sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema    :    KARYA ROH KUDUS

Penulis         :      Ruth Tanti

Nats             :      Yohanes 16:4b-15

Tujuan        : Agar jemaat memahami peranan Roh Kudus dalam hidup mereka dan memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus. 

 

Pedahuluan

Pada tahun 1960, dua orang ilmuwan dari Universitas Michigan Amerika, yakni Dr. Eron dan Dr. Huesman – psikolog dan periset – memulai suatu pengujian longitudinal terhadap sekitar 800 anak usia delapan tahun. Dari hasil kajian dan penelitian itu, mereka mendapati bahwa anak-anak yang berjam-jam menonton film-film keras lewat televisi ternyata memiliki kecenderungan untuk lebih agresif di ruang kelas maupun di tempat bermain. Setelah berusia 11 hingga 22 tahun kemudian, kedua peneliti itu mengecek kembali anak-anak ini dan mendapati bahwa anak-anak usia 8 tahun yang agresif tadi menjadi lebih agresif lagi ketika mereka mencapai usia 19 dan 30 tahun, dan kalau diperbandingkan dengan rekan-rekan mereka yang waktu menontonnya lebih sedikit, ternyata mereka menimbulkan masalah-masalah yang lebih parah, seperti tindak kekerasan dalam rumah tangga dan pelanggaran lalu lintas.

Saudara, televisi memang cuma sebuah benda elektronik temuan manusia pada abad 19. Tetapi fakta tersebut menunjukkan bahwa benda ini memberikan pengaruh yang sangat besar di dalam sejarah perkembangan perilaku hidup manusia sepanjang abad ini. Namun ada kuasa yang jauh lebih besar yang memberikan pengaruh yang jauh lebih besar daripada benda elektronik itu. Kuasa tersebut datang dari Roh Kudus yang kehadiranNya kita peringati pada saat ini. 

Saudara, melihat betapa dahsyatnya karya Roh Kudus itu, maka kita dapat meyakini kalau Roh Kudus telah hadir ke dunia ini akan terus melakukan tugas yang telah dimandatkan oleh Bapa kepadaNya. Namun tugas seperti apa yang diberikan oleh Bapa kepada Roh Kudus? Melalui perikop yang kita baca, kita dapat melihat bahwa tugas yang dimaksud adalah:

1. Menyadarkan dunia akan dosa (16:8b, 9)

Saudara, sejarah mencatat bahwa Rasul Yohanes – anak Zebedeus – ini menulis Injilnya ketika ia sedang berada di kota Efesus. Suatu kota di mana orang-orang Yahudi perantauan dan orang-orang Kristen non-Yahudi yang berlatar belakang Helenis (orang Yahudi berbudaya Yunani) tinggal. Kalau kita perhatikan tulisannya dengan seksama, jelas ia mau menjelaskan kepada para pembaca kitab ini bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Allah.

Oleh sebab itu di dalam kitab ini, kita akan mendapati tema-tema utama dalam kitab ini, selalu menghadapkan pembacanya pada suatu gambaran tentang relasi atau hubungan antara Anak dan Bapa. Kalau kita lihat, semuanya ini bertujuan untuk mengantarkan pembaca kepada pemahaman akan hubungan itu yang kemudian diarahkan kepada konsep Allah Tritunggal.

Selain itu, kalau kita lihat bagaimana Yohanes menjelaskan konsep ini, terlihat dengan jelas kalau ia memanfaatkan cara-cara filsafat untuk menjelaskan konsepnya itu. Hal ini mungkin disebabkan karena masyarakat pada waktu itu sedikit banyak telah dipengaruhi oleh filsafat yang berkembang pada waktu itu, di mana salah satunya adalah Gnostisisme.

