| |
Tema : TELADAN PARA MAJUSNats : Matius 2 : 1-12Penulis : HerenTujuan : Mendorong jemaat untuk meneladani tindakan yang benar dari orang-orang Majus dalam menyambut Tuhan Yesus hingga mereka bisa mendapat sukacita yang sejati. PendahuluanPada suatu hari di awal bulan November, seorang pemuda didatangi oleh temannya. Temannya itu berkata, “Ah, Natal sudah dekat lagi”. Pemuda tersebut terkejut mendengar perkataan-nya, dari nada bicaraya, pemuda itu menangkap adanya perasaan yang dingin, sama sekali tidak ada sukacitanya. Kemudian temannya menceritakan serentetan tugas yang harus dilakukannya dalam menyambut Natal tahun itu. Sebagai seorang guru Sekolah Minggu ia harus mempersiapkan kisah-kisah Natal, kado-kado Natal, dan acara yang menarik untuk mengisi perayaan Natal Sekolah Minggu. Selain itu, ia juga harus mempersiapkan acara-acara untuk perayaan Natal di komisi-komisi yang lain seperti pemuda, umum dan sebagainya. Saudara, semuanya itu adalah tugas-tugas yang dilakukannya dari tahun ke tahun, selalu begitu. Sepertinya inilah tugas rutin-nya tiap tahun yang tidak membuat dia bersukacita. Saudara, hal ini juga bisa terjadi pada diri kita atau bahkan semua orang Kristen yang aktif melayani saat ini. Kita terjebak dalam rutinitas dan kesibukan dalam menyambut Natal hingga tidak bisa merasakan sukacita sejati, dan akhirnya kita bertanya-tanya benarkah sukacita sejati itu sungguh-sungguh ada? Kalau benar ada mengapa saya tidak merasakannya? Saudara, sukacita Natal yang sejati tidak datang dengan sendirinya, tetapi sukacita Natal yang sejati tersedia sebagai hasil dari tindakan yang benar dalam menyambut Yesus. Dan hari ini kita akan belajar dari orang Majus yang paling sedikit dalam perikop ini memberikan dua teladan yang benar dalam menyambut Kristus yang akan membuat kita bersukacita.
1. Kita akan mendapat sukacita yang sejati jika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan Yesus (Ay.1) Saudara, mari kita membayangkan seandainya kita bertemu dengan orang yang sedang kita cari dengan sungguh-sungguh dan secara tiba-tiba dia ada didepan kita., dan disamping itu ia juga bertemu dengan orang yang tidak diharapkan dan tidak pernah dicari-nya. Menurut saudara yang mana yang akan membuatnya bersukacita? Tentu saja yang akan bersukacita adalah orang yang sudah mencari dengan sungguh-sungguh, bukan? Perikop yang baru kita baca ini menggambarkan tentang sukacita orang-orang Majus yang bertemu dengan Dia yang sudah mereka cari dengan sungguh-sungguh. Saudara, seandainya saja, saya ada pada masa itu sebagai orang Yahudi yang sudah bertobat, lalu saya menerima tulisan Injil Matius yang memang ditulis bagi orang Yahudi ini, serta membaca kisah tentang orang Majus ini, saya pasti merasa sangat terpukul dan malu. Saudara tahu mengapa? Karena orang Majus, yang bukan orang Yahudi, orang kafir, justru rela datang dari sebuah negeri yang sangat jauh hanya untuk mencari raja orang Yahudi yang baru lahir. Sedangkan orang Yahudi sendiri tidak bereaksi apa-apa terhadap kelahiran raja mereka. Saudara, orang Majus bukanlah pengangguran sehingga mau mengikuti jalannya sebuah bintang. Mereka adalah orang-orang terpandang dan memiliki pekerjaan yang mapan di negeri mereka. Mereka merupakan para astrolog yang cerdas, bahkan banyak sumber yang mengatakan bahwa mereka adalah raja-raja dari Persia. Orang-orang Majus datang dari jauh untuk mencari raja orang Yahudi. Ini bukan hal yang mudah, karena mereka harus mengorbankan banyak hal dalam pencarian tersebut. Mereka juga mesti menghadapi berbagai bahaya dan resiko dalam perjalanan mereka. Melihat fakta ini kita dapat melihat betapa orang-orang Majus ini