| |
Tema : DIBEBASKAN DARI BELENGGU DOSA Penulis : Rustam Krisnady Nats : Yohanes 8:2-11 Tujuan : Mengajak jemaat untuk bertobat dari segala dosa yang mereka perbuat dan menerima pengampunan dari Allah. Pendahuluan Saudara, ada sebuah kisah yang menggemparkan rakyat Amerika pada tahun 1929. Pada saat itu seorang warga negara Amerika yang bernama Charles Wilson ditangkap oleh polisi karena perampokan bank serta pembunuhan yang dilakukannya. Akibatnya pemuda ini harus menghadapi meja persidangan. Hakim memutuskan hukuman gantung atas segala dosa dan kejahatan yang dilakukannya. Keputusan hakim ini menjadi pukulan yang sangat berat bagi hidupnya. Selama hari-hari penantian waktu eksekusi itu tiba, Charles Wilson sadar dan menyesali segala perbuatannya. Dia begitu sedih dan depresi ketika memikirkan kembali segala kejahatan yang telah dilakukannya. Dalam kondisi seperti ini tiba-tiba datang berita bahwa Presiden Amerika Serikat pada saat itu, yaitu Andrew Jakson berkenan memberikan Wilson pengampunan. Dengan pengampunan dari Presiden, Wilson akan luput dari hukuman gantung itu. Tapi sungguh tidak masuk akal, Wilson ternyata menolak pengampunan ini. Ia memilih dihukum gantung daripada diampuni. Semua orang pada saat itu kaget, tidak habis mengerti mengapa Wilson tidak mau menerima pengampunan itu. Setelah ditelusuri, ternyata Wilson berbuat itu karena ia merasa tidak layak diampuni, ia merasa dosanya terlampau besar untuk diampuni. Dan akhirnya sampai hembusan nafas terakhirnya, Wilson tidak dapat melepaskan dirinya dari bayang-bayang dosa yang telah dilakukannya. Belenggu dosa itu begitu kuat mengikatnya dan menyertainya sampai ke liang kubur. Sungguh ironis, bukan? Sdr, bukan hanya Wilson sendiri yang mengalami perasaan tidak layak diampuni, ada banyak orang di dalam dunia ini yang di dalam hidupnya terbelenggu dengan perasaan dosa yang tidak pernah berkesudahan dan ini sangat menyiksa mereka. Sebenarnya, Tuhan menyediakan pengampunan total kepada kita yang dapat membuat kita mengalami hidup yang baru dan berkemenangan dari dosa. Melalui perikop ini kita akan melihat langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh hal itu. 1. Datang kepada Yesus (Ayat 7 dan 9) Bagian Alkitab yang baru kita baca menceritakan bahwa pada suatu hari ketika Yesus sedang mengajar orang banyak di bait Allah, datanglah segerombolan orang kepada Yesus. Mereka datang dengan membawa seorang perempuan dan menempatkannya di tengah-tengah kerumunan orang banyak. Siapakah mereka itu sehingga berani mengganggu Yesus yang sedang mengajar? Apa yang hendak mereka lakukan? Mereka itu ternyata adalah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ahli-ahli Taurat merupakan orang-orang yang setiap hari menyelidiki Kitab Suci, dan juga mengajarkannya kepada orang Yahudi. Sedangkan orang-orang Farisi adalah orang-orang yang dengan sepenuh hati berusaha untuk memperhatikan jalan Allah yang harus dijalankan. Dan pagi itu, mereka datang membawa seorang perempuan yang tertangkap basah sedang berbuat zinah. Dalam tradisi Yahudi, sudah merupakan hal yang wajar apabila permasalahan hukum itu dibawa kepada seorang rabi untuk diminta keputusannya. Oleh karena itu, tidaklah aneh, jika dalam cerita ini ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa perempuan yang berzinah itu kepada Yesus. Mereka menanyakan apa pendapat Yesus tentang perempuan ini; apakah mereka boleh melempari perempuan ini dengan batu sampai mati seperti yang dinyatakan dalam taurat Musa itu? Ayat ke-6 mencatat bahwa mereka bertanya bukan karena tidak tahu atau karena bingung, tetapi karena mereka hendak mencobai Yesus, supaya mereka memperoleh jalan untuk mempersalahkan Yesus. Mereka hendak memojokkan dan mempermalukan Yesus di depan umum. Jika Yesus berkata “Tidak boleh”, itu berarti Yesus tidak menaati Hukum Taurat yang telah Tuhan berikan kepada Musa, tetapi jika Yesus menjawab “boleh”, itu berarti Yesus tidak konsisten dengan pengajaran-Nya sendiri mengenai belas kasihan, lagipula pemerintah Romawi yang pada saat itu menjajah