sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

NATAL YANG BERHASIL

Penulis              :  Peter Tjandra

Nats                 :  Lukas 2:15-20

Tujuan              :  Mengajarkan jemaat tentang kehendak Allah dalam perayaan Natal 

                           Aga mereka dapat membedakan mana perayaan Natal yang berhasil dan

   mana yang tidak.

 

Pendahuluan

Panitia Natal suatu gereja melaporkan pelayanan  yang sudah selesai mereka kerjakan sebagai berikut: 

”Bapak, Ibu dan Saudara-saudara yang kami kasihi dalam Yesus Kristus, kami akan melaporkan hasil kerja panitia Natal.  Terima kasih banyak atas dukungan dan kerja sama yang telah Bapak/Ibu/Saudara-saudara berikan.  Natal tahun lalu telah selesai kita laksanakan.  Semuanya berjalan dengan lancar dan sukses.  Banyak orang mengatakan bahwa Natal kali ini berhasil dengan baik.  Semua panitia telah bekerja sama dengan baik dan penuh tanggung jawab.  Acara-acara yang diselenggarakan sangat menarik sebagaimana Bapak/Ibu/Saudara-saudara saksikan dan nikmati.  Bahkan dari Bendahara, sudah dihitung dana yang masuk ke panitia Natal masih surplus sebesar Rp. 1.543.200,-.  Semua dana tersebut akan kami setorkan kepada Bendahara Gereja.  Demikian, terima kasih.” 

Laporan panitia Natal di atas membuat saya berpikir ulang sekali lagi tentang kehendak Allah dalam perayaan Natal.  Betulkah Natal yang berjalan lancar, acaranya menarik, dan kelebihan dana adalah perayaan Natal yang berhasil dan sesuai dengan kehendak Allah? 

Saya merenungkan satu perikop Alkitab yang sering dilupakan untuk dikhotbahkan pada hari Natal.  Di dalamnya saya menemukan bahwa ukuran keberhasilan Natal yang sesuai dengan kehendak Allah bukanlah semua yang telah disebutkan di atas, tetapi yang menjadi ukuran keberhasilan perayaan Natal adalah adanya reaksi yang benar dari orang-orang yang mendengar berita Natal.  Apa saja reaksi yang benar tersebut?

Dalam perikop yang telah kita baca tadi kita dapat menemukan tiga macam reaksi yang benar yang dapat menjadi ukuran keberhasilan perayaan Natal, yaitu: 

1.  Adanya orang-orang yang merasa heran atau ajaib setelah mereka mendengar berita Natal (ay. 18)

Saudara-saudara, perikop yang kita baca tadi dimulai dengan berita sukacita dari malaikat kepada gembala-gembala yang sedang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.  Gembala-gembala yang mendengar berita tersebut begitu ketakutan, tetapi setelah malaikat meyakinkan mereka bahwa berita yang dibawanya adalah berita sukacita atas kelahiran seorang Anak yang menjadi Juruselamat manusia maka mereka menjadi percaya.

Begitu malaikat meninggalkan mereka, tanpa menunda-nunda dan menunggu waktu lebih lama, mereka segera berangkat ke Betlehem untuk melihat langsung kebenaran berita itu.  Dan benar, mereka menemukan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan (ay. 17-18).  “Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan tentang Anak itu.  Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.”  Inilah reaksi yang pertama yang timbul dari orang-orang yang mendengar berita Natal yang pertama dari penginjil-penginjil pertama di hari Natal yang pertama.  Siapa saja yang merasa heran saat itu?  Dikatakan semua orang, jadi yang merasa heran paling tidak gembala-gembala, Yusuf, Maria, dan orang-orang yang ada bersama-sama mereka di sana.  Mengapa mereka merasa heran atau ajaib?  Apakah karena berita yang mereka sampaikan itu, yakni semua berita dari malaikat tentang Anak itu?  Lalu siapakah Anak itu? 