benar-benar menunjukkan keseriusan mereka untuk mencari Tuhan Yesus. Di lain pihak, tindakan orang-orang Majus ini sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh imam kepala dan ahli-ahli Taurat pada saat itu. Imam kepala dan ahli Taurat tahu dari Kitab Suci, bahwa Raja Yahudi, yaitu Mesias akan dilahirkan di Bethlehem. Bahkan mereka juga dengan tegas memberikan jawaban pada Herodes tentang Anak itu ketika ditanya. Namun, ironisnya orang-orang yang ‘tahu’ ini tetap berdiam diri, tanpa usaha mencari Mesias yang mereka “nantikan” itu, padahal tempat dimana mereka berada, Yerusalem, hanya berjarak lima mil dari Bethlehem. Dari sini kita bisa melihat keengganan orang-orang Yahudi yang sangat kontras dengan kesungguhan orang Majus dalam mencari Tuhan Yesus. Di dalam keengganan mereka, orang-orang Yahudi tidak dapat bersukacita pada saat mendengar lahirnya Raja Yahudi. Bahkan dalam ayat 3 dikatakan bahwa mereka ikut terkejut bersama-sama dengan Herodes, atau dalam terjemahan lain dikatakan bahwa mereka menjadi susah atau terganggu dengan berita tersebut. Terlebih dari itu mereka menjadi ketakutan –baik Herodes maupun imam kepala dan ahli Taurat—. Karena ketakutan, orang Yahudi sama sekali tidak mau terlibat dengan Raja mereka yang baru lahir itu, apalagi pergi mencarinya. Sementara itu orang Majus yang baru satu kali bertemu dengan Herodes dan tidak mengenal kekejaman-nya tetap meneruskan pencarian mereka sesuai dengan perintah Herodes dan sesuai juga dengan tekad mereka yang semula. Mereka berjalan mengikuti bintang yang istimewa itu dan mereka menjadi sangat bersukacita ketika bintang itu berhenti di atas rumah di mana Tuhan Yesus, Raja yang mereka cari itu berada. Di dalam bahasa aslinya dikatakan bahwa orang Majus sangat bergembira dengan sukacita besar yang berlimpah-limpah, kalimat ini merupakan ungkapan perasaan yang meluap-luap atas keberhasilan usaha mereka mencari sang Raja, setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan penuh resiko. Saudara, mungkin kita bertanya-tanya, mengapa orang Majus sampai begitu ngotot untuk mencari TuhanYesus? Apa yang dapat diberikan oleh seorang Anak yang baru lahir bagi mereka? Alasan satu-satunya yang membuat mereka ngotot untuk mencari Dia adalah karena mereka mengetahui dari BINTANG yang mereka lihat, bahwa Anak yang baru lahir itu sangat penting bagi dunia dan bagi mereka juga! Itu sebabnya mereka sangat bersukacita pada saat menemukan Anak itu setelah melalui proses pencarian yang begitu panjang.
IlustrasiSaudara, ada seorang pemuda yang kuliah di sebuah universitas di sebuah kota kecil. Pemuda ini bukan dari keluarga yang berada, namun ia beruntung bisa mendapatkan beasiswa dari seseorang yang tidak dikenalnya sehingga ia bisa melanjutkan studinya. Pemuda ini sangat ingin bertemu dengan orang yang selama ini membiayai kuliahnya. Ia ingin berterima kasih kepadanya, tetapi ia tidak pernah bertemu dengan orang itu, ia hanya bisa menemui perantara yang merahasiakan identitas orang yang dermawan itu. Namun setelah sekian lama, setelah ia terus berusaha membujuk perantaranya, maka suatu ketika diadakan sebuah pertemuan. Betapa terkejutnya pemuda itu ketika ia bertemu dengan sang penolongnya. Ia sama sekali bukan orang kaya. Ia seorang wanita tua, janda, yang tidak punya anak dan bekerja sebagai seorang penjual kue. Wanita tua ini ternyata merasa bisa mencukupi hidupnya yang sederhana dengan penghasilannya berjualan kue hingga ia memberikan seluruh uang pensiun suaminya bagi pemuda yang membutuhkan biaya bagi kuliahnya. Pemuda ini sangat terharu dan bersukacita. Ia tidak bisa melupakan pertemuan dengan wanita tua yang begitu berarti