sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema           :  NATAL DAN TERORISME

Nats            :   Matius 2:13-18.

Penulis        :  Pdt. Bob Jokiman

Tujuan        :   Agar jemaat dapat memahami arti Natal yang sebenarnya, mengerti bahwa sejak semula yaitu pada Natal  pertama teroris sudah mewarnai Natal. Yang terpenting bukan meriahnya perayaan Natal, tetapi maksud Natal itu tercapai.

Pendahuluan:

Sejak terjadinya tragedi 11 September 2001, di mana dua buah pesawat sipil domestik Amerika dibajak lalu ditabrakkan ke Twin Tower World Trade Center (WTC)  di New York, maka istilah ‘teror’, ‘teroris’ dan ‘terorisme’ menjadi sangat populer. Setiap hari baik di Surat Kabar ataupun Radio dan TV, kata-kata tersebut selalu muncul mengalahkan istilah-istilah lain. Tokoh teroris Osama Bin Laden, menjadi sangat populer hingga dapat diusulkan menjadi “Man of the Year’ Majalah TIME.

Ancaman Teroris

Musuh yang harus dimusnahkan oleh US, NATO, PBB maupun ASEAN adalah ‘teroris’. Musuh bersama bangsa-bangsa yang cinta damai adalah ‘teroris’. Segala sesuatu yang berkaitan dengan ‘teror”, “teroris’ dan ‘terorisme’ telah mendatangkan trauma bagi setiap penduduk dunia. Bukan hanya para penghuni gedung-gedung tinggi pencakar langit yang ketakutan hingga meninggalkan apartemen mereka. Bahkan hampir semua perusahaan penerbangan, parawisata dan perhotelan di seluruh dunia mengalami kerugian yang luar biasa, puluhan ribu karyawan telah diberhentikan dan masih puluhan ribu lagi yang tinggal menunggu waktu untuk di-PHK-kan. Semua itu disebabkan karena orang tidak berani alias takut melakukan penerbangan ataupun perjalanan   kalau tidak terlalu sangat penting. Biasanya pada hari-hari menjelang atau setelah Thanksgiving atau Natal, penerbangan sangat padat sehingga tidak mudah untuk mendapatkan seat, jikalau tidak jauh-jauh hari membuat reservation. Apalagi setelah ada ancaman bahwa beberapa jembatan yang terkenal di California akan diledakkan jumlah orang yang mengadakan perjalanan merosot banyak dibanding tahun-tahun yang lalu. Diduga terjadi penurunan perjalanan sebanyak 27% di akhir tahun ini.

Dengan terjadinya tragedi 911 yang menghancur-luluhkan Twin Tower yang merupakan lambang kejayaan ekonomi Amerika dan porak-porandanya sebahagian Gedung Pentagon, lambang kedigdayaan pertahanan Amerika, maka tiada lagi jaminan keamanan  bagi rakyat Amerika dari serangan teroris. Di mana saja dan kapan saja jiwa penduduk Amerika dan penduduk dunia dapat terancam. Apalagi setelah Presiden AS George W Bush mengingatkan para pemimpin Eropa Timur dalam konferensi antiteroris di Warsaw Polandia bulan lalu, bahwa Osama bin Laden dengan jaringan Al Qaeda sedang mencari senjata kimia, biologi dan nuklir. Hal ini akan menjadi ancaman bagi setiap bangsa dan masyarakat dunia. Jatuhnya sejumlah korban Anthrax di Amerika merupakan kenyataan yang tidak boleh diremehkan adanya terorisme dengan senjata kimia tersebut. Sekalipun pemerintahan Taliban di Afghanista telah jatuh tidak berarti bahwa ancaman teroris ikut lenyap.

 Warna Natal di awal Milenium:

Jika kita memperhatikan dengan saksama suasana Natal disekitar kita dan dunia umumnya, maka kita menemukan bahwa perayaan Natal tahun ini tidak semeriah tahun-tahun yang lalu. Mungkin semua ini disebabkan karena belum lenyapnya perasaan duka di hati banyak orang sehubungan dengan  tragedi 911.

