| |
AKU AKAN MENYERTAI ENGKAUPenulis : M a r y
PendahuluanSaudara, mungkin kita sering mendengar orang berkata: “Saya tidak dapat melakukannya. Saya tidak berani ambil resiko. Saya memang yakin hal itu adalah yang terbaik, tetapi saya terlalu takut.” Saudara, mungkin juga kita termasuk orang yang pernah berkata seperti itu, dan hanya sedikit dari kita yang berhasil bebas dari perasaan bingung yang datang pada waktu kita terlalu takut untuk melangkah. Mengapa demikian ? Karena kita masih berpikir ada jalan lain yang lebih baik. Dari menaiki tangga pesawat terbang, mengejar kesempatan berkarier sampai menanggung resiko dalam suatu persahabatan, kehidupan penuh dengan keadaan yang membuat kita takut. Salah satu hal yang paling menakutkan, tentu saja, adalah takut pada ketakutan itu sendiri. Kita jarang mengungkapkannya kepada orang lain, tetapi kebanyakan kita berpikir: “Orang Kristen yang baik, yang sungguh-sungguh percaya pada Tuhan, tidak pernah mengalami ketakutan. Jadi, pasti saya telah gagal menjadi seorang Kristen”. Kita berkeyakinan bahwa Tuhan akan memberikan keberanian yang luar biasa untuk menghadapi dan mengalahkan ketakutan. Namun faktanya ketakutan lebih sering merangsang kita untuk lebih ketakutan. Kita tidak mengerti sebenarnya ada Tuhan yang menyertai dan Tuhan sangat mengharapkan kita dapat memiliki keberanian yang luar biasa itu untuk mengalahkan ketakutan. Bahkan ada kalanya, kita takut bahwa ketika kita mengalami ketakutan Tuhan akan menolak kita. Ketakutan sering menjadi hantu yang menakutkan, yang sebenarnya hantu ketakutan itu hanya hasil dari pikiran kita saja. Ketakutan yang tidak ada realitanya. Saudara, Allah kita bukanlah Allah yang seperti itu, karena di dalam Alkitab penuh dengan kisah yang menggambarkan Allah meresponi orang-orang yang mengalami ketakutan. Yosua termasuk salah seorang di dalamnya, dimana Yosua mendapatkan kekuatan dalam menghadapi rasa takut dan gentar. Perkataan Tuhan kepada Yosua, sangat menguatkannya, juga menjadi kunci kekuatan kita, takkala mengalami ketakutan dan kegentaran. Melalui Yosua 1:1-9, kita dapat melihat ada dua kunci kekuatan kita: 1. Memegang Teguh Janji Tuhan (ay. 5). Saudara, ketakutan dan kegentaran itu merupakan sesuatu yang manusiawi sekali, ketakutan itu berada dalam diri manusia dan begitu akrab dalam kehidupan kita. Sekalipun Yosua adalah salah seorang pemimpin Israel yang dapat menghentikan matahari dan bulan, tetap rasa takut dan gentar itu ada padanya. Jadi jangan mengira kegentaran dan rasa takut itu hanya dimiliki oleh orang kecil seperti kita. Pada saat bangsa Israel keluar dari Mesir, Yosua masih muda (Kel 33:11) dan kemudian Musa memilih dia menjadi pembantu pribadinya selama 40 tahun ketika itu dalam pengembaraan di padang gurun. Yosua merupakan pembantu yang akrab dan setia bagi Musa. Kemudian terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan banyak perubahan, terutama bagi Yosua, yaitu dengan kematian Musa, sang pemimpin besar. Kitab Yosua di buka dengan suatu berita kematian: “Sesudah Musa, Hamba TUHAN itu mati …” (Yos 1:1), kepemimpinan Musa telah berakhir, dia adalah pemimpin besar yang sangat diandalkan namun sekarang telah berakhir. Siapakah yang tidak akan menjadi takut ketika diperhadapkan harus memimpin suatu bangsa yang besar lagi tegar tengkuk ? Saudara, setelah kematian Musa, Yosua menghadapi