baginya. AplikasiSaudara, apakah kita merasakan adanya sukacita dalam menyambut Natal? atau biasa-biasa saja? Jika kita merasa bahwa Natal ini biasa-biasa saja atau bahkan kita merasa Natal ini begitu dingin, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak ada yang khusus hingga bisa membuat kita bersukacita, kita perlu mengintrospeksi diri. Apakah Natal bagi kita hanya sebagai membagi kesibukan saja? Saudara perayaan bukanlah arti dan inti Natal, tapi arti Natal yang sesungguhnya adalah kehadiran Yesus sendiri dalam dunia sebagai Juruselamat, dan secara lebih spesifik Natal berarti kehadiran Yesus sebagai bagian penting dalam hidup kita. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah keberadaan Yesus yang merupakan inti Natal penting bagi kita? Ataukah kita sama seperti imam-imam dan ahli-ahli Taurat orang Yahudi? Kita tahu tentang Dia, tetapi enggan untuk bertemu denganNya. Kita bisa saja bercerita pada banyak orang tentang Yesus, Juruselamat yang datang ke dunia, namun kita sendiri tidak menyambutNya. Kita sibuk dengan urusan kita sendiri dan mengabaikan keberadaanNya. Jika Yesus benar-benar penting dalam kehidupan kita, tentunya kita punya kerinduan yang besar untuk bertemu dengan Dia. Kita akan berusaha untuk mencariNya. Kalau dalam usaha pencarian orang-orang Majus dipimpin Tuhan dengan bintangNya, maka kita pun demikian juga, jika pada saat ini kita bersungguh-sungguh berusaha mencariNya, Tuhan tidak akan tinggal diam. Ia tetap memimpin kita yang mencariNya dengan sungguh-sungguh. Kalau kepada orang Majus Tuhan memberikan bintang yang menerangi jalan mereka hingga dapat sampai di tempat di mana Yesus berada, maka bagi kita Tuhan memberikan firman yang menerangi jalan hidup kita yang memimpin kita kepada pertemuan pribadi dengan Yesus. Pertemuan pribadi dengan Yesus itulah yang membuat kita bersukacita.
2. Kita akan bersukacita jika kita sungguh-sungguh menyembah Tuhan Yesus (ay. 2,11) Saudara, penyembahan yang dilakukan oleh orang-orang majus memang berbeda dengan penyembahan yang umum dilakukan oleh orang-orang di dalam ibadah Praise and Worship yang berkembang akhir-akhir ini. Namun, adalah benar jika dikatakan bahwa penyembahan kepada Tuhan seharusnya mendatangkan sukacita. Orang Majus telah membuktikan kebenaran itu. Mereka datang dari jauh mencari Dia dengan tujuan hanya untuk menyembah Dia. Dalam ayat 2 kita bisa melihat bahwa orang-orang Majus ini dengan penuh keyakinan mengatakan alasan mereka mencari Raja orang Yahudi itu, dengan pernyataan “Kami datang untuk menyembah Dia” kepada orang-orang yang mereka minta keterangannya. Sungguh suatu pernyataan yang indah dan tulus yang bukan klise belaka, dan itu dibuktikan ketika mereka tiba di rumah sederhana di suatu kota kecil dengan penuh sukacita, tanpa mengeluh. Padahal sebelumnya mereka punya bayangan bahwa Raja itu pasti berada di kota besar, yaitu Yerusalem, karena di sanalah seorang raja selayaknya berada. Itulah sebabnya walaupun bintang itu tidak memimpin mereka ke Yerusalem, mereka tetap masuk dan mencari Tuhan Yesus di Yerusalem. Akan tetapi kenyataannya mereka tidak menemukan Dia di sana. Justru setelah mereka keluar dari Yerusalem bintang itu kembali terlihat dan kembali berjalan memimpin perjalanan mereka menuju kota kecil Bethlehem. Orang Majus tidak menjadi kecewa sekalipun harus bertemu dengan kondisi yang di luar bayangan mereka yang semula, bahkan sebaliknya, sukacitanya meluap-luap karena mereka bisa bertemu dan menyembah Dia yang sudah lama mereka cari. Penyembahan yang mereka lakukan adalah suatu pernyataan rasa hormat yang hanya layak diberikan kepada orang yang mulia, yang derajatnya lebih tinggi