| |
KARUNIA KEHADIRAN ALLAHPenulis : Willyem Onggo Wijaya Nats : Matius 1:18-25 Tujuan : Agar jemaat dapat mengingat dan memahami kembali makna kehadiran Allah melalui kelahiran Yesus Kristus sehingga dapat senantiasa bersyukur kepada Tuhan; dan juga agar jemaat dapat merayakan Natal dengan penghayatan yang berbeda.
PendahuluanSaudara, suatu ketika seorang malaikat senior memperlihatkan kemegahan alam semesta kepada seorang malaikat muda. Saat mereka berdua semakin dekat dengan bintang yang kita kenal sebagai matahari kita dan banyak planet yang mengelilinginya, malaikat senior menunjuk pada salah satu planet yang tampak seperti sebuah bola tenis kotor bagi malaikat kecil itu, ketika ia membandingkannya dengan segala ukuran dan kemegahan yang baru saja dilihatnya. Ketika sang malaikat senior menunjuk bola kecil itu dan meminta sang malaikat kecil memperhatikannya, malaikat kecil itu segera menjawab, “Yah, bagiku kelihatannya sangat kecil dan agak kotor. Apa istimewanya planet itu?” Malaikat kecil itu tidak nampak terkesan sama sekali dengan bumi sehingga ia hampir tidak dapat percaya ketika mendengar dari seniornya itu bahwa planet itulah yang didatangi oleh Yang Maha Kuasa di Surga. “Maksudmu Pangeran kita yang besar dan mulia… turun secara pribadi ke bola kecil yang kusam ini? Mengapa ia melakukan hal seperti itu?” Sambil merengut secara jijik, ia menyambung, “Maksudmu… Ia membungkuk begitu rendah sampai menjadi salah satu mahluk yang merangkak dan merayap di bola melayang itu?” “Memang begitu, dan aku kira Ia tidak akan suka kau menyebut mereka ‘mahluk yang merangkap dan merayap’ dengan nada suara seperti itu. Karena, walaupun bagi kita sangat aneh, Ia mengasihi mereka. Ia turun ke sana untuk mengunjungi mereka. Bahkan Ia mengorbankan nyawa-Nya supaya dapat mengangkat mereka agar menjadi seperti Dia.” Malaikat kecil itu tertegun. Pikirannya tidak dapat menerima apa yang telah terjadi bagi bola kecil di depan matanya itu; malaikat pun kesulitan menerima pengorbanan Allah yang mereka tinggikan itu. Sdr, peristiwa natal pertama menjadi kejutan bagi seisi penghuni surga. Bukan hal yang mudah mungkin bagi para malaikat untuk mengerti turunnya Allah yang mereka sembah ke dalam dunia yang penuh kekotoran seperti ini. Namun hal yang sama terjadi pada kita manusia. Kita yang dilayani dengan kedatangan Kristus seringkali tidak mengerti maknanya. Berapa banyak Natal yang telah kita rayakan tanpa mengerti dengan benar makna Natal yang sesungguhnya? Berapa banyak Natal yang kita lalui tanpa memikirkan lagi maksud kedatangan sang Putra Kudus itu? Ketika Desember tiba, yang lebih mendominasi pikiran kita adalah kartu-kartu yang harus dikirimkan, acara seperti apa yang harus diadakan,dsb. Lalu kemana pikiran tentang Sang Bayi yang kudus itu? Sdr, kita semua tidak dapat menyangkali bahwa sesungguhnya ada banyak natal yang kita lalui begitu saja, tanpa arti. Sesungguhnya, jika setiap orang percaya mengerti akan makna karunia Kehadiran Allah melalui kelahiran Yesus Kristus, maka kita akan merayakan natal dengan penghayatan yang berbeda.
Sdr, dari perikop yang telah kita baca, ada 3 makna penting dari karunia kehadiran Allah yang perlu senantiasa kita ingat. Yang pertama, Kehadiran Allah membangun komunikasi Allah dan manusia (v. 20). Sdr, sebelum Yusuf menerima penampakan dalam mimpinya ini, sesungguhnya Allah sepertinya tidak lagi pernah berhubungan dengan manusia. Setelah masa PL berakhir dengan kembalinya bangsa Israel dari pembuangan, ada selang waktu sekitar 400 tahun sebelum mimpi Yusuf itu. Selama 400 tahun itu, Allah seakan-akan diam, bungkam, dan memutuskan hubungan dengan manusia. Selama masa itu tidak ada catatan tentang Allah yang berbicara langsung kepada manusia. Para sarjana Alkitab menyebut masa ini sebagai silent years (masa sunyi). Masa Allah seakan-akan membiarkan manusia melakukan apa yang diinginkannya. Pada masa ini jugalah komunikasi antara Allah dan manusia menjadi dingin dan terputus. Sampai pada malam yang dingin di sebuah desa yang kecil, malaikat Tuhan menampakkan diri kepada seorang pria muda dalam tidurnya. Mungkin ia tidak dapat tidur dengan nyenyak malam itu. Kegelisahan mungkin membuatnya tidur dengan banyak bergelut ke kiri dan ke kanan. Pada saat itulah, Allah menyatakan apa yang selama ini telah direncanakanNya sejak kekekalan kepada tukang kayu itu. Rangkaian awal penyataan Allah dalam Perjanjian Baru mulai dengan persiapan kedatangan Kristus ke dalam dunia. Setelah Allah memanggil Yohanes Pembaptis (Yoh. 1:23) dan menyatakan kehendak-Nya kepada Maria (Luk. 1:26-38), tibalah giliran Yusuf untuk mendengar suara Allah. Rangkaian penyataan Allah bagi tiga pribadi ini telah membuka jalur komunikasi yang baru, dan Allah sendirilah yang berinisiatif membukanya kembali itu.
