sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

ALLAH YANG LUAR BIASA

Penulis              : Djong She Kiun

Nats                 : Keluaran 12:29-42

Tujuan              :  Agar jemaat menyadari bahwa Allah dalam Yesus Kristus adalah Allah yang luar biasa, tidak pernah lalai membela dan memberkati umatnya, persoalan apa yang sedang dihadapi ? Serahkan pada Tuhan Yesus !

Pendahuluan   :

Kehidupan kita tidak pernah terlepas dari kehadiran dan campur tangan Allah.  Di dalam setiap aspek kehidupan kita ini Allah selalu melakukan karya-karya-Nya dengan luar biasa.  Namun, yang seringkali menjadi permasalahannya adalah  kita tidak menyadari bahkan sulit untuk  mengakui bahwa di dalam setiap aspek dan setiap detik kehidupan kita itu, Allah sedang bekerja dengan luar biasa.  Keteraturan alam dan pola kehidupan yang kita alami seringkali membuat kita tidak menyadari akan adanya kuasa tangan Allah yang bekerja secara luar biasa untuk kita. Kalau kita bisa bernafas dengan bebas tanpa harus membayar atau membeli oksigen yang kita hirup , bukankah itu hal luar biasa yang tidak bisa dilakukan oleh siapapun kecuali oleh Tuhan.  Kalau kita bisa hidup dan beraktivitas sebagaimana adanya seperti  sekarang ini, bukankah ini juga merupakan suatu hal yang luar biasa yang telah Allah lakukan di dalam kehidupan kita. Cepat atau lambat, mau atau tidak mau, kita harus menyadari dan mengakui bahwa Allah yang kita percaya adalah Allah yang sanggup bekerja dengan luar biasa.  Dari perikop yang telah di baca,  kita akan belajar dua alasan mengapa Allah yang kita percaya merupakan Allah yang sanggup bekerja dengan luar biasa.  Kedua alasan tersebut adalah karena :

1. Allah yang kita percaya adalah Allah yang berdaulat (29-32, 42)

Allah yang berdaulat berarti Allah yang mempunyai kemerdekaan secara mutlak untuk melakukan kehendak-Nya kapan saja dan dimana saja tanpa dapat dibatasi oleh apa pun dan oleh siapa pun.  Ini berarti kedaulatan Allah tidak dapat dibatasi oleh waktu, ini juga berarti tidak dibatasi oleh tempat ataupun oleh pribadi yang seperti apapun. Kedaulatan Allah yang tidak dapat dibatasi oleh waktu ini terlihat dengan jelas dalam ayat 29, “Maka pada tengah malam TUHAN membunuh tiap-tiap anak sulung di Mesir”, dalam hal ini kita melihat bahwa Allah dapat bertindak kapan saja termasuk pada tengah malam, tatkala mungkin segala kegiatan seharusnya terhenti.  Kedaulatan Allah juga tidak dapat dibatasi oleh tempat, terlihat jelas tatkala Allah membunuh semua anak sulung orang Mesir yang tinggal di istana ataupun anak sulung orang-orang Mesir yang ada dalam penjara.  Lebih dari itu kedaulatan Allah juga tidak dapat dibatasi oleh Firaun dengan kekerasan hatinya.

Kata “mengeraskan hati” tercatat  20 kali antara Keluaran  fasal 4 dan fasal 14.  Dari 20 kali penyebutannya, 10 kali diantaranya disebutkan bahwa Allah sendiri-lah yang mengeraskan hati Firaun, dan hal ini telah dua kali dinyatakan Allah kepada Musa dalam Kel. 4:21 dan Kel. 7:3.  Dalam lima tulah yang pertama, Alkitab mencatat sebanyak 10 kali Firaun berusaha untuk mengeraskan hatinya sendiri(Kel. 7:13,14,22; 8:15,19,32; 9:7, 34,45 dan 13:15).  Dalam ayat-ayat tersebut jelas kita menemukan bahwa Firaunlah yang selalu mengeraskan hatinya sendiri selama berlangsungnya tulah-tulah ini.  Tanda-tanda mujizat yang Tuhan nyatakan dalam tulah-tulah itu tidak pernah melunakkan hati Firaun ataupun membuatnya mengakui bahwa Yahweh-lah  satu-satunya Allah yang benar. Sebaliknya, Firaun malah menjadikan bukti ini sebagai dasar pengerasan hatinya.