Keadaan ekonomi yang makin memburuk sehingga banyak diantara kita tidak mempunyai dana yang memadai untuk merayakan Natal seperti biasanya dan yang terutama adalah prihatinnya kita dengan ancaman-ancaman terorisme. Siapa tahu di tengah kemeriahan Natal, tiba-tiba para teroris menyerang. Natal yang damai tahun ini sepertinya dikabuti oleh ancaman terorisme. Dari Newsletter sebuah STT di Indonesia, saya mendapat berita sbb.”Kita sudah memasuki bulan Natal kembali. Tak seperti biasanya suasana Natal hampir tidak terasa di kota ini dibandingkan tahun-tahun yang dulu. Mudah-mudahan suasana itu tak mengurangi minat kita untuk menyambut peristiwa bermakna bagi manusia, Yesus datang menebus manusia.” (Berita STT Jafrray.Vol.2/No.21/November2001).
Warna Natal Pertama:

Sebenarnya, jika kita memperhatikan Natal yang pertama, maka Natal itupun diliputi nuansa terorisme. Terorisme selalu mendatangkan ancaman bagi jiwa manusia, terutama jiwa-jiwa yang tidak bersalah. Seperti yang dicatat oleh Penginjil Matius :” Setelah orang-orang Majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."  Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,  dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang Majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi." (Matius 2:13-18)

Perintah Herodes untuk membunuh anak-anak yang berusia dibawah dua tahun di Betlehem itu adalah teror yang sangat mengerikan karena jelas sekali yang menjadi sasaran adalah para bayi yang tidak berdaya. Menurut catatan sejarah bayi yang terbunuh ketika itu mencapai jumlah hampir 200 orang.

Aplikasi:

Kita dapat bayangkan betapa perih dan pedihnya hati para orang tua yang bayi mereka tanpa salah dicabut begitu saja nyawanya oleh para teroris Herodes tersebut, bak menyembelih ayam saja. Seperti perih dan pedihnya hati para anggota keluarga yang kehilangan sanak-saudaranya dalam tragedi 911 tersebut. Demikian juga dengan para anggota keluarga yang kehilangan sanak-saudaranya dalam tragedi SARA di Indonesia, terutama di Maluku dan Poso, yang jumlahnya melebihi korban WTC sebagai ulah para teroris yang membenci saudara/i seiman kita tersebut. Teror yang mengancam saudara/i seiman kita di Maluku dan  Poso sampai sekarang belum berakhir, entah bagaimana mereka merayakan Natal kali ini. Mungkin bagi mereka tahun ini tiada lagi Natal karena teror setiap saat mengancam. Sehingga mustahil untuk merayakan Natal dalam suasana tenang dan tenteram.

Natal dan peranan iblis:

Terorisme selalu mendatangkan ancaman bagi jiwa manusia, terutama jiwa-jiwa yang tidak bersalah. Yesus berkata: ”Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. “ (Yohanes 8:44a). Tegas sekali Tuhan mengatakan bahwa iblislah yang berada dibelakang ‘teror’, ‘teroris’ dan ‘terorisme’ itu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang melakukan teror adalah pengikut iblis, terorisme adalah perbuatan iblis; karena iblis adalah bapa segala pembunuh dan keinginannya hanya membinasakan umat manusia.

Kalau kita memperhatikan kehidupan Yesus, kita akan menemukan bahwa sejak kelahiran hingga kematian-Nya hampir setiap hari Ia menghadapi teror dari orang-orang yang memusuhinya. Berulang kali Ia hendak dirajam batu dan diterjunkan ke dalam jurang. Sesungguhnya Tuhan Yesus adalah orang yang hidup di tengah teror, seperti anak-anak dan Gereja Tuhan di Indonesia, yang tiap hari terancam bom. Namun semua itu tidak menggetarkan Yesus. Pada saat Ia mengadakan Perjamuan Terakhir dengan murid-murid-Nya, Tuhan Yesus berkata:”Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 6:33).