Sebenarnya mengapa perlu ada pemulihan komunikasi ini? Sdr, kedegilan hati manusia yang menghasilkan dosa sesungguhnya adalah satu-satunya yang menjadi tembok penghambat hubungan Allah dengan manusia. Kesempurnaan kekudusan Allah menuntut kita untuk hidup juga dalam kekudusan (Im 20:26). Sekali lagi, dosa dalam diri setiap pribadi itulah yang merusak komunikasi manusia dengan Allah. Kristus datang untuk membuka kembali jalur komunikasi yang terputus itu. Melalui diriNya, Yesus secara jelas menyatakan bahwa Allah yang kudus itu tidak lagi Allah yang jauh dengan sifat yang misterius. Allah bukan lagi Allah yang tidak terjangkau, Ia bahkan sangat dekat dengan kita. Dari perikop yang telah kita renungkan, Allah membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang dekat. Allah ingin agar kita dapat berbicara denganNya. Allah mengasihi kita dan Ia tahu sudah waktunya untuk menyatakan kasihNya kembali dengan cara ini. Ia ingin duduk berdua dengan kita; dan Ia ingin mendengar dan didengar oleh orang yang dikasihi-Nya. Sdr, setiap hari kita menggunakan mulut bibir kita untuk berbicara dengan banyak orang. Pertanyaannya, berapa banyak waktu yang kita pakai untuk berbicara kepada Allah kita? Allah ingin berbicara dengan kita, Ia telah membuka jalurnya on-line 24 jam bagi kita. Tidakkah itu berarti sesuatu bagi kita?
Yang kedua, kehadiran Allah memberi pengharapan bagi manusia (v.20). Setelah masa pembuangan ke Babel berakhir, bangsa Israel mulai memikirkan dan menantikan Mesias yang dijanjikan bagi mereka. Mereka mulai memperhatikan kembali segala nubuatan tentang Mesias yang dulunya bahkan tidak ingin mereka dengarkan. Penantian ini berlangsung begitu lama bagi mereka. Ketika pergumulan Yusuf itu terjadi bangsa Yahudi sesungguhnya sedang berada dalam penjajahan bangsa Romawi. Mereka –bangsa Israel— yang dulunya merupakan bangsa yang begitu besar, begitu kaya, begitu tak tergoyahkan; sekarang harus hidup dalam tekanan seperti ini. Sungguh tak terbayangkan sebelumnya. Bangsa sedemikian besar ini harus menutup catatan sejarahnya dalam keterpurukan. Dalam keadaan seperti ini, tentu saja bangsa Yahudi lebih rindu lagi untuk menantikan Mesias yang dijanjikan itu. Pengharapan mereka satu-satunya hanyalah juru selamat itu yang membebaskan mereka dari segala tekanan yang ada. Sdr, secara pribadi, kita melihat Yusuf yang juga sedang merasa tertekan dengan pergumulan yang ia hadapi. Bukan hal yang mudah baginya untuk menentukan masa depannya dengan Maria saat itu. Masalah kehamilan Maria menghantui seluruh pikirannya. Jika bangsa Yahudi menaruh pengharapannya kepada juru selamat itu, Yusuf –karena terlalu tertekan- bahkan hampir kehilangan pengharapannya. Karena itulah pada saat Allah menyatakan kehendakNya melalui mimpi kepada Yusuf, ia menjadi sadar kembali akan pengharapannya yang dapat diletakkan kepada Allah. Yusuf menemukan jawaban dari segala pergumulannya persis pada saat ia memang membutuhkan jalan keluar. Bahkan tanpa ia sadari, sesungguhnya jalan keluar yang ia terima dari Tuhan juga menjadi jawaban dari penantian panjang bangsa Israel. Ia menjadi alat yang Tuhan pakai untuk menyempurnakan rencana untuk karya keselamatan. Sdr, perhatikan kecemasan Yusuf yang diubahkan. Masalah yang ia hadapi rasanya menyimpang terlalu jauh dari apa yang ia harapkan. Namun… masalah yang rasanya penuh dosa, dikuduskan oleh Allah; seakan-akan membawa kematian, namun ternyata memberikan pemulihan; seakan-akan menjatuhkan nama baik Maria dan dirinya, ternyata justru membuatnya terkenal, sepertinya segala sesuatu berjalan buruk, ternyata menjadi berkat bagi semua orang! Kecemasan