sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

Tema       :    HANYA ADA SATU INJIL YANG SEJATI*

Nats         :   Galatia  1 : 6 - 10

Penulis       :   Wahyu Pramudya

 

Pendahuluan

“Agama adalah usaha pencarian Allah oleh manusia; kabar Injil adalah usaha pencarian manusia oleh Allah,”  Demikianlah E. Stanley Jones menulis secara singkat dan tepat  tentang inti Injil.  Kabar baik tentang pencarian manusia oleh Allah inilah yang dicatat dalam seluruh pemaparan Alkitab.  Pencarian manusia oleh Allah ini berpuncak ketika Ia mengutus putra-Nya yang tunggal untuk menjelma manusia dan bahkan mati di atas kayu salib bagi pengampunan dosa manusia. 

            Satu-satunya Injil adalah Injil tentang keselamatan oleh anugerah melalui karya kematian Yesus Kristus di kayu salib.  Hal inilah yang ditegaskan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, khususnya dalam pasal 1:6-10.  Apakah siginifikansi pernyataan Paulus bahwa hanya ada satu Injil, yaitu Injil tentang keselamatan oleh anugerah melalui kematian Yesus Kristus di atas kayu salib?   Apakah makna dari satu-satunya Injil itu di dalam kehidupan manusia?   Apakah yang diberitakan oleh satu-satunya Injil tersebut masih relevan bagi masa kini?  Perenungan firman Tuhan dari Gal 1:6-10 akan membantu kita mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

 

Proposisi : Hanya ada satu Injil yang sejati 

Kalimat Tanya  : Apakah yang harus saya lakukan terhadap Injil yang sejati itu?

Kalimat Peralihan : Dari Gal 1:6-10, ada tiga hal yang harus dilakukan  orang

percaya terhadap Injil yang sejati itu.

 

 

Isi Khotbah

1.      Setia berpegang pada Injil yang sejati itu  (ayat 6-7)

Salah satu alasan utama mengapa Paulus menulis surat Galatia adalah banyaknya jemaat yang berpaling dari Injil yang sejati kepada Injil-injil yang lain, yang sebenarnya bukanlah Injil.  Jemaat di Galatia yang telah menerima dan mempercayai Injil yang sejati itu, telah menyangkali kebenaran Injil yang sejati dan menerima suatu bentuk pengajaran yang bertentangan dengan Injil yang sejati.

      Injil yang sejati adalah berita tentang pembenaran oleh iman melalui karya Yesus Kristus di atas kayu salib.  Hal inilah yang dijelaskan dan dibela oleh Paulus secara panjang lebar dalam suratnya kepada jemaat Galatia.  Sebuah berita yang sederhana tetapi sangat tepat dalam menjawab pertanyaan mendasar : bagaimana manusia dapat diperkenan oleh Allah.  Sebuah berita yang dulu diterima dengan baik dan manis bahkan disambut dengan sukacita oleh jemaat Galatia, tetapi kini berita itu mereka sangkali.  Paulus tidak dapat menyembunyikan rasa heran yang luar bisa menanggapi perubahan itu sehingga stelah menulis salam ia langsung menulis dengan tegas,” Aku heran bahwa kamu begitu lekas berbalik ...”

      Ajaran apakah yang sebenarnya telah membuat sebagian besar jemaat Galatia berpaling dari Injil yang sejati itu?  Nampaknya di Galatia terdapat guru-guru yang mengajarkan bahwa keselamatan oleh karena iman melalui karya Yesus Kristus tidaklah cukup untuk memperkenan hati Allah.  Untuk memperkenan hati Allah, demikian menurut guru-guru palsu itu, orang percaya juga harus menjalani ritus-ritus khas Yahudi, yang terutama adalah sunat.  Dengan perkataan lain guru-guru palsu itu ingin mengajarkan bahwa pembenaran oleh karena iman di dalam Kristus Yesus belumlah cukup untuk menyelamatkan manusia; manusia harus berpartisipasi dalam keselamatannya sendiri dengan melakukan hukum Taurat.

      Bagi Paulus, ajaran guru palsu itu bukanlah Inji.  Ajaran guru palsu itu telah memutarbalikkan Injil Yesus Kristus.  Injil Yesus Kristus adalah kabar baik tentang pembenaran oleh karena iman melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib.  Satu-satunya peranan manusia untuk menerima pembenaran ini adalah dengan mempercayai berita Injil itu.