Gnostisisme adalah suatu paham atau filsafat Yunani yang memiliki kepercayaan bahwa alam ini memiliki dua dunia. Yaitu dunia roh dan dunia materi. Dunia roh adalah tempat di mana Allah berada, suatu tempat yang murni dan suci. Sebaliknya dunia materi adalah tempat di mana kita berada, suatu tempat yang jahat dan buruk. Dan menurut mereka karena Allah itu suci dan murni, maka Allah tidak dapat berhubungan dengan dunia kita ini. Oleh sebab itu, keselamatan tidak ada kaitannya dengan dunia ini, dan harapan terbaik yang dapat diharapkan oleh seseorang adalah meloloskan diri ke dunia roh dan menemukan kebahagian sejati.

Dengan latar belakang kepercayaan seperti itu, tidak heran kalau pada waktu itu sering dijumpai orang-orang yang sikap hidupnya cenderung ekstrim. Misalnya orang-orang yang berusaha melepaskan diri dari cengkeraman dunia materi lewat bertapa secara ketat dengan suatu tujuan untuk melepaskan diri dari ikatan dunia materi, dan meloloskan diri ke dalam dunia roh.

Ajaran itu telah membutakan orang-orang pada waktu itu, sehingga tidak heran apabila pada akhirnya mereka menolak untuk mempercayai pemberitaan tentang karya Kristus di dalam hidup mereka. Karena itulah, Rasul Yohanes menulis Injil ini dengan harapan agar mereka dapat mengerti kebenaran-kebenaran Allah dan mempercayaiNya.

Saudara, kalau kita lihat dalam bacaan kita hari ini, khususnya pada ayat 8, di sana ada hal yang menarik, di mana kata “menyadarkan” yang digunakan, dalam bahasa aslinya merupakan istilah atau terminologi hukum, di mana terminologi tersebut memiliki arti mendakwa atau memberikan bukti-bukti kesalahan, sehingga orang dapat diyakinkan akan kesalahan yang telah dilakukannya itu. Lebih jauh lagi istilah tersebut memberi kita suatu penjelasan demikian: bahwa menyadarkan adalah adanya suatu putusan pengadilan di mana kesalahan dari seseorang yang telah melakukan kejahatan di meja penghakiman telah ditetapkan dan ditegaskan dalam undang-undang.

Istilah ini oleh Yohanes dipakai untuk menjelaskan kepada kita bahwa Roh Kudus ternyata tidak hanya mendakwa dosa manusia saja, tetapi Ia juga membuat manusia berdosa tidak dapat mengelakkan kesalahannya  dari hadapan Allah, dan Ia juga yang membuat manusia berdosa akhirnya menyadari lalu kemudian malu dan berteriak membutuhkan pertolongan Tuhan.

Setelah Tuhan Yesus mengatakan bahwa Roh akan menginsafkan dunia akan dosa, lebih lanjut di ayat 9 Ia berkata “akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepadaKu” (16:9). Ini berarti bahwa  manusia berdosa meletakan diri dalam ketidak percayaan  pada Kristus atau dengan kata lain adalah merupakan hal yang sangat fatal di hadapan Allah jika manusia tidak mampu untuk percaya kepada Kristus.

Dikatakan fatal karena dosa itu berarti pemberontak atau penyelewengan manusia dari standar atau hukum yang telah ditetapkan oleh Allah. Dosa juga berarti menolak segala sesuatu yang dikerjakan oleh Allah dan Kristus. Rasul Yohanes memakai kata “dosa” tersebut dalam bentuk tunggal, di mana hal ini tidak diarahkan pada tindakan-tindakan jahat manusia secara satu per satu, melainkan pada satu prinsip yang menggerakkan manusia itu menuju pada jalan yang sesat.

Itulah persoalan dasar tentang dosa, namun kuasa dan kedahsyatan dosa  telah menjerumuskan kita menjadi budak-budak  dosa. Syukur kepada Allah, karena Anak Domba Allah dalam kematianNya sebagai korban telah menghapus dosa Saudara dan saya. Dan Roh Kudus telah memberi kesadaran pada  kita agar dapat  percaya kepada Kristus yang telah menghapus segala dosa kita dan  mengakui  dihadapanNya bahwa kita adalah manusia celaka, manusia yang tidak berarti, manusia yang tidak dapat membanggakan diri, dan manusia yang tidak bisa menyelamatkan diri dari hukuman neraka. 