 

Ilustrasi:  Nabi Yesaya telah mencatat 700 tahun sebelumnya bahwa Anak itu akan lahir dalam Yesaya 9:5.  Nabi Yesaya berkata bahwa seorang Anak telah lahir untuk kita … dan nama-Nya adalah Ajaib.  Nabi Yesaya menubuatkan tentang Anak itu, yaitu Yesus Kristus yang disebut Ajaib.  Setiap kali memberitakan berita Natal berarti diberitakan sekali lagi tentang kelahiran Yesus Kristus yang Ajaib itu.  Adakah orang-orang yang mengikuti perayaan Natal telah mendengar Anak yang disebut Ajaib itu dan merasakan bahwa berita itu betul-betul ajaib dan mengherankan?

 

Aplikasi:  Saya takut, kalau-kalau perayaan Natal kita tahun demi tahun lewat tanpa seorang pun menangkap berita Natal yang sesungguhnya dan merasa heran atau ajaib.  Koq bisa, Allah yang tidak terbatas membatasi diri masuk ke dalam kandungan Maria dalam sembilan bulan lebih dan dilahirkan?  Koq bisa, Allah yang mulia, yang memiliki segala sesuatu, Pencipta segala sesuatu, ketika Ia datang ke dunia tidak ada tempat bagi-Nya?  Ia harus lahir di kandang yang hina, bau, kotor, dan dibaringkan di palungan!  Oh … betapa mengherankan dan melampaui akal pikiran manusia yang terbatas.

Mari kita sekali lagi meninjau ulang perayaan Natal kita.  Sudah berhasilkah?  Adakah sekali lagi berita tentang Anak Yang Ajaib itu dirasakan begitu ajaib dan mengherankan Saudara dan saya?  Kalau ada, itu pun belum cukup, kita harus memasuki reaksi yang kedua:

 

2.  Adanya orang-orang yang menyimpan dalam hati dan merenungkan berita Natal (ay. 19)

Hanya merasa heran lalu berhenti, akan menjadi sia-sia kalau berita Natal tidak menjadi bagian dalam hati kita.  Maria, telah mendengar berita tentang bayi yang dikandungnya sebelum gembala dan orang lain mendengarnya.  Maria pertama kali didatangi oleh malaikat ketika ia tinggal di Nazareth.  Malaikat memberitahu tentang Anak yang akan dikandungnya.  Dan ia betul-betul mengandung-Nya dan bahkan telah melahirkan-Nya.  Sekarang apa yang didengarnya dikonfirmasikan lagi oleh gembala-gembala yang datang mengunjunginya.  Betapa mengherankan peristiwa itu baginya, tak terkatakan lagi baginya, dan ia maju dengan reaksi yang lebih dalam sebagaimana yang dicatat dalam ay. 19, “Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.”

Menyimpan dan merenungkan mengandung pengertian bahwa Maria mengingat dan terus-menerus memikirkan peristiwa yang ajaib itu yang telah begitu mengherankan dia, juga semua orang yang mendengarnya.

 

Ilustrasi:  Saudara-saudara, pernahkah Saudara mendengar suatu berita sehingga Saudara terus-menerus mengingat dan memikirkannya siang dan malam?  (Ini suatu kesaksian) Saya pernah punya pengalaman seperti itu.  Pada bulan April 1997, saya mengangkat telepon dan memberitahukan kepada kekasih saya bahwa saya akan menikahinya pada tanggal 21 Oktober 1997.  Waktu itu saya berada di Pontianak, Kalimantan Barat dan ia berada di Jakarta.  Ia cukup kaget, tetapi ia berjanji akan memberi kabar kalau ia sudah mengambil keputusan.  Beberapa waktu kemudian ia mengirimkan kabar baik bahwa ia bersedia dan siap untuk menjadi penolong yang sepadan bagi saya.  Betapa bahagianya saya saat itu.  Dan mulai saat itu sampai memasuki hari pernikahan dialah yang terus-menerus menjadi ingatan dan pikiran saya.  Saudara-saudara, saya memikirkan, berita Natal tentang kelahiran Yesus Kristus, yang sudah dinantikan manusia sejak manusia jatuh ke dalam dosa, yang terjadi hanya satu kali dalam sejarah hidup umat manusia, yang menjadi Juruselamat satu-satunya bagi manusia berdosa seharusnya menjadi ingatan dan pikiran kita terus-menerus, bukan hanya pada hari-hari Natal saja, tetapi juga seumur hidup kita.