      Tetapi mengapa jemaat Galatia begitu cepat berpaling kepada ajaran sesat tersebut?  Ada banyak  faktor yang mungkin bisa menjadi penyebabnya.  Tetapi ada satu hal yang dengan jelas diungkapkan dalam Gal 4: 17.  Gal 4:17 menyebutkan,”  Mereka (guru-guru sesat) dengan giat berusaha menarik kamu (jemaat Galatia), tetapi tidak dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mau mengikuti mereka”.  Dari ayat ini tampak bahwa guru-guru sesat itu dengan berbagai cara telah membuat jemaat Galatia mengikuti mereka.  Jemaat Galatia yang tidak mengikuti guru-guru sesat itu akan dikucilkan dari pergaulan.   Dengan demikian, mungkin sebagian besar jemaat mengikuti ajaran-ajaran guru sesat itu karena tidak ingin dikucilkan dalam pergaulan sehari-hari.   Demi penerimaan secara sosial, sebagian jemaat Galatia rela meninggalkan keyakinan akan Injil yang sejati dan menggantinya dengan ajaran yang palsu.

Illustrasi : Dietriech Bonhoeffer menulis dalam salah satu bukunya yang terkenal “The Cost of Dicipleship” bahwa panggilan mengikut Yesus adalah panggilan menuju kematian.  Maksudnya ialah ketika seseorang dipanggil untuk mengikut Yesus, ia harus siap dengan segala resiko yang menghadangnya, bahkan termasuk di dalamnya adalah kematian.  Hal ini telah dibuktikan oleh Bonhoeffer sendiri.  Ketika ia meolak untuk memberikan dukungan bagi Hitler, sementara rohaniawan lain bersedia memberikan dukungan, ia rela dihukum mati karena kebenaran yang dipercayainya di dalam Yesus Kristus.

            Setia berpegang teguh pada Injil yang sejati tidaklah mudah.  Setia  

berpegang pada Injil yang sejati membutuhkan usaha yang sengaja dan serius.  Setia pada Injil yang sejati mungkin membawa resiko bagi kehidupan sehari-hari.  Tetapi inilah yang dikehendaki Allah dari umat-Nya : kesetiaan pada Injil yang sejati.  Jikalau oleh karena memungkinkan keberadaan Injjil yang sejati ini, Allah telah memberikan yang terbaik, yaitu putra-Nya sendiri, mengapa kita tidak rela memberikan atau mengorbankan diri bahkan hidup kita untuk Injil yang sejati itu? 

  

2.      Setia  menguji ajaran-ajaran modern di dalam terang Injil yang sejati itu (ayat 8-9)

Paulus menegaskan dengan keras bahwa barang siapapun juga memberitakan Injil yang berlainan dengan Injil yang sejati itu adalah orang yang terkutuk.  Tidak perduli apakah dia itu adalah malaikat, ataupun bahkan dirinya sendiri dan rekan-rekan kerjanya, apabila pemberitaan Injil tersebut tidak sungguh-sungguh bersesuaian dengan Injil yang sejati, maka pemberita tersebut akan terkutuk.   Mengapa pemberita tersebut akan berada dalam keadaan terkutuk di hadapan Allah?  Oleh karena Injil yang sejati, yaitu pembenaran melalui iman oleh karena pengorbanan Yesus, adalah Injil yang mahal.  Injil itu disebut injil yang mahal, karena darah anak domba Allah harus tercurah untuk memungkinkan pengampunan dosa bagi manusia.  Oleh karena itu mereka yang memberitakan Injil yang lain adalah terkutuk karena mereka tidak mengakui bahkan menyangkal pengorbanan anak domba Alllah yang telah memungkinkan adanya Injil yang sejati.

      Apakah Paulus sedang mengajarkan orang percaya untuk mengutuk orang lain?  Tentu saja tidak.  Paulus tidak sedang mengutuk orang lain, tetapi ia memaparkan sebuah fakta objektif bahwa siapapun yang mengabarkan injil yang lain, dengan demikian menolak berita Injil yang sejati, adalah orang yang sedang berada di bawah kutuk illahi.  Mengapa dikatakan bahwa orang tersebut sedang berada di bawah kutuk illahi?  Karena sejak kejatuhan manusia di dalam dosa, manusia tidak lagi mampu memperkenankan Allah dengan perbuatannya.  Bahkan karena dosa-dosa manusia tersebut, Allah patut untuk membinasakan manusia.  Sesungguhnya kutuk illahi yaitu penghukuman Allah akan turun pada mereka yang menolak Injil yang sejati itu.