tanah Yahudi tidak akan setuju jika orang Yahudi melakukan hukuman mati. Hal ini mereka lakukan, karena mereka menganggap diri mereka benar dan lebih suci daripada perempuan yang berzinah itu. Saudara, benar bahwa ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu datang kepada Yesus. Namun mereka bukan datang untuk mendengarkan apa yang Yesus ajarkan, melainkan untuk mencobai Yesus; mereka datang bukan karena merindukan jalan keselamatan yang Yesus beritakan, tetapi untuk menjatuhkan hukuman. Bagaimana dengan reaksi Yesus? Apakah Yesus juga memikirkan dan melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan? Tidak!!! Alkitab mencatat bahwa Yesus hanya diam, membungkuk dan menulis di tanah. Tindakan ini menunjukkan bahwa Yesus tidak mau menanggapi mereka sama sekali. Melihat itu, mereka pun menjadi besar hati. Mereka pikir Yesus sudah kebingungan untuk mencari jawaban. Merasa di pihak yang menang, mereka semakin berani dan mendesak Yesus untuk memberikan jawaban. Ketika mereka terus bertanya kepada-Nya, Yesus menjawab dengan satu pernyataan yang membuat mereka kaget bukan kepalang. “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu”. Sungguh suatu jawaban yang tidak disangka-sangka, yang seakan-akan menjadi tamparan keras di pipi mereka. Perkataan Yesus ini seakan menjadi cermin besar yang memantulkan borok-borok dosa yang mereka sendiri miliki. Bagi mereka, perbuatan zinah adalah dosa. Tetapi bagi Yesus, keinginan untuk berzinahpun sudah merupakan dosa. Lebih lagi, dosa bukan hanya sekedar berzinah atau tidak, tetapi dosa adalah semua hal yang melawan Allah dan semua hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Jikalau begitu, apakah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu berhak dan pantas mengakui diri mereka tidak berdosa? TIDAK! Alkitab dalam Roma 3:23 dengan jelas menyatakan bahwa “Setiap orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Itu berarti tidak satupun manusia di kolong langit ini yang tidak berdosa. Semua manusia berdosa, dan akibat dosa adalah kematian. Roma 6:23 menyatakan, “Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”. Itu berarti, setiap manusia pada dasarnya adalah TERPIDANA MATI. Itulah sebabnya setelah mendengar perkataan itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu pergi satu demi satu dengan malu yang luar biasa. Dimulai dari yang usianya paling tua, yang mungkin sadar bahwa semakin tua semakin banyak dosa yang telah dilakukannya, kemudian diikuti oleh yang muda, sampai akhirnya tidak ada yang tersisa, selain Yesus dan perempuan yang berzinah itu. Perempuan itu pun hanya tertunduk diam. Dia sadar bahwa dia sudah melakukan dosa yang besar. Oleh karena itu walaupun semua orang yang mendakwanya sudah pergi, ia tetap diam di tempatnya. Mau pergi ke mana? Sekarang aibnya sudah diketahui oleh semua orang, di mana lagi ia harus menyembunyikan mukanya? Mungkin dalam hatinya ia berkata, “Yah .. aku memang pantas dihukum mati, lagipula untuk apa aku hidup? Aku sudah berzinah, aku sudah berdosa besar, hidupku sudah hancur.” Dalam kondisi demikian, Yesus bertanya kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya, “Tidak ada, Tuhan”. Setelah itu Yesus mengucapkan suatu kalimat yang begitu menyejukkan. Yesus berkata: “Akupun tidak menghukum engkau”. Perkataan ini mengandung pengertian bahwa sebenarnya Yesus berhak menghukum dia, namun Yesus tidak melakukan hal itu. Inilah perkataan yang dibutuhkan oleh perempuan itu. Suatu pengampunan yang sungguh-sungguh membebaskan hidupnya dari belenggu dosa. Suatu perkataan yang memberikan semangat dan gairah untuk hidup kembali. Yah … hidup perempuan yang sudah tercela dan hancur ini, sekarang mempunyai pengharapan. Dulunya berdosa, sekarang diampuni. Dulunya dibelenggu oleh dosa dan kematian, sekarang dibebaskan. Semua itu hanya dimungkinkan karena perempuan ini bertemu dengan Seorang yang tepat, yang dapat mengampuni segala dosa-dosanya. Perempuan ini dibebaskan dari dosa, karena ia datang kepada Yesus. AplikasiSaudara, adakah hidup saudara sekarang