sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema   :  KARYA PENEBUSAN KRISTUS

Nats     :  Ibrani 9 : 15 – 22, Yohanes 3 :16

Penulis     :Saumiman Saud 

Pemabacaan Alkitab hari ini terambil dari kitab Ibrani 9:15-22.dan Yoh 3:16.

Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu sudah mati.. Itulah sebabnya, maka perjanjian yang pertama tidak disahkan tanpa darah. Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air. Dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat sambil berkata: “ Inilah darah perjanjian yang ditetapkan Allah bagi kamu.” Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian dengan darah. Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hokum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. ( Ibrani 9 : 15-22) 

“Karena Begitu besar Kasih Allah akan dunia ini, sehinga IA telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya baranhg siapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16) 

Pendahuluan:

Dasar pandangan dunia tentang Surat Ibrani banyak diperdebatkan. Coba kita perhatikan, rupanya ada dualisme dalam Surat ini, yakni dualisme yang di atas dan di bawah – kawasan Surgawi yang segera - nyata dan kawasan Duniawi yang akan segera berlalu; juga dualisme Eskatologis yakni zaman sekarang dan zaman yang akan datang. Dalam hal karya Penebusan Yesus melalui konteks Alkitab yang kita baca, terdapat juga dualisme yakni konsep Perjanjian yang Lama dan Perjanjian yang Baru. Dalam seluruh Surat Ibrani, bagian ini merupakan perikop yang paling sulit dicerna, namun para pembaca asli pada waktu itu tidak mengalami kesulitan, sebab cara-cara penguraiannya tidak asing bagi mereka, sehingga mereka cukup familiar dengan  istilah-istilah yang dipakai.  

Berbicara tentang Penebusan Tuhan, maka kita tidak boleh melupakan Perjanjian-Nya. Perjanjian itu sendiri merupakan hubungan antara Allah dan manusia. Perjanjian yang pertama tergantung pada ketaatan manusia terhadap hukum. Kalau manusia melanggar hukum, maka perjanjian itu akan menjadi batal, tetapi kalau manusia taat pada hukum maka Perjanjian tersebut berlangsung terus. Kita harus ingat bahwa bagi penulis Surat Ibrani agama berarti jalan masuk kepada Allah, oleh sebab itu arti pokok dari “Perjanjian” yang di sahkan oleh Yesus Kristus adalah supaya manusia dapat sampai kepada Allah atau dapat bersekutu dengan Allah. Tetapi justru di sini terdapat kesulitan, sebab manusia yang datang pada pada “Perjanjian” yang baru ternyata sudah penuh dengan noda dan dosa. Melalui ritual (upacara) korban yang lama tidak berdaya, itu sebabnya perlu ritual (upacara) korban yang baru, yakni melalui Yesus Kristus. Itulah yang kita sebut dengan Karya Penebusan Kristus.  Hari ini kita akan coba menelusuri, apa sesungguhnya makna Karya Penebusan Kristus melalui perjanjian-Nya. Saya mencoba merangkumnya dalam tiga bagian. 

  1. KARYA PENEBUSAN KRISTUS MENGHASILKAN PERJANJIAN YANG BARU

 Penulis Surat Ibrani ini sebenarnya mempunyai pemikiran yang luar biasa dan mengatakan bahwa korban Yesus Kristus berlaku surut. Artinya , Korban Yesus Kristus berkuasa menghapus dosa-dosa manusia yang dilakukan di bawah perjanjian lama dan juga berkuasa mengesahkan persekutuan yang dijanjikan di bawah perjanjian yang baru. 

Semenjak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, maka hubungan Manusia dengan Allah menjadi putus. Itu sebabnya diperlukan “pengantara” supaya manusia bisa kembali berhubungan dengan Allah juga termasuk permohonan pengampunan dosa. Di dalam Perjanjian yang lama kita kenal si “pengantara” itu adalah Imam Besar. Pada ayat-ayat sebelumnya kita melihat Imam Besar itu membawa korban lembu jantan dan kambing jantan. Ini menunjukkan korban besar pada Hari Penebusan. Lembu jantan dikorbankan untuk Imam Besar supaya menebus dosanya sendiri, sedangkan kambing jantan digiring ke padang gurun untuk menyucikan dosa-dosa umat (lihat Imamat 16 :15,21,22).  