      Dari penegasan secara keras oleh Paulus dalam ayat 8-9 ini kita dapat mengetahui bahwa sudah seharusnyalah orang percaya mengenali ciri khas Injil yang sejati itu sehingga bisa menilai ketika ada orang lain yang mencoba memberitakan Injil yang lain.  Apakah ciri khas Injil yang sejati itu?  Injil yang sejati adalah pemberitaan tentang pembenaran oleh iman melalui pengorbanan Yesus Kristus,

      Illustrasi :  Bagaimanakah caranya seorang pemilik toko mengajar kasirnya untuk membedakan antara uang yang asli dan yang palsu secara manual, tanpa alat bantu apapun?  Apakah pertama-tama pemilik toko tersebut akan menunjukkan berbagai varian uang palsu dan meminta kasirnya untuk menghafalkan ciri khas uang palsu?  Bisa jadi demikian.  Tetapi ini adalah cara yang konyol karena cara orang memalsu uang bisa begitu beragam.  Cara yang paling efektif adalah menunjukkan uang yang asli dan cirikhasnya.  Menyuruh kasir itu untuk memegang dan “merasakan” uang yang asli dan mengenal ciri-cirinya.  Dengan demikian, ia tahu dengan pasti bagaimana bentuk dan “rasa” uang yang asli, sehingga ketika ia melihat dan memegang uang yang tidak sama bentuk dan “rasanya” dengan uang asli yang selama ini dikenalnya, itu berarti uang tersebut adalah uang palsu

Demikian juga cara yang efektif untuk mengajar orang percaya untuk menguji apakah suatu ajaran Injil yang sejati atau bukan.  Orang percaya harus menyadari bahwa inti Injil yang sejati adalah pembenaran oleh karena iman melalui pengorbanan Yesus Kristus.  Injil yang beritanya di luar hal tersebut adalah Injil yang palsu dan harus ditolak.

Belakangan ini semangat Postmodern melanda cara berpikir sebagian orang Kristen.  Mereka yang terpengaruh dengan semangat ini mengajarkan bahwa semua agama adalah jalan sah menuju ke surga.  Allah tidak hanya membenarkan manusia melalui pengorbanan Yesus saja, tetapi juga lewat perbuatan manusia melalui jalan-jalan lain.  Nah, di dalam terang inti ajaran Injil yang sejati, ajaran yang seperti ini haruslah ditolak.  Meskipun yang mengajarkan ajaran itu adalah seorang pengkhotbah atau tokoh yang terpandang, ajaran seperti itu haruslah ditolak karena tidak sesuai dengan inti ajaran Injil yang sejati.  Demikian juga untuk ajaran-ajaran lain yang bermunculan dan akan bermunculan, jemaat harus setia mengujinya di dalam terang Injil yang sejati.

 

3.      Setia mengabarkan Injil yang sejati itu (ayat 10)

Paulus menegaskan di dalam ayat 10 bahwa dirinya bukanlah sedang mencari perkenanan manusia, tetapi ia mencari perkenanan Allah.  Paulus perlu menegaskan hal ini karena guru-guru palsu itu telah menuduh Paulus mencoba mencari perkenanan manusia karena memberitakan suatu Injil yang “mudah”.  Justru karena kegigihan Paulus dalam memberitakan Injil yang sejati itulah, ia dituduh mencari perkenanan manusia.  Paulus tetap maju terus, karena ia memang mengabarkan Injil yang sejati.

      Para guru palsu di jemaat Galatia mencoba menjatuhkan nama Paulus dengan tuduhan utama bahwa Paulus bukanlah seorang rasul yang sejati, tetapi ia adalah seperti seseorang yang mencari pengakuan dan rasa hormat dari manusia saja.  Dengan cara yang seperti ini, guru palsu tersebut ingin mengatakan bahwa Injil yang diberitakan oleh Paulus adalah Injil yang palsu, yang hanya akan menyenangkan hati manusia dan tidak mungkin menyenangkan hati Allah.

      Di dalam surat Galatia Paulus menegaskan otentisitas kerasulannya dan kebenaran berita Injil yang dibawanya.  Paulus menyatakan dengan tegas bahwa dirinya bukanlah seperti yang dituduhkan oleh guru palsu tersebut.  Paulus menegaskan bahwa dirinya adalah rasul yang mencari kesukaan Allah dan bukan kesukaan manusia.  Hal ini dibuktikan dengan gigihnya Paulus memberitakan Injil yang sejati, meskipun untuk itu ia harus mengalami seperti yang terjadi di dalam jemaat Galatia. 