Kekerasan hati Firaun telah menimbulkan murka TUHAN atas dirinya dan juga atas bangsa Mesir, dan puncak murka Allah atas kekerasan hatinya ini akhirnya dinyatakan TUHAN melalui suatu tulah yang tidak dapat dihindarinya lagi, yaitu kematian seluruh anak sulung orang Mesir.  Dari mulai anak sulung Firaun yang akan menjadi pewaris tahtanya sampai dengan anak sulung orang tawanan yang ada di liang tutupan, bahkan anak sulung hewan.  LAI Terjemahan Lama memberikan terjemahan yang lebih jelas untuk orang tawanan yang ada dalam liang tutupan ini sebagai orang yang terbelenggu dalam penjara, yang menunjuk kepada orang-orang yang berada dalam hukuman.  Akan tetapi catatan dalam Kel 11:5 sepertinya berbeda  dengan catatan dalam 12:29, dalam Kel 11:5 dicatat budak perempuan yang menghadapi batu kilangan (sahaja perempuan yang dalam penggilingan-LAI TL), sedangkan dalam Kel 12:29 dicatat orang tahanan yang ada di liang tutupan (orang yang terbelenggu dalam penjara), yang menunjuk kepada orang-orang yang memiliki status sosial yang jauh lebih rendah daripada Firaun ditahtanya.  Akan tetapi keduanya pada dasarnya ingin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan status sosial ataupun kedudukan yang menyebabkan tulah itu tidak dijatuhkan kepada orang-orang Mesir.  Anak Firaun dan anak orang-orang tawanan sama-sama terbaring kaku pada malam itu. Ini menunjukkan bahwa Allah berkuasa dan berdaulat atas seluruh kehidupan di dunia ini, termasuk kehidupan dari orang-orang yang paling berharga, yang paling diharapkan dan juga kehidupan orang-orang yang mungkin paling dilindungi. Dari peristiwa ini kita dapat melihat bahwa pekerjaan Allah tidak dapat dibatasi oleh keadaan ataupun oleh status manusia yang seperti apa pun.

Tulah yang dahsyat ini memang merupakan tanda murka-Nya, tetapi juga menandakan kemurahan-Nya, karena pada waktu itu TUHAN tidak melenyapkan semua anak manusia dan anak hewan, tetapi hanya anak-anak sulung manusia dan hewan yang binasa.  TUHAN masih memberikan kesempatan kepada Firaun, pegawai-pegawai  dan  rakyatnya untuk bertobat, yakni untuk memenuhi tuntutan TUHAN dengan melepaskan Israel pergi.  Pukulan yang keras itu sebenarnya merupakan peringatan : “Kembalikanlah milik-Ku kepada-Ku!” Pukulan yang keras itu akhirnya membawa perubahan dalam diri Firaun sehingga ia memanggil Musa dan Harun dengan menyangkali ucapannya dalam 10:28  bahwa ia tidak akan melihat Musa dan Harun lagi.  Pemanggilan ini merupakan sebuah drama yang menggambarkan penaklukan diri Firaun yang sempurna.  Firaun menyatakan penolakannya kepada Musa dan bangsa Israel dengan menyuruh mereka pergi. Dimulai dari Musa, Firaun  menyuruh seluruh bangsa Israel dan kepunyaannya untuk dibawa  keluar dari Mesir. 