Kita tahu Imam Besar itu adalah manusia, tentunya mereka juga mempunyai dosa. Itu sebabnya sesungguhnya Imam Besar juga merasa cukup gentar ketika memasuki Ruang Maha Suci. Tanpa penyucian dosa yang benar, akan berakibat fatal yakni kematian. Itu sebabnya sesuai tradisi, ketika Imam Besar itu memasuki Ruang Maha Suci, kaki mereka diberikan lonceng dan diikatkan dengan tali. Tujuannya adalah apabila Imam Besar mendapat Murka Allah di dalam Ruang Maha Suci tersebut, maka mayatnya bisa ditarik keluar tanpa harus memasuki Ruang tersebut, sebab kecuali dia tidak ada orang lain yang boleh masuk Ruang tersebut. Di sinilah terletak kelemahan Perjanjian yang lama itu.  

Mengapa dikatakan perjanjian yang lama itu mempunyai kelemahan? Sebab Imam Besar harus setiap tahun membawa korban persembahan dan dilakukan berulang kali. Selain itu yang dikorbankan adalah darah binatang, semuanya untuk menutupi dosa umat Israel. Imam Besar itu akan meninggalkan Ruang Maha Suci untuk memberkati Umat-Nya. Sedangkan Perjanjian Baru hanya melalui satu korban yakni Yesus Kristus, dengan Darah-Nya sendiri, IA mempersembahkan Diri-Nya sebagai korban untuk menghapus dosa umat manusia dan ini berlaku bagi setiap orang. IA saat ini sudah berada di Sorga dan suatu saat akan datang untuk membawa Umat-Nya masuk ke Sorga. Inilah Perjanjian yang Baru, sifat-Nya kekal sekali untuk selama-lamanya. Dengan kata lain, untuk menghasilkan perjanjian yang baru, perlu adanya pengorbanan, dan pengorbanan Tuhan Yesus merupakan pengorbanan yang Agung; “Tidak ada seorang pun yang pernah mengalami kematian seperti kematian Yesus Kristus. Ia telah dibuat menjadi dosa karena kita” (lihat 2 Korintus 5:21; 1 Petrus 2:24). 

Ketika Charles Haddon Spurgeon masih menjadi seorang pengkhotbah muda di London, pelayanannya yang berhasil telah menimbulkan iri hati diantara beberapa tokoh Agama; dan mereka senantiasa menyerang dia dengan berbagai fitnahan dan gossip. Kotbah-kotbah Spurgeoin disebut “sampah” atau “omong kosong” dan ia juga disebut “seorang aktor” dan “pelawak mimbar”. Bahkan setelah pelayanannya berkembang dengan mantap, Spurgeon masih tetap difitnah oleh pers (termasuk pers Agama), dan hal ini membuat Spurgeon patah semangat.

Setelah membaca suatu laporan pers yang sangat kasar dan keji, Spurgeon berlutut di hadapan Tuhan Yesus dan berdoa, “Oh, Tuhan Yesus, Engkau membuat diri-Mu kehilangan nama baik-Mu karena saya. Sebab itu, saya bersedia mengorbankan nama baik saya untuk-Mu.” Sejak saat itu, ada damai di dalam hati Spurgeon. Ia tahu bahwa Imam Besar Agung-Nya mengerti kebutuhannya dan akan memberikan kasih karunia yang diperlukan tiap-tiap saat. 

Seberapa pengorbanan kita? Apakah pengorbanan anda saat ini sia-sia? Tentu tidak!! Apapun yang anda lakukan untuk Tuhan, sesungguhnya kita tidak layak menyebutnya sebagai pengorbanan. Sebab Dia bukan hanya mengorbankan perasaannya, tetapi juga nyawa-Nya bagi kita. Pengorbanan kita yang sedikit apakah sebanding ?  