Jaminan damai sejahtera tersebut disampaikan Tuhan Yesus kepada murid-murid menjelang kematian-Nya, pada malam di mana  ia sendiri juga menghadapi teror dari si iblis. Ia sama sekali tidak takut dan gentar, bahkan hati, jiwa, dan pikiran-Nya penuh damai serta keyakinan mengalahkan teror tersebut, karena untuk itulah Ia datang. Tuhan Yesus datang untuk memusnahkan terorisme dan teror maut seperti yang diungkapkan oleh Rasul Yohanes, Rasul kasih itu:” Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.” (1 Yohnaes 3:8)

Itulah Natal suadara/i. Jadi Natal bukan sekedar bayi di palungan, para malaikat menyanyikan pujian-pujian, para gembala di padang menjaga domba serta para Majus yang datang dari timur menyembah dan mempersembahan hadiah. Bukan juga sekedar Festival Paduan Suara, Malam Terang Lilin, Drama Natal, Pohon Terang dan Tukar Kado. Natal adalah manifestasi kuasa Allah yang mematahkan, mengalahkan serta menghancurkan kuasa maut. Dengan kelahiran Kristus, terorisme telah  dipunahkan dan sekaligus menyatakan kasih-karunia, pengampunan, damai sejahtera Allah,  hidup baru dan kekal kepada umat manusia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasul Paulus:”Upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23)

Rasul Paulus, seorang hamba Tuhan yang setia dan mengasihi Tuhan, demi pekabaran Injil juga menghadapi teror kematian setiap hari:”Dan kami juga--mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar.” (1 Korintus 15:30-31) Namun demikian seperti Tuhan dan Junjungannya, iapun tidak gentar  sebab yakin bahwa Juruselamat telah mengalahkan teror maut tersebut:”Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" ( 1 Korintus 15:54-55)

Penutup:

Natal dan terorisme bukan hanya terjadi pada Natal pertama atau setelah tragedi WTC. Ketika gerakan Black Panther di Amerika sedang populer, FBI menemukan sebuah kartu Natal yang unik diedarkan diantara anggota Black Panther. Pada kartu Natal tersebut tercetak percakapan antara seorang ayah dengan putranya. Ayah:”Nak apakah yang engkau inginkan untuk Natal?” Si anak menjawab:”Senapan mesin, pistol. Satu kotak granat. Satu kotak dinamit dan satu kotak korek-api”  Yang diminta bukan senjata mainan atau dari plastik seperti yang sering diberikan para orang-tua sebagai hadiah Natal kepada anak laki-lakinya. Dengan demikian nyata bahwa dalam dunia ini Natal dan terorisme bukanlah sesuatu yang asing; khususnya bagi penduduk Amerika atau Indonesia.

Saya tidak tahu bagaimana Anda merayakan Natal kali ini. Apakah Anda dapat merayakan Natal tahun ini seperti tahun-tahun lalu atau tidak. Namun sekalipun ancaman terorisme mengintip di masa raya Natal ini hendaklah damai sejahtera Tuhan menyertai kita sekalian.

Makna Natal tidak ditentukan oleh meriah tidaknya kita  merayakannya. Namun adakah kita mengalami damai-sejahtera Allah di hati, jiwa dan pikiran kita dalam merayakan Natal di tengah ancaman terorisme ini? Terutama adakah Bayi Natal itu, Tuhan Yesus Kristus; lahir di hati dan hidup kita?  Sambil merayakan Natal tahun ini, marilah kita juga mendoakan saudara/i. seiman kita yang di Maluku dan Poso, agar Tuhan Yesus Kristus sang Juruselamat, Raja Damai yang datang di hari Natal itu; menaungi mereka dengan kuasa-Nya sehingga terhindar dari serangan teroris dan dapat turut merayakan Natal sebagaimana layaknya.

Selamat Hari Natal 25 Des. 2001 dan Selamat Tahun Baru 1 Jan. 2002. Amin.