tantangan terbesar dalam hidupnya. Mengapa demikian? Karena Yosua dipanggil Tuhan untuk mengambil alih kepemimpinan Musa. Sekarang Yosualah pemimpin bangsa Israel. Ketika bersama Musa meskipun harus bertanggung jawab dan memikul beban berat tidak mengejutkannya, namun kenyataannya kini harus menjadi pengganti Musa ini sangat membuatnya terhentak. Dia yang dulunya adalah abdi Musa kini menjadi pengganti Musa. Dia yang dulunya adalah pelayan Musa kini menjadi pemimpin bangsa Israel. Ketakutan dan kegentaran mulai menyelimuti dirinya. Kata “ketakutan” dalam ayat 6, 7, 9 ini bukan sekedar takut saja, tetapi dalam bahasa aslinya mengandung pengertian gemetar dengan sangat. Kata ini menggambarkan keadaan yang sesungguhnya bagaimana perasaan Yosua yang “gemetar dengan sangat” pada saat itu. Pertanyaan-pertanyaan yang mengkhawatirkan mulai menghantui pikirannya. Saudara, mungkin kita bertanya, “Apa yang sebenarnya membuat Yosua takut, hingga dia gemetar dengan sangat”? Kita akan mencoba melihat ketakutan-ketakutan apa yang sebenarnya membuat Yosua gemetar dengan sangat: * Ketakutan yang berasal dari dirinya sendiri. Ada penafsir yang mengatakan Yosua merasa rendah diri dan tidak layak di dalam pandangannya sendiri untuk menggantikan Musa. Yosua terlalu peka dan melihat betapa dirinya terlalu jauh jika dibandingkan dengan Musa, baik dalam kebijaksanaan dan ketangguhannya. Padahal kita mengetahui dengan jelas bahwa Yosua adalah seorang yang pemberani. Bukankah dia pernah melayani Musa sang pemimpin perang yang berhasil pada masa pengembaraan? Bukankah dia merupakan salah seorang dari dua pengintai yang berpandangan positif untuk memasuki dan menduduki tanah Kanaan? Mengapa pengalaman-pengalaman ini tidak cukup untuk menguatkan Yosua? * Ketakutan karena sosok Musa. Musa adalah seorang pemimpin yang berkharisma, seorang pemimpin besar, dan sekarang Yosua harus menggantikan posisi Musa. Yosua telah melihat bagaimana Musa dengan keberaniannya masuk ke istana Raja Firaun, dia tahu bagaimana karakter Musa, dia juga melihat saat Laut Merah terbelah menjadi dua, dan lebih dari itu Yosua juga melihat keintiman hubungan Musa dengan Tuhan. Dalam dirinya mungkin timbul pertanyaan: “Mampukah saya menggantikan Musa? Bagaimana bila saya gagal?” * Ketakutan yang berasal dari bangsa Israel. Bangsa Israel adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. Selama 40 tahun Yosua mengikuti Musa, ia mengetahui seperti apakah bangsa Israel itu. Mungkinkah ia dapat memimpin bangsa yang tegar tengkuk itu? * Ketakutan karena ini merupakan tugas yang berat. Yosua harus mengemban tugas dengan tanggung jawab yang besar, yaitu membawa bangsa Israel memasuki dan menduduki tanah perjanjian, sehingga ia bertanya “Mungkinkah saya dapat melaksanakan tugas perang ini dengan baik? Mampukah saya bertanggung jawab atas tugas ini?” Saudara, semua ketakutan Yosua itu dapat kita pahami, karena kemungkinan besar jika kita berada dalam posisi Yosua, kita juga akan mengalami ketakutan yang sama. Yosua harus menghadapi dan menjalankan tanggung jawab kepemimpinan dari suatu bangsa yang besar, yang tidak bisa diramalkan kestabilannya. Namun Allah memahami kegentaran dan ketakutan Yosua. Allah mengerti perasaan Yosua itu. Sehingga dalam perikop ini kita melihat Allah yang secara aktif menguatkan Yosua. Allah berulang kali berbicara secara pribadi