  1. KARYA PENEBUSAN KRISTUS MENGHASILKAN WARISAN KEKAL

Kata yang dipakai untuk “Perjanjian” di dalam konteks ini adalah “ diatheke”. Kata ini sendiri mempunyai dua arti, secara rohani atau kristianidiatheke” berarti perjanjian. Sedangkan penggunaan secara sekuler berarti “wasiat” atau “warisan” . Sampai ayat 15 penulis Surat Ibrani memakai kata diatheke itu dalam arti kristiani, yaitu perjanjian. Namun sekonyong-konyong tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu ia merubah penggunaan diatheke dalam arti wasiat. Surat Wasiat baru berlaku kalau si pembuat surat itu mati. Karena itu diatheke yang baru atau Perjanjian (wasiat) yang baru tidak berlaku tanpa adanya kematian, dalam hal ini kematian Yesus. Perjanjian lama tidak mampu melaksanakan penebusan secara total terhadap dosa-dosa manusia, dan tidak bermakna kekal bahkan penebusannya dilakukan terus-menerus (bandingkan dengan Ibrani 10: 1,2). Di dalam Hukum Taurat keselamatan merupakan bayangan, sedangkan di dalam Kristus keselamatan merupakan kenyataan. Oleh karya Kristus ini, orang percaya beroleh kepastian bahwa mereka bukan lagi orang –orang berdosa, melainkan manusia yang telah disucikan dan dikuduskan dari segala noda dan kesalahan dosa. Inilah warisan yang kekal itu, suatu warisan yang hanya dimiliki oleh anak-anak-Nya, sebab mereka percaya kepada-Nya. Suatu warisan yang baik tentunya. Apakah ada warisan yang tidak baik? Ada saja, sebab kalau warisan itu berupa hutang, tentunya tidak baik bagi kita bukan? 

Baru-baru ini secara sekilas saya menonton sebuah film di Televisi, judulnya saya kurang jelas. Namun inti ceritanya kira-kira sebagai berikut: “ Diceritakan di Amerika ada seorang ibu yang bernama Jeane. Jeane ini mempunyai seorang anak laki-laki dan seorang suami yang baik, keluarga mereka cukup bahagia dan saat ini dia sedang hamil anak yang ke dua. Namun di saat-saat ini Jeane senantiasa terganggu suatu khayalan dan bayangan akan sebuah keluarga O Niel pada masa lalu. Satu keluarga yang terdiri dari empat bersaudara, mempunyai seorang ibu yang baik bernama Mary, namun sang suami sangat kejam. Nafsu sex begitu menguasai sang suami, sehingga walaupun dokter sudah memperingatkan suaminya bahwa ibu Mary tidak boleh hamil lagi, tetapi tetap saja tetap saja ia hamil, sehingga tatkala melahirkan anaknya yang ke lima, anaknya berwarna biru dan ia beserta anaknya tidak dapat tertolong. Setelah ibu Mary meninggal, tingkah-laku sang suami bertambah kejam, sehingga membuat anak yang terbesar Sony tidak sanggup melihat keadaan ini. Sony merasa kasihan pada adik-adiknya sehingga mengirim adik-adiknya ke panti Asuhan. Demikian kekejamam sang Ayah terus bertambah, membuat Sony ikut lari dari ruamahnya. Selain merasa bersalah telah memisah-misahkan adik-adiknya, juga ia merasa bersalah pada ayahnya. Sekarang sudah 30 tahun berlalu, bayangan itu menghantui seorang ibu yang bernama Jeane, walaupun ia sesungguhnya bukan orang Irlandia. Bayangan ini begitu menghantui Jeane, seakan-akan sepertinya ia mengalami peristiwa itu sendiri, sehingga ia tidak tahan dan bertekad menuju ke Irlandia untuk mengetahui dengan jelas keadaan yang sebenarnya. Jeane sudah menulis surat kepada empat belas keluarga yang bernama O Niel di Irlandia, namaun tidak satu pun keluarga tersebut yang mengenal O Niel yang dalam bayangannya. Untuk berangkat ke Irlandia rasanya tidak mungkin, sebab biaya yang diperlukan cukup besar. Atas kemurahan mamanya, Jeane memperoleh tiga lembar tiket untuk menuju ke Irlandia. Di Irlandia dengan segala susah payah, melalui bantuan seorang pastor di gereja ia berhasil menemukan arsip keanggotaan gereja Keluarag O Niel ini, sehingga dengan demikian ia dapat bertemu dengan Sony. Selanjutnya melalui bayangan khayalannya, Jeane juga berhasil menghubungi saudara-saudara Sony yang lainnya. Saat itu mereka semua sudah lanjut usia.” Pada saat keempat saudara tersebut betemu, maka pastor yang mendampingi Jeane berkata : Jeane telah melakukan sesuatu karya yang Agung dalam sebuah keluarga yang sudah tercerai-berai, patut di contoh” Ini prilaku yang baik, seharus prilaku baik seperti ini bisa diwariskan kepada “Jeane- Jeane Yunior” lainnya. 

