sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema       :  YESUS HADIR DI TENGAH PERKABUNGAN ORANG PERCAYA

Penulis   : Alipin

Nats Alkitab  : Yohanes 11:17-24

Tujuan   : Untuk membawa jemaat menyadari bahwa kebangkitan Yesus telah membawa kehidupan bagi orang yang percaya kepada-Nya, dan supaya jemaat memiliki pengharapan yang teguh bahwa orang-orang yang mati di dalam Yesus tidak akan mati selama-lamanya karena di dalam Yesus ada hidup yang kekal. 

Pendahuluan

Saudara yang dikasihi Tuhan, kematian merupakan peristiwa yang dapat terjadi setiap saat. Apabila kematian itu menimpa seseorang yang tidak begitu kita kenal, mungkin kita tidak akan merasa kehilangan. Namun makin dekat hubungan kita dengan orang yang meninggal, maka kita akan makin merasa kehilangan dan sedih. Apalagi kalau kematiannya terjadi tiba-tiba atau mendadak, maka kita mulai bertanya-tanya mengapa ini bisa terjadi? Bukankah kemarin saya masih berjumpa dengan dia? Bukankah kemarin dia masih bekerja seperti biasa? Tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan meninggalkan kita dengan begitu cepat. Berbagai pertanyaan timbul tanpa ada jawaban yang memuaskan. Dalam keadaan seperti itu, kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Namun sebagai orang percaya kita harus tahu bahwa Tuhan Yesus mengerti perasaan kita. Ia mengerti kesedihan kita, bahkan turut merasakan kesedihan kita.

Saudara, dari Firman Tuhan yang dibacakan tadi, kita dapat mengetahui bahwa Tuhan Yesus hadir di tengah-tengah suasana perkabungan orang percaya. Dan kehadiran Tuhan Yesus sangat bermakna, karena Ia datang sebagai:

1. Seorang Sahabat (Yoh. 11:3,5,17,33)

Dalam suasana kesedihan yang mendalam, kedatangan seorang sahabat sangat berarti karena Ia datang untuk menunjukkan rasa simpati-Nya, perhatian-Nya dan kasih-Nya.

Saudara, Yoh. 11:17-27 yang kita baca pada bagian awal tadi mencatat tentang percakapan antara Marta dan Yesus pada saat kematian Lazarus, saudara Marta dan Maria. Sebelum Yesus datang ke Betania untuk mengunjungi Marta dan Maria, Ia sedang melayani di Perea, di sebelah Timur Sungai Yordan. Waktu itu ada seorang yang datang memberitahukan bahwa Lazarus yang dikasihi-Nya sedang sakit (ay. 3). Tetapi Yesus masih tinggal di tempat itu dua hari lagi. Hal ini dilakukan-Nya supaya Allah dimuliakan dengan mujizat yang besar, yang tidak mungkin terjadi jika Yesus segera berangkat ke Betania. Selain itu, Dia juga ingin menunjukkan kasih-Nya dan membangkitkan iman murid-murid-Nya. Dua hari setelah kematian Lazarus, barulah Yesus datang ke wilayah Yudea untuk berkunjung ke Betania, kota tempat tinggal Marta, Maria dan Lazarus.

Siapakah Marta? Dalam Injil Lukas 10:38 dikatakan bahwa Marta menerima Yesus di rumahnya. Hal ini sangat indah, karena waktu itu jarang orang membukakan pintu rumahnya bagi Yesus. Ia lebih sering dihina dan ditolak oleh manusia (Mrk. 6:1-6a; 8:31; Mat. 13:57; Luk. 18:32). Manusia memalingkan wajahnya dari Yesus dan “tidak menghormati Dia.” Bahkan mereka membenci Yesus. Namun di sini ada seorang yang menerima Yesus. Dialah Marta.

Siapakah Maria? Dalam Yoh. 11:2 dikatakan bahwa Maria ialah perempuan yang pernah mengurapi kaki Yesus dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Peristiwa pengurapan kaki Yesus oleh Maria ini dicatat dalam Yoh. 12:1-8. Matius dan Markus juga menjelaskan catatan itu dengan menceritakan bagaimana Maria mengurapi Tuhan Yesus dengan minyak yang mahal di rumah Simon penderita kusta yang juga bertempat tinggal di Betania. Inilah Maria yang mengasihi dan begitu menghargai Yesus.

Siapakah Lazarus? Lazarus dicatat dalam peristiwa ini bukan karena ia mempunyai kelebihan tetapi karena mujizat yang mengherankan yang terjadi atas dirinya. Barangkali ia sangat sederhana dan tidak dikenal, namun dua kali Yohanes mencatat bahwa ia dikasihi Yesus (11:3,5), dan dua kali pula Yesus masygul hatinya (terharu dalam kesedihan yang sangat dalam) atas kematian yang menimpa Lazarus (11:33,38). Inilah Lazarus yang dikasihi Yesus.

