapkan.  Kalau kita lihat tujuan dari nabi Elisa mengucapkan sumpah tersebut, ia bersumpah untuk tidak akan menerima apa-apa, tetapi Gehazi mengucapkan sumpah tersebut, karena ia mengingini sesuatu dari Naaman.  Bahkan ada penafsir yang mengatakan bahwa sumpah dari Gehazi ini mendekati suatu penghujatan terhadap Allah atau dapat disejajarkan dengan ungkapan dalam bahasa Inggris, “Demi Allah!”. 

      Saudara-saudara, ketamakan Gehazi nampak pada penetapan yang ada di dalam pikirannya yang tidak bisa ia kuasai, yaitu untuk mengingini “sesuatu” dari Naaman, sesuatu dalam hal ini adalah harta yang telah di bawa oleh Naaman. 

      Saudara-saudara, meskipun sebetulnya Gehazi tahu dan bahkan sudah mengerti akan 10 hukum Taurat, khususnya hukum ke-sepuluh: “Jangan mengingini apapun yang dipunyai sesamamu“, lihat  Keluaran  20:17.  Karena Gehazi tidak bisa menguasai dirinya dalam hal mengingini,  yaitu sesuatu yang tamak ada di dalam hatinya,  dosa ketamakan. Yang jahatnya lagi, demi memuaskan kengingini hatinya untuk memperoleh harta yang dibawa Naaman gehazi telah mengucapkan sumpah yang mendekati kepada penghujatan terhadap Allah. 

      Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, setelah Gehazi tidak dapat menguasai dirinya dalam hal melihat dan mengingini, maka Gehazi terus melanjutkan aksi keberdosaannya itu, yaitu dengan memikirkan bagaimana caranya supaya keinginannya itu dapat terwujud.  Hal ini dapat kita lihat pada ayat selanjutnya, 5:21, “Lalu Gehazi mengejar Naaman dari belakang. Ketika Naaman melihat ada orang berlari-lari mengejarnya, turunlah ia dengan segera dari atas kereta untuk mendapatkan dia dan berkata: “Selamat!”. Sambil terus berlari, Gehazi dengan cepat memikirkan bagaimana caranya, lalu pada ayat 22 Gehazi sudah mendapatkan caranya yaitu, “Jawabnya: Selamat! Tuanku Elisa menyuruh aku mengatakan: … berikan kepada mereka setalenta Perak dan dua potong pakaian.“

      Saudara-saudara, dalam terjemahan bahasa Inggris, kata “Selamat” yang dipakai oleh Gehazi untuk menjawab pertanyaan tersebut diterjemahkan dengan “Semuanya baik!”.  

     Ada satu hal yang menarik tentang jawaban Gehazi ini, karena jawaban yang diberikan ini sama dengan jawaban yang diberikan oleh perempuan Sunem ketika ditanya oleh Gehazi, pada II Raja 4:26.  Kedua respon tersebut tidak benar, sebab perempuan Sunem itu sangat tertekan pada saat menjawab pertanyaan dari Gehazi tersebut.  Konsentrasinya adalah untuk mendapatkan sesorang yang dapat menolongnya, sedangkan Gehazi untuk menipu Naaman bagi keuntungan pribadinya sendiri.  

      Setelah mengatakan “Semuanya baik”, Gehazi melanjutkannya dengan membohongi Naaman demi kepentingannya sendiri dengan mengatakan, “Tuanku Elisa menyuruh aku mengatakan: …”.  Sedemikian hebatnya cerita yang dibawakan oleh Gehazi, sehingga sulit bagi Naaman untuk membedakan apakah Gehazi seorang yang baik ataukah seorang yang jahat?  Dan yang unik, Gehazi yang jahat itu malah mendapatkan hasil yang lebih besar dari apa yang ia minta.  Kalau di uangkan sekarang, maka Gehazi mendapatkan sekitar enam puluh juta Rupiah dalam bentuk Perak.  Dalam 5:26, Elisa mengatakan, dengan hasil yang telah terima Gehazi itu, sama halnya Gehazi memperoleh kebun-kebun, kebun zaitun, kebun anggur, kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan budak perempuan.  Sungguh merupakan hasil yang sangat besar yang telah diterima oleh Gehazi.

      Ilustrasi:

      Saudara-saudara, Yudas Iskariot salah satu murid Tuhan Yesus juga pernah melakukan hal yang sama, ketika ia menjual Tuhan Yesus dengan tiga puluh uang perak.  Hanya karena Yudas tidak bisa menguasai dirinya dalam menghadapi dosa ketamakan yang ada pada dirinya sendiri.  Inilah dosa yang sangat memalukan.

      Setelah Gehazi melakukan dosa ketamakan tersebut, lahirlah dosa yang lainnya yaitu dosa berbohong.  Hal ini dapat kita lihat pada 5:25, “Baru saja Gehazi masuk dan tampil ke depan tuannya, berkatalah Elisa kepadanya: “Darimana, Gehazi?” Jawabnya: “Hambamu ini tidak pergi ke mana-mana!”