Ilustrasi

Di suatu desa di India ada seorang misionaris menceriterakan kepada penduduk desa itu tentang Kristus dengan menggunakan gambar-gambar slide yang diproyeksikan pada suatu tembok putih. Ketika gambar salib itu dipertunjukkan, tentunya dengan penjelasan secara tiba-tiba ada seorang maju ke depan dan berteriak: “Turunlah, akulah yang seharusnya tergantung di kayu salib itu, dan bukan Engkau.”

Aplikasi

Siapakah yang memberi kesadaran kepada manusia tentang dosa seperti itu? Apa yang membuat seorang yang telah tersalib dan dianggap sebagai penjahat di Palestina 2000 tahun yang lalu itu dapat membuat terharu banyak orang di sepanjang abad sampai pada hari ini? Manusia di manapun ia berada tidak sanggup melakukan pekerjaan itu dari dirinya sendiri. Hanya Roh Kuduslah yang membeberkan dan menyatakannya itu semua. Inilah karya Roh Kudus, karya yang dahsyat yang membuat manusia, Saudara dan saya untuk kembali kepada Kristus. 

2. Menyadarkan dunia akan kebenaran (16:8c, 10)

Konsep kebenaran yang dimaksudkan Yohanes dalam ayat ini adalah kebenaran yang hakiki yang berasal dari Allah. Konsep kebenaran ini dimunculkan dalam tulisannya untuk meluruskan konsep-konsep kebenaran ala manusia pada masa itu yang banyak diwarnai dan dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Yunani dan  saya yakin konsep itu masih ada dan berlangsung terus mungkin tanpa sadar juga ada dalam kehidupan kita  kini.

Contohnya, kebenaran ala Helenis adalah kebenaran yang mengandalkan mutu ucapan dan mengandalkan keberadaan dan upaya hidup manusia, dimana kebenaran ala mereka itu justru melahirkan kepalsuan dan kepura-puraan dalam hidup manusia. Hal ini sungguh sangat berbeda dengan kebenaran yang dimaksud oleh Allah. Sebab kebenaran Allah adalah kebenaran yang digambarkan dalam hidup Kristus, artinya, kebenaran itu sesungguhnya adalah karena Kristus telah hidup menjalankan standard absolut yang ditetapkan oleh Allah baik dalam segala pikiran dan tindakanNya. Dan semua yang dikerjakan Kristus itu setara dengan apa yang dikehendaki BapaNya seperti bahwa Ia harus dipersalahkan, dianggap jahat, dihina, dipandang sebagai penyesat orang Yahudi dan Romawi, disalibkan, dan mati untuk manusia berdosa.

Saudara, itulah kebenaran Kristus. Kebenaran yang membuktikan bahwa kebenaran manusia tidak ada yang menyamai kebenaranNya dan konsekwensi kebenaran itu membuahkan penetapan diriNya sebagai standard untuk semua kebenaran manusia. Frasa “Aku pergi kepada Bapa” menjelaskan bahwa melalui kebangkitan itu penyataan tentang diriNya sebagai Anak Allah terbukti benar. Kebangkitan dan kemudian kenaikanNya ke sorga menunjukkan suatu kebenaran bahwa Ia telah mengalahkan kuasa maut itu.

Kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus telah membuat orang-orang berdosa boleh berdiri di hadapan Allah sebagai orang benar. Tetapi fakta mengenai kebenaran itu bukanlah penemuan manusia; kalau Saudara dan saya mengetahui fakta itu, hal itu adalah karena karya Roh Kudus yang telah dan sedang melakukan tugasnya untuk menyadarkan manusia. 