dari mereka. Bagi orang-orang Majus ini, Yesus layak menerima penghormatan yang demikian dan mereka bahagia bisa menjadi orang yang memberikan penghormatan secara langsung kepada-Nya dengan bertemu secara pribadi dengan Dia dan sujud menyembah di hadapanNya. Di sisi lain kita juga akan melihat orang yang katanya akan ‘menyembah’ Tuhan Yesus, yaitu Herodes. Dalam ayat 8 Herodes memerintahkan orang Majus untuk pergi mencari Raja Orang Yahudi itu dan kembali padanya jika sudah menemukan Dia dengan alasan bahwa ia juga mau menyembahNya. Namun dibalik kata ‘menyembah’ yang diungkapkan Herodes tersembunyi maksud dan rencana yang jahat. Herodes berencana untuk membunuh Anak itu jika ia sudah menemukannya. Akan tetapi rencana Herodes gagal, orang Majus itu tak pernah kembali kepadanya. Untuk itu ia mengambil langkah lain, ia membunuh semua anak yang berumur di bawah dua tahun dengan harapan bahwa Raja orang Yahudi itu termasuk diantaranya. Tetapi rencana ini pun gagal karena Yusuf telah membawa Maria dan bayi Yesus lari ke Mesir. Sama sekali tidak ada keinginan di dalam hati Herodes untuk menyembah Tuhan Yesus. Dan sama sekali tidak ada sukacita dalam hati Herodes selain dari pada kemarahan, iri hati, dan kebencian. AplikasiSaudara, saya rasa kita tidak terlalu picik seperti Herodes, akan tetapi mungkin kita menggunakan alasan yang sama yaitu ingin menyembah Dia padahal bukan hal itu yang ingin kita lakukan. Mungkin yang kita cari hanyalah keramaian, hiburan, kesenangan pribadi, yang tidak ada hubungan sama sekali dengan kerinduan untuk menyembah Dia dengan sungguh-sungguh. Jika itu yang terjadi, kita tidak akan pernah menikmati sukacita yang sesungguhnya. Allah ingin kita menyembahNya dan bersukacita dalam penyembahan itu. Saudara, jika orang Majus saja bisa menyembah Tuhan Yesus yang mereka sendiri tidak tahu bahwa Ia adalah Allah, apalagi kita. Dan alangkah indahnya, saudara, jika penghormatan atau penyembahan itu kita lakukan di dalam roh dan kebenaran seperti yang tercantum dalam Yohanes 4:24. Maksud menyembah dalam roh dan kebenaran adalah penyembahan yang bukan secara fisikal , tapi penyembahan dari dalam hati. Bukan ritual, bukan korban, bukan persembahan, dan bukan juga puasa yang berkenan pada Tuhan, akan tetapi ketulusan dalam memberikan pengakuan terhadap Dia sebagai yang Tertinggi.Di dalam pemujaan kita dalam puji-pujian, dengan kata-kata yang memuji-puja. Allah berkenan dengan pemujaan pribadi kepadaNya dengan hasrat untuk mematuhiNya. Allah juga berkenan pada penyerahan jiwa di hadiratNya yang kekal. Saudara, Allah merindukan penyembah-penyembah yang demikian dan Ia melihat kepada jiwa-jiwa yang haus dan rindu pada kebenaran. Mari kita melihat kembali pada penyembahan-penyembahan yang selama ini kita lakukan. Adakah penyembahan kita berupa pemujaan pribadi kepadanya diiringi hasrat untuk mematuhiNya, atau sekedar upacara ritual yang biasa kita lakukan. Ketika kita menaikkan pujian, berdoa, dan mendengar firman adakah kita menyerahkan jiwa kita di hadiratNya ataukah kita cuma menjadi penonton dan partisipan yang ikut-ikutan saja? Atau hanya sebagai pengeritik pedas terhadap semua pekerjaan Tuhan yang sedang berlangsung ? Hanya Saudara sendiri dan Tuhan yang mengetahuinya. Saudara, saya rasa semua saudara yang hadir hari ini menginginkan bahwa Natal tahun ini akan menjadi Natal yang paling indah dan penuh sukacita. Oleh karena itu, marilah kita sungguh-sungguh mencari Tuhan Yesus dan sungguh-sungguh menyembah Dia, maka bukan hanya Natal ini, akan tetapi setiap Natal bahkan setiap hari akan menjadi saat terindah dan penuh sukacita, karena merasakan Natal dalam hidup kita. Amin. | |