Dari peristiwa ini terlihat bahwa gambaran keagungan Firaun yang mengagumkan telah lenyap, ia hanya melakukan apa yang perlu ia lakukan terhadap Musa dan Israel, dan TUHAN yang melindungi milik-Nya.  Di sinilah Firaun harus menyadari dan harus mengakui bahwa yang membuat dan yang berkuasa atas tulah-tulah itu bukanlah Musa dan Harun, akan tetapi Allah sendiri.  Sampai akhirnya Ia memohon agar Musa mau memintakan berkat bagi dirinya kepada TUHAN Allah Israel, Yang berkuasa  dan yang berdaulat, yang pernah dipertanyakan Firaun pada saat pertemuan pertamanya dengan Musa (Kel. 5:2).  Drama penaklukan diri ini juga merupakan penyerahan diri Firaun yang telah mengklaim tidak adanya TUHAN, yang telah mencoba menandingi mujizat-mujizat TUHAN.

Seperti dikatakan TUHAN dalam Kel. 3:20 dan 6:3 bahwa akan tiba waktunya, Firaun akan membiarkan Israel umat kepunyaan TUHAN ini keluar dari Mesir.  Maka pada malam itu, TUHAN membuktikan kedaulatan dan kuasa-Nya, dan Ia tidak perlu lagi mengeraskan hati Firaun.  Satu malam saja telah mengubah keadaan yang telah  berlangsung selama 430 tahun, yaitu suatu keadaan yang penuh dengan ketakutan, kecemasan, kepedihan bahkan mungkin keputusasaan akibat penindasan dari bangsa Mesir itu. Satu malam yang baik dan indah dalam perencanaan TUHAN  bagi umat kesayangan-Nya.   Demikianlah pada malam itu menjadi suatu malam berjaga-jaga untuk seluruh orang Israel, turun temurun, sebab tepat pada malam itu TUHAN yang sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur (Mzm. 121:4) berjaga-jaga secara istimewa bagi bangsa Israel itu (40-42). Di dalam kedaulatan-Nya, Ia menggenapi seluruh rencana bagi umat kesayangan-Nya dengan sempurna dan tepat pada waktu-Nya.  Di dalam kedaulatan-Nya juga Allah telah menggenapi rencana-Nya melalui kedatangan dan kematian Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus, yang dengan kematian-Nya telah menebus dan melepaskan setiap orang yang mau percaya kepada-Nya dari segala perbudakan dosa.

 

Aplikasi :

Saudara, kedaulatan Allah yang luar biasa sebenarnya sudah sering kita dengar dan bahkan pernah  mengalaminya. Akan tetapi, seringkali  kita masih meragukan dan mempertanyakan kedaulatan-Nya itu.  Sehingga seringkali juga kita begitu takut dan kuatir ketika menghadapi realita maupun tantangan dan pergumulan hidup yang ada di hadapan kita.  Setiap kali kita masih kuatir ketika akan memasuki semester baru atau  tahun yang baru. Bahkan tidak jarang kita juga begitu kuatir ketika kita harus dan akan menyelesaikan sebuah tanggung jawab yang sama sekali baru, ataupun ketika kita akan memasuki sebuah pekerjaan yang baru dengan pengalaman yang baru.  Seringkali kekuatiran  ini membuat kita menganggap Allah hanya sebagai Allah yang mati, yang ruang gerak-Nya terbatas.  Tidak jarang pula kekuatiran itu  membuat kita tidak bisa lagi mempercayai Dia, bahwa Dia adalah Allah yang berdaulat, yang dapat bekerja sesuai dengan kehendak-Nya tanpa dapat dibatasi ataupun dicegah oleh apapun dan siapapun. Saudara, akankah kita terus membiarkan kekuatiran itu terus menggerogoti iman kita ?, sementara itu Allah telah menunjukkan kedaulatan-Nya sejak awal dunia diciptakan, dalam kehidupan bapak-bapak iman, bahkan juga dalam kehidupan kita pada masa kini.  Apalagi yang menjadi pertimbangan kita untuk tidak mempercayai kedaulatan-Nya yang sanggup melakukan segala rencana-Nya sampai bagian yang terkecil sekalipun di dalam kehidupan  ini?