Dengan demikian jelaslah bahwa Yesus mengasihi Marta, Maria dan Lazarus. Mereka adalah sahabat-sahabat-Nya yang terkasih. Ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan mereka, dan itulah sebabnya Ia hadir tatkala sahabat-sahabat-Nya mengalami kesusahan.

Dalam Yoh. 11:5 dikatakan bahwa Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya, Lazarus. Uniknya, ayat ini tidak diletakkan pada permulaan pasal, melainkan diletakkan tepat sebelum ayat 6, yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus sengaja tinggal dua hari lagi di tempat di mana Ia berada. Penundaan ini tampaknya tidak sesuai dengan keadaan yang menuntut Tuhan Yesus untuk segera pergi ke Betania. Tetapi kita akan melihat bahwa penundaan itu terjadi hanya karena Yesus menaati kehendak Bapa-Nya. Penundaan itu dilakukan dengan kasih-Nya yang indah. Rencana-Nya adalah Ia hendak menguatkan iman kedua saudara ini dengan membiarkan mereka merasakan kepahitan atas kematian Lazarus, dengan maksud sesudah itu menambahkan sukacita kepada mereka. Kasih Kristus itulah yang menunda-Nya lebih lambat, agar boleh menghibur mereka lebih banyak sesudah pengalaman pahit itu. Betapa indah-Nya kedatangan seorang sahabat yang penuh kasih.

Yoh. 11:19 mencatat bahwa sudah ada banyak orang yang datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka. Selain orang-orang Betania yang datang tentu banyak juga yang datang dari Yerusalem yang berjarak kira-kira 3 km dari Betania. Waktu itu ada kebiasaan untuk membaringkan orang yang sudah meninggal di dalam kubur gua secepat mungkin setelah kematian. Setelah itu biasanya acara penghiburan berlangsung selama tujuh hari. Waktu Yesus tiba, Lazarus sudah empat hari dibaringkan di dalam kubur. Jadi acara penghiburan sudah berlangsung selama empat hari. Tentu Marta dan Maria sudah mendapatkan banyak penghiburan. Walaupun demikian Yesus tetap datang sebab Ia tahu mereka menantikan-Nya. Ia datang sebagai sahabat yang sedang dinanti-nantikan kehadiran-Nya. Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh Yesaya, “Sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia” (Yes. 30:18). Kehadiran Yesus melebihi penghiburan. Ia adalah seorang Sahabat yang memberi damai sejahtera dan rasa bahagia di tengah-tengah kesedihan.

Ilustrasi

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Yesus adalah Sahabat yang sejati. Itulah syair sebuah lagu yang sering dinyanyikan dalam upacara dukacita seperti ini, yang syairnya berbunyi:

Yesus Sahabat sejati, tanggung segala dosaku

Tiap hal boleh ku bawa, dalam doa pada-Nya

Bila hatiku gelisah, percumalah berlelah

Bersandarlah pada Yesus, berdoalah pada-Nya.

Bila ada pencobaan, dan bimbang di hatiku

Ku tak akan putus asa, pada Tuhan berseru

Tiada yang seperti Yesus, yang mau tanggung susahku

Yesus ‘kan menguatkanku, ku berdoa pada-Nya.

Adakah hatimu susah, lelah kar’na beban b’rat?

Yesuslah Penolong kita, berdoalah pada-Nya

Walau kawan tinggalkanmu, datanglah kepada-Nya

Dan di dalam pelukan-Nya, hatimu sentosalah.

Inilah lagu Yesus Sahabat Sejati, yang akan menolong kita dalam pergumulan dan kesedihan seberat apa pun.

Aplikasi

Mampukah kita merenungkan kata-kata dari lagu tersebut dan memegang janji Tuhan bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita seorang diri terbenam dalam kesedihan? Adakah di tengah-tengah kesedihan kita hari ini kita merasakan kehadiran Tuhan Yesus? Bahwa Ia melihat air mata kita, melihat kesedihan kita dan tahu perasaan kita yang terdalam? Ataukah sebaliknya, kita merasakan Tuhan Yesus membiarkan kita, jauh dari kita dan tidak melihat apa yang kita alami? Bahwa Ia seolah-olah tidak peduli dan membiarkan semuanya terjadi menimpa kita? Kalau hari ini kita melihat sahabat-sahabat kita datang, memberikan perhatian, ucapan belasungkawa kepada keluarga yang berdukacita, apalagi Sahabat sejati kita, Yesus Kristus, Ia tentu juga datang sebagai Penolong yang menguatkan iman kita.