Yusuf berubah menjadi sukacita ketika ia menaruh pengharapannya kepada Allah. Sdr, demikian juga kita, pengharapan kita hanya kepada Allah saja. Kristus datang ke dalam dunia membawa serta segala pengharapan kita di atas bahuNya. Kristus tidak datang tanpa alasan. Ia tidak datang untuk bersantai-santai menikmati keadaan bumi yang diciptakanNya. Ia juga tidak datang sekedar untuk merasakan kehidupan daging. Ia datang dengan segenap hatiNya untuk kita; merelakan diri untuk menolong kita yang hidup tanpa pengharapan. Bahkan, ia menyediakan diriNya sebagai jawaban atas pengharapan kita yang utama kepada Allah, kehidupan kekal di Surga. Sdr, dari sejarah Alkitab yang telah kita bicarakan di atas, tanpa ragu kita telah melihat bagaimana pengharapan bangsa Israel dan Yusuf kepada Allah membuahkan hasilnya. Pengharapan itu tidak sia-sia. Allah menjawab sesuai dengan kehendakNya yang ajaib; yang seringkali tidak kita mengerti. Sdr, tanpa pengharapan, hidup kita menjadi tidak berarti. Di televisi kita melihat bencana: pesawat Concorde yang jatuh di Perancis, anak-anak yang tewas tertembak dalam suatu sekolah di Amerika, gempa bumi di Bengkulu, pendeta yang terfitnah di Padang, penganiayaan tanpa henti terhadap orang-orang percaya di Ambon, krisis pangan di kamp pengungsian… Sebelum sdr menghentikan daftar panjang ini dan bertanya kepada saya ‘mengapa harus membicarakan tragedi-tragedi seperti itu sekarang… pada saat Natal? Apa hubungan semua itu dengan Natal?’, baiklah saya mengatakannya kepada sdr. Karena, semua hal itulah yang menjadi alasan mengapa Kristus datang ke dunia ini. Kehadiran Allah dalam dunia membawa pengharapan. Allah ingin mengatakan kepada dunia yang tanpa pengharapan ini bahwa hidup kita –setiap pribadi- itu berarti. Dan ia menyatakannya dan membuktikan hal itu dengan cara: Ia hidup dalam dunia ini! Karena itu, jangan ragu untuk menaruh pengharapan kita kepada Allah sebab Ia yang menjadikan hidup kita berarti. Pertanyaannya pada point ini, berapa besar sdr telah menghargai pengharapan yang bayi Yesus itu bawa pada bahu-Nya natal ini?
Yang ketiga, kehadiran Allah menyediakan jalan keselamatan bagi manusia (v.21-23). Mari kita perhatikan sekali lagi apa yang malaikat Tuhan katakan kepada Yusuf. Malaikat Tuhan itu memulai beritanya dari surga dengan sapaan yang istimewa bagi Yusuf. Dicatatkan dalam firman Tuhan bagaimana malaikat itu menyapa Yusuf dengan sebutan ‘anak Daud’. Saudara, sebutan ini bukan sebutan yang umum diucapkan oleh Allah. Tidak ada catatan yang lain dalam Alkitab yang mencatat bahwa Salomo juga disapa dengan sebutan ‘anak Daud’ oleh Tuhan, padahal Salomo adalah keturunan Daud langsung yang paling menonjol dibanding dengan lainnya. Lalu mengapa Allah bisa tiba-tiba memanggil Yusuf dengan sebutan semacam itu? Saudara, saya memikirkan bahwa sesungguhnya inilah kunci penyambung janji Allah yang seakan-akan telah mulai dilupakan itu. Setelah menjanjikannya sekian lama, tibalah waktunya bagi Allah untuk menepatinya. Allah mulai membuka jalan bagi karya keselamatan manusia yang telah lama dirancangkanNya. Saudara, Injil Matius telah menuliskan dengan jelas bahwa Yesus akan menjadi juru selamat (v.21). Nama Yesus sendiri diadaptasi dari kata Ibr ‘Yoshua’ yang berarti penyelamat atau juru selamat. Selanjutnya, Matius juga menjelaskan bahwa Anak Allah ini akan disebut Immanuel ‘Allah beserta kita’ (v.23). Ia hadir dalam dunia untuk menjadi penuntun bagi kita untuk membawa kita kepada Allah. Saudara, sebagaimana seseorang tidak dapat dibinasakan oleh petir yang jauh; manusia juga tidak diselamatkan oleh seorang juru selamat yang jauh. Kabar