Alasan kedua mengapa Allah yang kita percaya adalah Allah yang sanggup bekerja dengan luar biasa adalah karena :

 

2. Allah yang kita percaya adalah Allah tidak pernah berubah (29-30,35-36,40).

Allah yang kita percaya adalah Allah yang tidak pernah berubah sebab Dia sempurna adanya, (Ayub23:13). Apa pun yang pernah dikatakan olrh Allah mengenai diri-Nya  tidak pernah perlu diperbaiki; apa pun yang dengan ilham Roh Kudus dikatakan oleh para nabi dan para rasul mengenai Allah tidak akan pernah dibatalkan.  Di dalam diri Allah tidak mungkin ada perubahan (Yak. 1:17). Allah  tidak pernah berubah, jadi segala apa yang dikatakan dan diperbuat-Nya adalah tetap tidak berubah. Inilah kesempurnaan Allah. 

Manusia bisa menjadi tidak setia dan berubah karena keinginan, ketakutan, kelemahan, kehilangan minat atau karena pengaruh yang besar yang datang dari luar.  Akan tetapi, tidak ada salah satu hal yang disebutkan di atas yang dapat mempengaruhi Allah dengan cara bagaimanapun.  Hakekat dan perbuatan Allah tidak pernah berubah karena Ia adalah Allah.  Allah tidak dapat dipaksa oleh sesuatu di luar diri-Nya sendiri, tetapi Ia senantiasa berkata dan berbuat sesuatu karena alasan yang ada di dalam diri-Nya sendiri, atas kehendak-Nya sendiri sebagaimana disenangi-Nya.  Allah yang tidak berubah dalam perikop yang kita baca pagi ini terlihat dalam ketidakberubahan Firman-Nya (Mzm. 89:35).

Ketidakberubahan firman-Nya ini terbukti dalam penggenapan atas rencana  pembebasan-Nya bagi umat Israel.  Dalam firman-Nya kepada Abraham dalam Kej. 15:13-16, Allah telah berfirman bahwa Ia akan membebaskan umat-Nya dari perbudakan dan penganiayaan bangsa Mesir.  Dalam firman-Nya kepada Musa dalam Kel. 3:8,17, Allah berfirman bahwa Ia sendirilah yang akan membebaskan dan menuntun bangsa Israel itu keluar dari tanah Mesir.  Tetapi dalam pasal  3 di ayat 19-20, juga dengan jelas Tuhan berfirman bahwa “Raja Mesir tidak akan membiarkan bangsa Israel pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat” seperti ditegaskan Allah dalam firman-Nya di dalam Kel. 5:24.  Dan tangan Tuhan yang kuat itu nyata melalui kematian anak-anak sulung seperti yang difirmankan Tuhan kepada Musa dalam Kel. 4:22-23.  Itulah sebabnya mengapa Firaun tidak membiarkan Israel pergi sejak Mesir mengalami bau busuk yang hebat akibat air yang berubah menjadi darah atau ketika lalat pikat, nyamuk, hujan es dan kegelapan menimpa Mesir. Ini semua karena di balik seluruh tulah yang menimpa Mesir ini Allah ingin menyatakan kemurahan-Nya sekaligus penggenapan akan firman yang telah diucapkan-Nya.