      Menurut Paulus, apabila dirinya mencoba mencari perkenan manusia, dirinya bukanlah hamba Yesus Kristus.  Hamba Yesus Kristus adalah hamba yang mengakui Yesus Kristus sebagai tuannya.  Hamba Yesus Kristus adalah hamba yang berserah penuh pada kehendak tuannya.  Hamba Yesus Kristus adalah hamba yang menyampaikan berita seperti yang Yesus Kristus sendiri beritakan.  Hamba Yesus Kristus adalah hamba yang hidupnya mencerminkan hidup Yesus Kristus.  Hamba Yesus Kristus adalah hamba yang memberitakan Injil Yesus Kristus.  Hamba Yesus Kristus adalah hamba yang menegaskan bahwa keselamatan oleh karena iman hanya dimungkinkan oleh pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib.

      Illustrasi :  Ada seorang pemuda baru berusia 16 tahun dia  seorang pemain Kricket yang terkenal.  Di usianya yang ke –19 tahun ia menjadi kapten dari timnya yang bermarkas di Eton, Inggris.  Dan segera sesudah itu, ia menjadi salah satu atlet yang paling terkenal di Inggris pada waktu itu.  Ia mendapatkan kepopuleran yang diidam-idamkan setiap orang.  Tetapi hidupnya berubah ketika ia mendengar DL Moody berkhotbah.  Pemuda itu bertobat dan akhirnya menyerahkan diri sebagai utusan Injil di Cina bersama-sama dengan Hudson Tailor.  Nama pemuda itu adalah CT Studd, yang di kemudian hari dikenal sebagai salah satu pelopor dalam berdirinya organisasi missi besar : OMF.  Ketika ia ditanya apakah ia tidak memberikan pengorban yang terlalu besar ketika ia menjadi utusan Injil, CT Studd memberikan jawaban,” Karena Yesus Kristus adalah Tuhan dan Ia mati bagiku maka tidak ada pengorbanan yang terlalu besar untuk dipersembahkan kepada-Nya.”

      Sungguh kehidupan CT Studd adalah sebuah contoh kehidupan seorang hamba Injil Yesus Kristus yang rela memberikan apa saja untuk mencari perkenanan Allah.  CT Studd adalah seorang yang memperkenankan hati Allah dengan memberitakan Injil Yesus Kristus.

      Memang tidak setiap kita terpanggil untuk menjadi missionaris.  Tetapi setiap diri kita terpanggil untuk memberitakan Injil Yesus Kristus.  Mungkin kepada saudara kita sendiri ataupun orang-orang lain yang di sekirar kita.  Apapun juga tugas pemberitaan Injil yang dipercayakan kepada kita, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

       Oleh karena hanya ada satu Injil yang sejati, maka kita harus rela mengorbankan apa saja demi pemberitaan Injil tersebut.  Sama seperti Paulus dan CT Studd yang mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan oleh karena pemberitaan Injil itu, demikianlah yang akan terjadi pada diri kita.  Tetapi apabila kita menyadari inti Injil yang sejati itu, sama seperti yang dipahami oleh Paulus dan CT Studd, maka benarlah perkataan,” Karena Yesus itu Tuhan dan mati bagiku, maka tidak ada pengorbanan yang terlalu besar untuk diberikan.”

 

Penutup

Oleh karena hanya ada satu Injil yang sejati, Injil tentang pembenaran oleh karena iman melalui pengorbanan Yesus Kristus maka sudah seharusnyalah kita menjadi orang percaya yang setia.  Setia berpegang pada berita Injil yang sejati.  Setia dalam menguji setiap ajaran yang bermunculan di dalam terang Injil yang sejati.  Dan setia dalam memberitakan Injil yang sejati itu.  Amin

 

MIMBAR GEREJA 1      MIMBAR GEREJA 2      MIMBAR GEREJA 3

MIMBAR GEREJA 4      MIMBAR GEREJA 5      MIMBAR GEREJA 6

                                                              MIMBAR GEREJA 7      MIMBAR GEREJA 8     MIMBAR GEREJA 9

     MIMBAR GEREJA 10    MIMBAR GEREJA 11    MIMBAR GEREJA 12   

   MIMBAR GEREJA 13    MIMBAR GEREJA 14   MIMBAR GEREJA 15