kepada Yosua untuk menguatkan dia sama seperti Ia menguatkan Musa (Ul 11:24; 31:3-8). Bahkan Allah memberikan janji yang sangat indah kepada Yosua, dan menyatakan bahwa: “Seorangpun tidak akan dapat menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” (ay. 5) Tuhan berjanji akan menyertai Yosua, “I will be with you”. Kata “be/ada”, sama dengan bahasa aslinya, yang berarti Tuhan selalu ada bersama-sama dengan Yosua, Tuhan ada di sisi Yosua. Bahkan kalimat ini mempunyai konotasi, bukan hanya ada di sisi Yosua, menyertai Yosua, tetapi ada di sisinya untuk memimpin, menopang dan memberikan jaminan kesuksesan. Saudara, janji Tuhan ini sungguh-sungguh memberi kekuatan kepada Yosua di tengah-tengah ketakutan dan kegentarannya. Karena dengan janji itu Tuhan meyakinkan dan menguatkan Yosua bahwa Ia sendiri yang akan menolong Yosua di dalam segala keadaan. Ilustrasi. : Ada seorang pendeta memberi kesaksian sehubungan dengan kerusuhan Mei tahun 1998. Ketika seorang jemaatnya menelepon dan memberitahukan bahwa daerah di sekitar lokasi rumahnya akan dibakar, dan sekarang rumahnya sudah terkepung, pendeta ini dengan segera berkata, “Saya akan datang menolongmu.” Setelah berdoa, pendeta tersebut segera mengendarai mobil menuju rumah jemaatnya. Saat itu jalanan begitu sepi. Tiba-tiba pendeta ini diliputi perasaan takut yang luar biasa. Apalagi ketika hampir memasuki lokasi tempat tinggal jemaatnya dan melihat kerumunan orang yang begitu banyak. Hatinya mulai gentar dan ia merasa seluruh tubuhnya gemetar. Beliau lalu berdoa dengan gemetar, dan pada saat itu dia teringat akan perkataan Tuhan, “Janganlah takut dan gentar, Aku akan menyertai engkau”. Janji Tuhan itu menguatkan pendeta ini. Di dalam ketakutannya, janji Tuhan ini dipegangnya dengan teguh dan dengan bersandar pada janji Tuhan, ia pun memasuki lokasi tersebut. Dan sungguh ajaib, ketika mobilnya memasuki lokasi itu, orang-orang yang berkerumun itu menyingkir dan membiarkan dia lewat. Mereka tidak melakukan apapun. Padahal saat itu, orang yang berjubel sedang memasuki rumah orang-orang dan menjarah di sana. Ada juga beberapa orang yang berusaha mendobrak pintu, dll. Tetapi mereka tidak melakukan apapun terhadap pendeta ini, kecuali menyingkir dan memberi jalan kepadanya. Pendeta ini melihat bahwa mobilnya merupakan satu-satunya mobil yang ada di lokasi itu, dan ia merasakan bagaimana Tuhan menyertai dan menjaganya, sehingga mobilnya dapat maju selangkah demi selangkah. Akhirnya pendeta ini tiba di rumah jemaatnya dan membawa mereka keluar dari rumah. Sekali lagi tidak terjadi apa-apa, biarpun ada orang-orang di depan pintu rumah jemaatnya. Pendeta ini sungguh merasa bagaimana Tuhan ada di sisinya, menyertainya dan menolongnya. Dia dan jemaatnya dapat keluar dari lokasi tersebut, tanpa mengalami sesuatu apapun. Sungguh, janji penyertaan Tuhan itu memberi kekuatan kepadanya di kala ketakutan itu datang. Aplikasi: Saudara, ketakutan dan kegentaran seperti apa yang sedang Saudara alami? Apakah itu perasaan takut tentang masa depan yang tidak pasti, perasaan takut karena sakit penyakit yang berkepanjangan? Atau perasaan takut, bila penganiayaan itu datang? Ingatlah, bahwa tidak ada satu janjipun yang lebih mengagumkan daripada janji Tuhan yang akan menyertai kita ketika kita dalam keadaan yang takut dan gentar. Saudara, peganglah teguh janji