Transisi: Bapak, Ibu dan Saudara yang dikasihi Tuhan, hari ini Tuhan Yesus bukan saja hadir sebagai seorang Sahabat tetapi Ia juga hadir sebagai: 

2. Pemberi Harapan (Yoh. 11:25-26)

Saudara-saudara, seorang hamba Tuhan, Santo Anathasius mengatakan bahwa sifat alami manusia memang takut akan kematian tubuh; tetapi ada fakta yang paling mengejutkan, bahwa dia yang menaruh imannya kepada salib Kristus, tidak lagi takut kepada kematian.

Apakah yang menyebabkan orang beriman tidak takut lagi kepada kematian? Jawabannya tidak lain adalah karena di dalam Kristus ada pengharapan untuk hidup kekal bersama Bapa di sorga.

Saudara-saudara, ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betania, Lazarus telah dibaringkan dalam kubur empat hari lamanya. Ketika itu Marta keluar rumah untuk menyambut Yesus, dan dia terlibat percakapan dengan Yesus. Suatu percakapan yang begitu indah dan mendalam karena dalam percakapan itulah Yesus kemudian menyampaikan pernyataan agung-Nya, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” Ini bukan suatu janji mengenai harapan yang kabur dan tidak jelas mengenai masa depan, melainkan janji kemenangan atas kematian saat ini dan hidup kekal untuk selama-lamanya.

Kata-kata Yesus yang berkuasa ini dibuktikan dengan perbuatan-Nya. Hanya beberapa detik setelah kata-kata penghiburan-Nya kepada Marta, Yesus pergi ke kuburan Lazarus, dan mengucapkan suatu perintah yang penuh kuasa, “Lazarus, marilah keluar!” (Yoh. 11:43). Walaupun pakaian kapan masih terjurai , Lazarus berjalan keluar dari kuburnya. Yesus telah membuktikan perkataan-Nya bahwa Ia berkuasa atas maut melalui kebangkitan Lazarus.

Yesus mengatakan, “Akulah kebangkitan dan hidup.” Dan Yesus membuktikan bahwa Ia sungguh bangkit dan hidup melalui kematian dan kebangkitan-Nya sendiri. Karena kebangkitan-Nyalah, maka orang-orang Kristen memiliki pengharapan. Kebangkitan Kristus merupakan peristiwa bermakna dalam iman Kristen. Paulus berkata, “Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” (1 Kor. 15:14).

Untuk menjelaskan kata “hidup” Yesus sendiri mengatakan, “Barangsiapa percaya ia akan hidup walaupun sudah mati.” Ucapan ini ditujukan kepada “barangsiapa”. Jadi bukan hanya ditujukan kepada Marta yang percaya tetapi bagi kita semua yang percaya. Kata “akan hidup walaupun sudah mati” berarti orang yang percaya akan memperoleh hidup kekal secara rohani setelah kematian jasmaninya. Lalu Yesus melanjutkan perkataan-Nya, “..dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” Sekali lagi perkataan ini ditujukan kepada “setiap orang” artinya semua orang yang percaya. Jika kita melihat frasa Yunaninya, maka kita akan mendapatkan bahwa hidup yang ada di dalam Tuhan Yesus dan percaya kepada-Nya adalah hal yang setara. Orang yang percaya kepada Yesus sama dengan orang yang hidup di dalam Tuhan. Dan hasil dari hidup di dalam Tuhan dan percaya kepada-Nya adalah tidak akan mati selama-lamanya. Wesley Brill, seorang penafsir Inji Yoh. menyimpulkan, “Hidup yang diberikan Yesus itu tidak dapat dikurangi atau diputuskan oleh kematian jasmani. Justru hidup itu diperoleh melalui kematian, lalu kebangkitan dan kemenangan.” Inilah maksudnya ketika Yesus mengatakan, “Akulah kebangkitan dan hidup.”

Ilustrasi

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, pada hari ini Tuhan Yesus hadir di tengah-tengah kesedihan kita bersama dengan pengharapan yang disediakan-Nya bagi setiap orang yang percaya. Oleh sebab itulah maka kita tidak perlu ragu untuk menyanyikan:

S’bab Dia hidup ada hari esok

S’bab Dia hidup ku tak gentar

Kar’na ku tahu Dia pegang hari esok

Hidup jadi berarti s’bab Dia hidup.

Aplikasi

Saudara, bagaimanakah tanggapan kita terhadap janji pengharapan yang telah Tuhan Yesus berikan? Apakah kita masih meragukan-Nya? Atau mungkin kita hanya menganggapnya sebagai kata-kata yang sekedar menghibur saja. Maukah kita menjawab seperti Marta, “Ya, Tuhan aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah yang akan datang ke dalam dunia?”

Biarlah Firman Tuhan ini menguatkan dan menghibur keluarga yang ditinggalkan dan juga membawa kita yang hadir di sini untuk percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia. Hari ini kita boleh berbahagia sebab saudara kita telah kembali ke pangkuan Tuhan. Ia telah terlepas dari segala kesukaran dan penderitaan dunia, dan sedang menikmati suasana sorga yang mulia. Amin.