      Seperti Yudas,  Gehazi juga tidak bertumbuh kerohaniannya, ia telah mendengar kata-kata dari tuannya, Elisa, bahkan ia sendiri telah menyaksikan karya-karya besar dari nabi Elisa, tetapi ia tetap berjalan pada jalannya yang serong.  Dan sepertinya ia mempunyai iman yang keliru. Penampilannya yang rohani menyembunyikan sesuatu yang jahat.  Hal ini menjadikan gambaran buat kita, bahwa penampilan luar yang baik tidak menjamin hatinya baik juga. 

      Aplikasi:     

      Saudara-saudara, sama seperti perumpamaan pohon Ara yang di kutuk oleh Tuhan Yesus, pohon Ara hanya menunjukkan kekuatannya hanya pada daunnya saja tanpa memberikan buah sedikitpun.  Seperti itu juga lah yang dialami oleh Gehazi karena dosa ketamakannya karena ia tidak bisa menguasai dirinya maka penyakit kusta yang diderita oleh Naaman melekat kepada Gehazi bahkan kepada anak cucunya juga sampai selama-lamanya.  II Raja 5:27. 

      Illustrasi

      Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, ketika Daud sedang berjalan-jalan di atas sotoh istananya, ia melihat Batsyeba yang sangat elok rupanya itu sedang mandi, kemudian timbullah keinginan dalam Daud. Hati Daud demikian mengingini Batsyeba, meskipun kemudian Daud mengetahui bahwa Batsyeba adalah istri dari Uria, salah seorang prajuritnya sendiri.  Tetapi karena rasa mengingini yang demikian kuat pada  Daud, maka Daud mulai memikirkan bagaimana caranya supaya ia mendapatka Batsyeba.  Akhirnya Daud menyuruh orang untuk mengambil Batsyeba dan Daud tidur dengannya, setelah itu mengandunglah Batsyeba. 

      Dan untuk menutupi dosa ketamakan sexnya itu, maka Daud memikirkan cara yang  licik, yaitu menyuruh Uria suami  Batsyeba untuk  pulang menghadapnya yang pada waktu itu sedang ikut berperang.  Setelah Daud menanyakan segala hal mengenai peperangan, malamnya disuruhnyalah Uria pulang meniduri isterinya Batsyeba, tetapi Uria tidak mau. Maka Daud berpikir cara yang paling baik untuk dapat menutupi dosanya adalah dengan membunuh Uria, dan akhirnya ia menyuruh untuk menempatkan Uria di barisan paling depan dalam pertempuran yang paling hebat, lalu menyuruh pasukan yang lainnya mundur supaya Uria mati terbunuh. 

      Akhirnya matilah Uria suami dari Batsyeba ini.Apakah sudah selesai? Belum.

      Hal ini sungguh merupakan perbuatan yang sangat jahat, bahkan jahat pula di mata Tuhan.  Dan sebagai akibatnya, Allah menghukum Daud dengan kematian anaknya yang pertama hasil hubungan gelapnya  dengan Batsyeba. Dan Allah juga yang paling mengerikan adalah hukuman Allah pada keturunan Daud, “Pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selama-lamanya.”

      Saudara-saudara, hanya karena Daud tidak bisa mengendalikan dirinya pada saat melihat, mengingini dan memikirkan Batsyeba,  akhirnya ia dan keturunannya harus menerima hukuman dan murka dari Allah.

     Aplikasi

     Saudara-saudara, menguasai diri bukanlah merupakan hal yang mudah, tetapi Rasul Paulus melalui suratnya kepada jemaat yang ada di Roma, menasehatkan kepada kita untuk menguasai diri bukan menurut ukuran kekuatan manusia. Tetapi menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kita, hal ini dapat kita lihat pada Roma 12:3.  Dengan tidak memikirkan hal-hal diluar kemampuan,  maka kita dapat dengan mudah menguasai keinginan-keinginan jahat yang ada dalam hati kita, sehingga kita terhindar dari dosa ketamakan dan juga  terhindar dari dosa-dosa  lainnya.

      Saudara-saudara, meskipun dunia sekarang menawarkan banyak sekali kemudahan dan kenikmatan, tetapi kita tetap harus berpegang teguh pada prinsip penguasaan diri  dalam segala hal, terkhusus penguasaan diri kita terhadap uang, karena cinta uang adalah akar dari segala kejahatan      (2 Timotius 6:10).  Dan upah dari dosa adalah maut (Roma 6:23a).  Untuk itulah maka sebagai orang percaya kita harus selalu dapat menguasai diri kita dalam segala hal supaya kita dapat terhindar dari dosa-dosa lainnya, yang nantinya hanya akan membawa kita kepada maut. 

      Penutup

      Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, dengan memiliki PD 3M, yaitu Penguasaan Diri dalam Melihat, Mengingini dan Memikirkan, maka sebagai orang percaya kita akan dapat menghindari dosa ketamakan yang sangat berbahaya tersebut.  Suatu dosa yang dapat melahirkan dosa-dosa yang lainnya.  

      Maukah saudara memiliki PD 3M tersebut? Amin.

 

 

=================================

Kristen Indonesia Online