Hari ini apa yang menjadi warisan anda buat para generasi muda atau orang-orang di sekitar anda? Apakah suatu keteladanan atau suatu kebiasaan buruk?

Betapa bangganya  anda bila anda yang begitu setia melayani Tuhan, dapat mewariskan kesetiaan pada anak-anak anda?

Betapa bangganya anda bila anda yang begitu tekun dan taat pada firman Tuhan dapat  mewariskan pada anak-anak  ketekunan dan ketaatan belajar firman Tuhan!

Betapa bangganya anda bila anda yang begitu setia membayar perpuluhan, mewariskan kesetiaan ini juga bagi anak-anak anda?

Tetapi, saya tidak bertanggung jawab bila, anda mewariskan kebiasaan buruk buat mereka? Ketika ada sedikit persoalan anda merasa tersinggung dan sakit hati. Ketika ada masalah anda meninggalkan pelayanan di gereja atau pindah gereja .

  1. KARYA PENEBUSAN KRISTUS MENGHASILKAN PENGAMPUNAN 

Selain Perjanjian yang baru dan warisan kekal, kita akan melihat lagi suatu Karya Penebusan Kristus yakni Pengampunan. Pengampunan itu sesuatu yang mahal harganya, mengapa mahal? Sebab tidak dapat dihargai dengan uang! Seandainya uang bisa membeli pengampunan, tentu semua orang dapat dengan begitu gampang melakukannya. Ketika Tuhan Yesus digantung di atas kayu salib, IA megatakan Ya Bapa…ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” Ini suatu pengampunan yang tanpa pamrih tentunya, dan jelas sulit dilakukan oleh manusia. Yesus tidak menerima uang dari para perajurit itu sehingga membuat-Nya mengatakan kalimat itu. 

Sebagai umat manusia yang berdosa kita besyukur pada Tuhan, sebab dosa kita sudah ditebus dengan darah-Nya yang Kudus. Seharusnya kita ini dikucilkan, tetapi karena pengampunan dan pengorbanan dari Tuhan kita tidak dikucilkan bahkan hutang kita justru dihapus, pelanggaran diampuni dan penghalang disingkirkan. Pengorbanan Yesus membuka hidup baru untuk hari depan, jalan menuju persekutuan dengan Allah telah terbuka. Allah yang karena dosa-dosa kita telah menjadi terasing bagi kita, namun karean pengorban-Nya ia menjadi sahabat kita. Itulah yang dikatakan dalam Surat Ibrani ini , IA menebus pelanggaran-pelanggaran kita yang bagi saya bisa diartikan dengan Pengampunan.  

Karya Penebusan berupa Pengampunan itu berarti pembebasan dari sesuatu yang jahat dengan pembayaran suatu harga, artinya lebih dari sekadar pembebasan saja. Di dalam ayat 15 ini kata “penebusan” dihubungkan dengan peristiwa kematian Tuhan Yesus. Ide dasarnya adalah Kristus telah membeli kita dengan mengorbankan darah-Nya. Bagi seorang manusia yang sudah ditebus, ia tidak boleh lagi meratap masa lalunya, tetapi lebih dari pada itu, IA harus melihat jauh ke depan, atas kemerdekaan yang sudah dimiliki. Dalam 1 Korintus 6: 20 Paulus mengatakan “ Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, kemudian Paulus melanjutkan lagi : oleh sebab itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu” Orang yang ditebus Allah dengan darah-Nya,  memperoleh pengampunan dari Tuhan, maka orang tersebut harus menjadi milik Allah. Mereka harus memperlihatkan dalam hidup mereka, bahwa mereka tidak lagi tertawan dari mana mereka dilepaskan. Bahkan mereka diberi nasihat supaya “berdiri teguh di dalam kemerdekaan yang di dalamnya Kristus telah memerdekan kita” (Galatia 5:1). 

Kita harus tahu konsep pengajaran tentang pengampuan yang diajarkan Tuhan Yesus. Seperti apa ditanyakan oleh Petrus, bagi Tuhan Yesus pengampunan kepada orang lain bukan hanya tujuh kali tetapi tujuh kali tujuh puluh kali, yang jikalau diterjemahkan dalam bahasa kita adalah selama-lamanya. Satu-satunya alasan, mengapa kita harus mengampuni orang lain, karena Tuhan Yesus yang kita sembah itu telah mengampuni kita terlebih dahulu, apa pun kesalahan kita. Inilah karya Kristus yang Agung itu.  
Amin.
 ==================================