Aplikasi : Ketika kita mendapati bahwa diri kita tidak lagi benar setelah mendengar dan merenungkan kebenaran firman Tuhan, disanalah Roh Kudus bekerja, disanalah Roh Kudus menunjukkan kebenaran surgawi itu agar kita menerima kebenaran yang didasarkan kebenaran Kristus. Itulah karya Roh Kudus dalam hidup Saudara dan saya. 

3. Menyadarkan dunia akan penghakiman (16:8d, 11)

Pemakaian frasa “Yesus tidak datang untuk menghakimi” (3:17; 8:15; 12:47) dan frasa “Yesus datang untuk menghakimi” (9:39; 3:19; 5:22,30; 8:16; 12:48) oleh Yohanes, bisa jadi membuat bingung pembacanya. Namun inti berita itu adalah suatu penyataan bahwa misi Tuhan Yesus ke dunia ini adalah misi penyelamatan. Ia mati di kayu salib untuk mendatangkan keselamatan dan kematianNya sudah terbayang sejak awal (1:29; 3:16). Akan tetapi keselamatan untuk Saudara dan saya itu sendiri tidak otomatis sebab dalam tulisan Yohanes 3:18 dikatakan: “…barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”

Saudara, penghakiman adalah sisi sebaliknya dari keselamatan,  Kristus yang mati  justru  mendatangkan keselamatan  dengan demikian  manusia terbebas dari penghakiman. Tetapi natur manusia yang hidup di bawah kuasa dosa tidak mau mempercayai Kristus, yang lebih disukai dan dipilih adalah ikut cara dan polanya sendiri. Padahal cara atau pola yang telah tercemar oleh dosa itu pada hakekatnya berujung untuk kepentingan, kesombongan, dan pembenaran diri sendiri. Akibatnya sulit untuk mau menerima perubahan-perubahan yang ditawarkan oleh Kristus.

Ketika manusia menolak untuk percaya dan tunduk pada tawaran Kristus, itu berarti bahwa penghakiman sedang mengintip di depan kehidupannya. Penghakiman yang kemudian ditindak lanjuti dengan penghukuman oleh Allah tidak main-main sebab penghukuman itu sifatnya kekal untuk selama-lamanya.

Iblis sang penguasa dunia yang menolak tunduk pada otoritas Allah tidak berarti kebal terhadap penghakiman Allah. Justru penghakiman itu pertama-tama ditujukan untuk dirinya terlebih dahulu seperti yang kemudian dijelaskan oleh Yohanes pada ayat 11: “…, karena penguasa dunia ini telah dihukum.” Fakta menunjukkan bahwa kuasa Iblis dikalahkan melalui salib Kristus. Baik Iblis maupun pengikut-pengikutnya akan menghadapi penghakiman dan penghukuman kekal Allah.

Karya Roh Kudus-lah yang mencelikkan mata manusia terhadap fakta penghakiman dan penghukuman itu, supaya manusia boleh mengerti bahwa penghakiman  adalah pekerjaan serius dari Allah terhadap pelanggaran-pelanggaran manusia. Bahwa pengadilan Allah berlaku bagi setiap manusia, baik nenek moyangnya, manusia dari belahan dunia yang lain, tanpa terkecuali tidak akan luput dari penghakiman itu. 

Aplikasi: Saudara, karya Roh Kudus tidak akan berhenti untuk mengungkapkan tentang adanya fakta-fakta dosa, ketidak benaran, dan penghakiman kepada manusia berdosa. Dan jikalau pada saat ini Ia menyatakan dosa-dosa kita dan mendorong kita untuk percaya dan tunduk pada kebenaran Kristus, taatlah pada pimpinanNya. Taatlah pada apa yang Ia katakan dan jangan dukakan Dia, sebab dengan menolak apa yang dikatakanNya melalui hati dan pikiran kita, kita telah mendukakan Allah Bapa kita yang mau memberi anugerah untuk kita. Dan sebagaimana tercantum dalam Lukas 12:10, ingatlah ketika kita merasa tidak perlu menerima pimpinan Roh Kudus dalam hidup kita , kita telah mendatangkan penghukuman bagi diri kita sendiri. Amin.