baik tidak hanya perlu untuk dikumandangkan, namun juga dibawa secara nyata. Dan inilah yang Kristus nyatakan. Immanuel, Allah beserta kita – menyatakan kehadiran Allah adalah satu-satunya jalan bagi keselamatan manusia. Saudara, pada malam natal ini, ijinkan saya mengajak sdr membayangkan kembali bagaimana peristiwa natal yang agung dan indah itu terjadi pertama kalinya. Pejamkanlah mata Saudara sekarang, dan biarkan pikiran Saudara terbang ke masa lalu… lukiskan Betlehem dimalam hari dalam benak Saudara; kandang domba yang sederhana; tumpukan jerami yang bertaburan; lihatlah Yusuf dan Maria, lihatlah seri di wajah mereka berdua –sukacita; dan lihatlah ke arah palungan tua di sudut kandang itu; perhatikan paras wajah bayi mungil yang mulia itu; lucu, teduh, tenang dan… mulailah sdr mengingat, bayi dalam bayangan sdr inilah yang membawa keselamatan dalam genggaman jariNya. … Saudara, saya tidak ingin mengacaukan bayangan sdr akan malam natal yang indah ini, namun saya tidak dapat menahan bibir saya mengatakan apa yang telah menjadi kenyataan tentang masa depan bayi Yesus yang tampan itu. Saya akan menuntun Saudara ke masa depan bayi mungil dalam benak Saudara sekarang… Malam terakhirnya di dunia, dalam kegelapan di taman Getsemani; kesedihan jiwaNya menghasilkan tangisan dengan air mata seperti darah… Yesus berlutut dan berdoa; dari kejauhan, lihatlah banyak sekali nyala obor mencari Yesus seakan hendak membakarNya saat itu juga; Ia menyerahkan diriNya kepada para prajurit dengan mata gelap itu, pengkhianatan murid yang dikasihiNya berjalan; Ia diseret seperti kerbau ke hadapan imam besar Kayafas, dihempaskan ke tanah di hadapan Pontius Pilatus, diseret lagi ke hadapan Herodes untuk kemudian kembali ke Pilatus; … salib diputuskan bagi ketidakberdosaanNya. Jubah direnggut dari tubuhNya secara kasar, dipakaikan kepadaNya jubah ungu untuk menghinaNya. Mahkota duri yang sempit dianyamkan untukNya, kressss… dibenamkan dengan kasar ke kepalaNya. Tidak sampai disitu, dipukulnya kepala yang telah bermahkota duri itu dengan buluh, meludahiNya bertubi-tubi. Bayi mungil yang telah dewasa itu kemudian mulai terseok-seok menyeret salibNya, terjatuh dengan kepala lebih dulu karena kedua tanganNya telah terikat ke salib itu. Sampai di Golgota, ditelanjangi, dibaringkan ke atas kayu salib yang telah menjadi bagianNya dan… ctak tak tak! Tiga buah paku menembus kedua tangan dan kakiNya. Salib ditegakkan… Ia terus diolok-olok, terus ditertawakan, terus dianiaya, terus dihujat… sampai akhirnya.. ‘sudah selesai’ dan Yesus menundukkan wajahNya.
Saudara, bayi mungil yang kita rayakan dengan sukacita kelahiranNya malam hari ini mengakhiri hidupNya dalam kehinaan. Sesungguhnya sebelum Ia turun ke dalam dunia ini, Yesus sudah tahu pasti bahwa saliblah yang menjadi tujuanNya. Allah ingin menyelamatkan kita, dan kehadiranNya di tengah kita adalah satu-satunya jalan. Jalan yang sangat sulit, namun ditempuhNya juga demi kita. Saudara, kehadiran Allah menyediakan jalan bagi karya keselamatan; inilah makna yang terpenting dari kelahiran Kristus bagi kita… 2000 tahun yang lalu. Saudara, mulai malam hari ini, ingatlah senantiasa makna kehadiran Allah bagi sdr pribadi lepas pribadi. Tuhan Yesus tidak datang tanpa alasan. Ia datang untuk menyatakan bibirNya yang ingin berbicara dengan kita; telingaNya yang senantiasa mendengar kita; Ia datang dengan bahu yang penuh dengan pengharapan tanpa batas bagi kita; dan yang terutama, Ia datang untuk menyediakan keselamatan bagi Saudara dan saya. Biarlah firman Tuhan pada malam natal ini menjadi harta yang bernilai bagi seumur hidup Saudra. Amin.
| |