 

Aplikasi:  Saudara-saudara, kita baru saja merayakan Natal.  Apakah berita Natal masih kita simpan dalam hati kita dan kita renungkan dengan baik?  Saya kuatir saat perayaan Natal kita semua hanya tenggelam dalam kesibukkan kita masing-masing.  Saudara berlelah-lelah mengerjakan dekorasi, berjerih payah menyiapkan acara dan konsumsi Natal, membanting tulang bekerja sampai jauh malam menyiapkan Natal, tetapi kita sampai melupakan bahwa yang terpenting yaitu berita Natal yang mengherankan itu harus kita simpan dalam hati dan renungkan saat ini dan seterusnya.

Mari kita bertanya pada diri sendiri.  Kesan Natal apa yang masih ada dalam hati dan pikiran kita saat ini?  Apakah makanannya yang enak, acaranya yang ramai dan menarik, atau kita sudah mempunyai reaksi yang benar dalam merayakan Natal seperti yang dimiliki oleh Maria?

 

3.  Adanya orang-orang yang memuji dan memuliakan Allah setelah mendengar berita Natal (ay. 20)

“Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.”  Gembala-gembala memang kembali kepada domba-domba mereka.  Mereka kembali ke padang untuk mengurus domba-domba mereka, tetapi sekarang mereka sudah memiliki hati yang baru yang penuh sukacita.  Mereka telah mendengar dan melihat peristiwa yang disampaikan oleh malaikat dan mereka membuktikan Allah sungguh setia dan tidak pernah berbohong, maka mereka mulai memuji dan memuliakan Allah.

Kata “memuji” menunjukkan kebaikan yang telah Allah perbuat bagi mereka dan kata memuliakan menunjukkan pada kebesaran karya Allah bagi mereka.  Gembala-gembala tahu Allah telah menyatakan kebaikan pada mereka.  Betapa tidak, mereka yang dianggap hina dan terbuang boleh menerima berita sukacita Natal yang pertama, dan akhirnya mereka boleh bertemu Juruselamat dan diselamatkan.  Mereka juga boleh mengerti kebesaran karya Allah.  Betapa tidak, Allah yang Mahakuasa datang kepada mereka yang tak berdaya, Allah Pencipta masuk ke dalam sejarah untuk hidup di tengah-tengah manusia.  Allah yang kudus datang ke dunia untuk mencari orang-orang yang berdosa.  Itulah yang menyebabkan mereka tak habis-habisnya memuji dan memuliakan Allah. 

 

Aplikasi:  Adakah pujian dan kemuliaan yang kita berikan kepada Allah selama atau setelah kita merayakan Natal?  Adakah pujian kepada Allah yang telah menyatakan kebaikan untuk kita?  Adakah kemuliaan yang dinyatakan kepada Allah karena kebesaran karya-Nya yang telah kita nikmati?  Bagaimana kalau hari ini setelah kita pulang ke rumah nanti kita saling bertanya untuk evaluasi, istri bertanya kepada suami, suami kepada istri, anak bertanya kepada orang tua, orang tua kepada anak, kakak bertanya kepada adik, adik bertanya kepada kakak, dan seterusnya.  “Apakah kamu sudah merayakan Natal yang berhasil yang sesuai dengan kehendak Allah?  (Pakailah 3 reaksi yang benar di atas untuk mengukur apakah perayaan Natal kita benar-benar berhasil).

 

Penutup:  Kalau belum berhasil, coba buka, baca dan renungkan kembali bagian Firman Allah yang mengisahkan tentang kelahiran Yesus Kristus bersama-sama.  Maukah Saudara?

            Dan akhirnya jangan lupa, setelah semua dilakukan, belajarlah seperti gembala-gembala itu, yakni memberitahukan segala sesuatu tentang berita Natal kepada orang-orang di sekitar kita yang belum mengenal Yesus Kristus.  Mungkin itu tetangga kita, teman sekolah kita, teman kantor, pembantu rumah tangga, mereka juga membutuhkan berita Natal.  Mereka semua perlu diselamatkan dan sebelumnya mereka perlu tahu dan percaya kepada Yesus Kristus yang ajaib.  Mereka perlu diajak untuk menyimpan dan merenungkan Firman Allah.  Dan akhirnya kita bisa bersama mereka memuji dan memuliakan Allah.  Amin.