Selanjutnya di dalam ayat 35-36 , kita juga menemukan perubahan hati bangsa Mesir seperti  firman Tuhan dalam Kel. 3:21-22; 11:2-3.  Latar belakang peristiwa ini terletak pada janji Allah yang diberikan kepada Abraham dalam Kej. 15:14, bahwa bangsa Ibrani akan meninggalkan Mesir “dengan membawa harta benda yang banyak”.  Allah mengulangi janji itu kepada Musa bahwa Israel “tidak akan pergi dengan tangan hampa” (Kel. 3:20-21) dari Mesir. Allah sendirilah yang  mengatur hati bangsa Mesir terhadap Israel (Mzm. 106:46 mengatakan, “diberi-Nya mereka mendapat rahmat dari pihak semua orang yang menawan mereka”).  Meskipun  Musa “sangat terpandang” di mata orang Mesir (Kel. 11:3), mempunyai reputasi yang sama dengan para ahli sihir (Kel. 8:18-19), atau sama dengan para pejabat istana (Kel. 9:20; 10:7) dan bahkan seperti Firaun sendiri (Kel. 9:27; 10:16), tetapi bukan hal-hal itu yang membuat hati bangsa Mesir berubah. Pengakuan rakyat Mesir bahwa Allah beserta dengan Musa dan bangsanya inilah yang menyebabkan mereka menjadi sangat bermurah hati dan inilah yang dicatat dalam Alkitab. Yang harus dilakukan oleh bangsa Israel pada saat itu hanyalah meminta.  Bangsa Mesir sudah siap mengakui bahwa Israel sesungguhnya telah diperlakukan dengan sewenang-wenang dan bahwa telah sangat nyata Allah hadir dalam kehidupan bangsa Israel sehingga mereka dapat memberikan dengan murah hati.

Tetapi lebih daripada itu, sesungguhnya bangsa Israel dan Musa serta kita pada masa kini dapat melihat bahwa Allah yang kita percaya adalah Allah yang setia kepada firman yang telah diucapkan-Nya, Ia tidak akan berkompromi dan Ia tidak perlu dibujuk.  Allah tidak dapat dibujuk maupun dipengaruhi agar mengubah firman-Nya, apapun yang difirmankan-Nya itulah yang dilakukan dan digenapi-Nya.  Ketidakberubahan firman-Nya ini juga terbukti dengan kematian Yesus yang telah difirmankan-Nya sejak beribu-ribu tahun yang lalu, yaitu sejak Adam - manusia pertama itu – jatuh ke dalam dosa (Kej. 3:15)

Ilustrasi :

 A. W. Tozer dalam bukunya Mengenal yang Maha Kudus menulis:“Ketidakberubahan Allah akan nampak indah sekali jika dibandingkan dengan manusia yang selalu berubah-ubah.  Di dalam diri Allah tidak mungkin ada perubahan; di dalam diri manusia tidak mungkin tidak terjadi perubahan, semua tidak ada yang tetap.  Setiap orang kadang-kadang tertawa dan kadang-kadang menangis, kadang-kadang bekerja dan kadang-kadang bermain, dan kemudian harus memberikan tempat mereka kepada yang akan mengikuti jejaknya dalam lingkaran yang tiada akhir”.

Aplikasi :

Saudara, dari pernyataan Tozer ini kita mendapatkan keyakinan bahwa Allah kita  adalah Allah yang dapat dipercaya.  Ia dapat diandalkan karena Ia tidak pernah berubah dan tidak pernah mengubah firman-Nya kepada kita.  Jika Dia adalah Allah yang tidak pernah berubah dan dapat diandalkan, apalagi yang menjadi alasan bagi kita untuk kuatir?  Pertimbangan-pertimbangan logis apalagi yang menjadi penghambat bagi kita untuk mempercayai-Nya dan menyerahkan hidup kita seutuh-Nya ke dalam tangan pemeliharaan-Nya? Akankah Allah yang firman-Nya tidak pernah berubah ini mengalami perubahan pada zaman ini ?  Tentu tidak, bukan ?  Oleh sebab itu sudah seharusnyalah kita mengakui dan mempercayai-Nya sebagai Allah yang dapat diandalkan di sepanjang kehidupan kita, juga pada saat kekuatiran, kecemasan, keraguan, ketakutan, tantangan yang berat dan bahkan kegagalan sekalipun ada di hadapan kita.

Penutup : Saudara, kehidupan kita tidak pernah terlepas dari kekuatiran, keraguan, ketakutan, tantangan, kecemasan ataupun kegagalan, akan tetapi kita memiliki Allah yang sanggup bekerja dengan luar biasa, mengatasi segala kekuatiran, ketakutan, keraguan, tantangan maupun kegagalan dalam menghadapi realita hidup ini.  Karena Allah yang kita percaya adalah Allah yang berdaulat dan Ia adalah Allah yang tidak pernah berubah. Amin.