ini juga terikat dalam dosa? Allah murka terhadap dosa yang kita lakukan. Bagi saudara yang sudah berkeluarga, Tuhan melihat apa yang saudara lakukan dalam di dalam rumah, bagaimana saudara memperlakukan istri atau suami dan anak-anak saudara. Bagi saudara yang bekerja, Tuhan melihat apa yang saudara lakukan di tempat kerja saudara. Bagi saudara yang masih berkuliah, Tuhan melihat semua hal yang saudara lakukan di kelas, di rumah teman ataupun dalam kamar saudara. Adakah saudara telah berbuat dosa di hadapan-Nya? Yesus tahu dan Ia melihat, tidak ada satu dosapun yang dapat kita tutupi di hadapan-Nya. Jika saudara mempunyai dosa di hadapan-Nya, datanglah kepada-Nya, dan akuilah segala dosa saudara, maka Ia akan membebaskan kita dari segala belenggu dosa dan mengampuni kita.2. Meletakkan Dosa di hadapan-Nya (Ayat 11) Jika saudara dan saya ingin mengalami hidup yang bebas dari dosa, apakah cukup hanya datang kepada Allah saja? Tidak, langkah selanjutnya yang Tuhan ingin kita lakukan adalah meletakkan dosa kita di hadapan-Nya. Apakah yang dimaksud dengan meletakkan dosa? Mari kita lihat ayat ke-11. Saudara, Yesus tidak mengakhiri percakapan-Nya dengan perkataan: “Akupun tidak menghukum engkau”, namun Yesus meneruskannya dengan memberikan suatu perintah “Pergilah, dan jangan lagi berbuat dosa mulai dari sekarang”. Perkataan ini bukan berarti bahwa Yesus menganggap enteng dosa perempuan itu, melainkan Yesus yakin bahwa tiap orang mempunyai masa lampau dan masa depan. Jikalau ahli Taurat dan orang Farisi menganggap perempuan ini hanya sebagai alat untuk menjebak Yesus, maka Yesus menghargai perempuan ini sebagai suatu pribadi yang mulia; jika mereka datang untuk merajam perempuan itu, maka Yesus ingin menyelamatkannya; jika mereka mengingat masa lampau perempuan itu, maka Yesus memikirkan masa yang akan datang – yaitu jangan berbuat dosa lagi. Frase “jangan berbuat dosa lagi” selain sebagai perintah dari Yesus, juga merupakan suatu otoritas bagi setiap orang yang hendak dibebaskan dari dosa. Bahwa sebenarnya Yesus yang memberikan perintah ini sekaligus juga menjamin bahwa perempuan itu akan dimampukan untuk menang dan meninggalkan segala dosanya. Roma 6: 11 menyatakan kepada kita: “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya, bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”. Roma 6:14, “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih karunia”. Benar, seburuk apapun diri kita, seberapa banyaknya pun dosa kita, Tuhan ingin kita datang kepada Dia, mengakui segala dosa kita di hadapan-Nya, kemudian dengan kekuatan dari Allah kita tinggalkan hidup yang lama dengan segala dosanya, kita letakkan dosa kita di bawah kaki salib-Nya. Sebab pada waktu Kristus disalibkan, di situlah dosa kita sudah dibayarkan secara lunas. II Korintus 5:17 menyatakan bahwa ”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang barus sudah datang”. Yah, setiap orang yang ingin mengalami hidup yang bebas dari dosa, ia harus meletakkan dosanya di hadapan Allah dan kemudian menjalani hidup yang bebas bersama-sama Allah. Aplikasi Saudara, mungkin diantara kita ada yang sudah berulangkali datang kepada Allah, mengakui segala dosa tetapi kemudian berbuat dosa yang sama lagi.Adakah saudara mau terus dalam kondisi yang demikian? Apakah saudara ingin terus menyakiti hati Allah? Jangan saudara! Hari ini sekali lagi Allah dalam anugerah-Nya mengajak kita untuk berbalik kepada-Nya. Allah ingin saudara dan saya berhenti dari kubangan dosa. Ia mau mengampuni dan menyelamatkan kita. Adakah saudara mau menyambut tawaran ini? Penutup Saudara, adakah kita ingin sungguh-sungguh dibebaskan dari belenggu dosa? Datanglah kepada-Nya dan letakkan dosa di hadapan-Nya. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni, karena semua dosa manusia telah dibayar lunas di Golgota. Ingatlah, tidak ada orang suci tanpa masa lalu, dan tidak ada orang berdosa tanpa masa depan. Di depan Saudara, ada masa depan yang cerah, yakni hidup yang bebas dari dosa. Persoalannya, maukah Saudara menerimanya? Amin.
| |