penyertaan-Nya yang merupakan sumber kekuatan bagi kita. Janji-Nya yang menyertai kita akan terus menopang kita. Kunci kekuatan kita yang kedua ialah: 2. Memegang teguh perintah Tuhan (ayat 7-9). Seringkali janji-janji Tuhan kepada kita itu diberikan bersamaan dengan perintah Tuhan. Jadi, jika kita mau memegang teguh janji Tuhan, maka sudah seharusnya kita juga memegang teguh perintah Tuhan. Kedua hal ini tidak boleh terpisah, karena merupakan satu mata rantai yang saling mempengaruhi. Di dalam ayat-ayat yang telah kita baca tadi kita dapat melihat bahwa perkataan-perkataan Tuhan kepada Yosua bukan hanya berisi janji-janji Tuhan, tetapi juga bergandengan dengan perintah-perintah Tuhan. Saudara, apa yang harus dilakukan Yosua setelah memperoleh janji Tuhan? Tentunya Yosua harus memegang teguh perintah Tuhan, karena perintah Tuhan dapat menjadi pedoman/petunjuk bagi Yosua ketika ia mengalami tantangan dan masalah, dan untuk melaksanakan tugas kepemimpinan dengan baik. Saudara, apakah perintah yang Tuhan berikan pada Yosua itu? Pertama, Yosua harus bertindak hati-hati sesuai dengan seluruh hukum (1:7a). Ini berarti Yosua harus menepati semua perintah Musa yang telah Musa peroleh dari Tuhan. Yosua harus berhati-hati di dalam segala tindakannya agar sesuai dengan perintah Tuhan itu. “Berhati-hati” di sini juga berarti mempunyai hati yang bijaksana dalam mengambil keputusan. Ia juga tidak boleh menyimpang ke kiri dan ke kanan (1:7b). Ungkapan ke kiri dan ke kanan, menunjukkan tidak ada sesuatu penyimpangan atau penyelewengan yang dapat diijinkan. Yosua juga tidak boleh lupa memperkatakan kitab Taurat (1:8a). Di dalam kondisi dan situasi apapun, di dalam setiap perkataannya, kebenaran dan pengajaran ini harus selalu diajarkan dan dikumandangkan. Dan yang terakhir, semua hukum Taurat itu harus dia renungkan siang dan malam ( 1:8b). Yosua harus membaca kitab ini berulang kali secara konsisten dan merenungkan apa yang tertulis di dalamnya, kemudian menerapkannya di dalam seluruh langkah kehidupannya. Saudara, ini berarti segenap pikiran, perkataan dan perbuatan Yosua harus sesuai dan tidak boleh menyimpang dari perintah Tuhan. Yosua harus memegang teguh kebenaran perintah Tuhan itu. Perintah ini ditegaskan oleh Allah kepada Yosua dengan pernyataan: “Kuatkan dan teguhkan hatimu”, di mana kalimat ini memberikan suatu gambaran yang “menegur dan sekaligus memerintahkan.” Kalimat ini diulang sebanyak tiga kali dalam bagian ini (ay. 6,7,9). Pengulangan perintah agar menjadi kuat dan teguh, bukan hanya mengekspresikan peneguhan kekuatan yang dari Tuhan, tetapi penekanan yang lebih khusus di sini ialah menjadi setia dan taat kepada perintah Tuhan. Bahkan di ayat 9, Tuhan lebih tegas lagi berfirman: “Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: Kuatkan dan teguhkanlah hatimu?” Otoritas Allah yang dinyatakan dalam ayat 9 ini diungkapkan kepada Yosua untuk menolong hamba-Nya dari keragu-raguan. Dalam pernyataan-Nya ini terkandung makna bahwa Tuhan yang telah memerintahkan Yosua, Dia juga yang akan menyertai Yosua. Jadi, Yosua harus setia dan taat di dalam menjalankan setiap perintah Tuhan dan memegang perintah tersebut dengan teguh. Dengan berpegang teguh pada janji dan perintah Tuhan itulah Yosua dikuatkan untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil memikul tanggung jawab yang besar untuk membawa bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian. Ilustrasi. Ada seorang anak remaja dengan ayahnya tersesat dalam hutan. Untuk bisa keluar dari hutan, ternyata mereka harus menyeberangi sungai. Saat itu arus sungai sangat deras, ditepi sungai terdapat sebatang balok kayu yang dapat dipakai sebagai alat penyeberangan. Balok kayu itu tidaklah lebar hanya memuat satu orang untuk sekali penyeberangan .Anak remaja itu sangat ketakutan ketika melihat situasi yang seperti itu dan ia menjadi ngeri membayangkan bagaimana ia harus beriri di atas balok kayu itu sambil menyeberang. Pada saat itu ayahnya berkata kepadanya, “Jangan takut , ayah akan menyertai kamu, dan kamu pasti akan selamat tiba di seberang. Tetapi kamu harus menutup matamu dan memegang kayu yang ayah ulurkan kepadamu.” Anak ini menuruti apa yang dikatakan oleh ayahnya, meskipun ia masih takut. Dengan tubuh yang gemetar, ia mulai mencoba melangkahkan kakinya. Pada saat ayahnya berkata lagi, “Jangan takut, ayah ada bersamamu, kamu pasti bisa sampai ke seberang dengan selamat”, maka perkataan ayahnya ini memberi keyakinan yang menguatkan untuk mulai melangkahkan kakinya setapak demi setapak menyusuri balok kayu itu. Dan akhirnya anak itu tiba dengan selamat di seberang. Pada saat itulah ia menyadari bahwa janji dan perintah ayahnyalah yang telah menolong kegentarannya yang mula-mula, yang kemudian diganti dengan keyakinan yang menguatkan dia untuk melangkah, karena ia memegang teguh janji dan karena ia juga melakukan perintah ayahnya. Aplikasi: Seringkali di dalam ketakutan kita, kita sulit untuk tetap taat pada perintah Tuhan. Padahal justru dari perintah Tuhan itulah kita dikuatkan oleh-Nya, karena ketika kita takut dan gentar, perintah Tuhan menolong kita untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan Saudara, seharusnya kita mempunyai keyakinan untuk menghadapi berbagai ketakutan kita seperti halnya Yosua, yang setelah memperoleh janji dan perintah dari Tuhan yang menguatkannya, ia tidak membuang waktu untuk menanggapi semua perintah Tuhan. Saudara, ketika kita menghadapi ketakutan kita, maukah kita datang kepada Tuhan sumber kekuatan kita? Janji penyertaan-Nya dan perintah-Nya membuat kita mampu untuk menghadapi rasa takut dan gentar yang sedang kita hadapi. PenutupSaudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus, hari ini kita telah belajar satu pelajaran yang berharga. Tidak seorangpun yang dapat memberikan kepada kita janji yang mengagumkan seperti yang Tuhan janjikan kepada Yosua, bahwa Ia akan menyertainya dan tidak akan pernah membiarkan dan meninggalkan Yosua dalam kondisi yang bagaimanapun. Perkataan Tuhan yang berupa janji dan perintah-Nya yang menguatkan Yosua juga menjadi kunci kekuatan bagi kita. Tuhan tidak pernah terlalu sibuk sehingga Ia meninggalkan kita ketika kita berada dalam kesulitan yang sesulit apapun. Tuhan tidak pernah menutup mata dan menolak kita. Dia adalah Tuhan yang selalu memberikan kekuatan kepada kita melalui janji dan perintah-Nya. Di dalam ketakutan dan kegentaran akan apapun yang sedang maupun yang akan kita hadapi, maukah kita memperoleh kekuatan dari Tuhan untuk menghadapinya? Maukah kita mengarahkan pandangan kepada-Nya, sumber kekuatan kita? Kekuatan yang akan kita peroleh apabila kita memegang teguh janji Tuhan dan juga memegang teguh perintah Tuhan. Amin.
| |