| |
SALIBNats : Yesaya 53 : 4 – 6, Yohanes 3 : 16Penulis : KrisnadyTujuan : Mengajarkan jemaat arti penting peristiwa Salib bagi kehidupan manusia, khususnya anak-anak Tuhan, yaitu sebagai penebusan bagi hukuman dosa dan penyataan kasih Allah yang besar.
PendahuluanSaudara-saudara, jika saudara disuruh menjawab pertanyaan “Peristiwa apakah yang paling berkesan dalam hidup saudara”, apa jawab saudara ? Jika pertanyaan ini ditanyakan kepada seorang anak kecil, mungkin ia akan menjawab “waktu saya ulang tahun”. Mengapa? Mungkin karena pada hari itu, ia akan memperoleh perhatian yang ekstra dari orangtua ataupun dari saudara dan teman-temannya, atau mungkin juga karena pada hari itu ia akan memperoleh sekian banyak kado. Kemudian, jika pertanyaan yang sama kita tanyakan kepada seorang anak remaja, mungkin ia akan menjawab “sewaktu saya jatuh cinta pertama”. Saat itulah saya merasakan hidup itu indah, seakan berbunga-bunga. Dan jika pertanyaan ini ditanyakan kepada sepasang opa-oma, mungkin mereka akan menjawab “sewaktu cucu pertama kami lahir”. Setiap manusia mempunyai jawaban yang berbeda-beda, bukan? Tapi jika kita bertanya pada dunia ini apakah peristiwa yang paling penting bagi dunia ini? Menurut saudara apa jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini? Ya, saudara, jawabanya adalah “SALIB”. Salib adalah peristiwa yang paling penting dalam sejarah kehidupan manusia. Mungkin ada saudara yang bertanya: Ada apa dengan peristiwa salib itu? Apakah pentingnya dari sebatang kayu kasar itu? Mengapa dikatakan bahwa peristiwa salib merupakan peristiwa yang paling penting dalam sejarah kehidupan manusia? Saudara-saudara, paling tidak ada dua alasan utama yang dapat saya bagikan tentang pertanyaan yang terakhir ini: Mengapa peristiwa salib menjadi peristiwa paling penting dalam sejarah kehidupan manusia:
1. Pada salib itulah – hukuman dosa bagi manusia dihapuskan (Yesaya 53:4-6) Saudara, tahukah saudara pada mula dunia dijadikan, segala sesuatu berjalan dengan begitu aman, damai dan harmonis. Dalam Taman Eden itu, manusia pertama yaitu Adam dan Hawa dapat dengan bebas menikmati segala buah-buahan yang ada, juga dapat bermain-main dengan segala binatang. Lebih lagi, mereka dapat berkomunikasi begitu bebas dengan Allah. Alkitab menyaksikan bahwa segala sesuatu tampak begitu indah. Tetapi, kejadian itu tidak bertahan lama. Manusia memberontak kepada Allah, mereka memakan buah pengetahuan baik dan jahat. Itulah awal pemberontakan manusia kepada Allah, itulah awal dari ketelanjangan dan kenajisan manusia. Itulah awalnya dosa masuk ke dalam dunia. Dosa manusia telah menghancurkan “keindahan itu”. Dosa mengakibatkan manusia terpisah dari Allah. Saudara, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan dosa? Dosa dapat digambarkan sebagai sebuah anak panah yang dilepaskan dari busurnya dan meleset dari target yang telah ditentukan. Sasaran yang dimaksud disini adalah hukum Allah. Hukum Allah menyatakan kebenaran-Nya dan merupakan standar tertinggi bagi perilaku manusia. Pada waktu seorang manusia tidak mencapai standar yang telah ditentukan ini, maka ia berdosa. Dan kenyataannya Alkitab menyatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Itu berarti tidak seorangpun yang berhak mengaku dirinya sebagai orang yang tidak berdosa. Orang tidak suka membicarakan dosa, tetapi dosa adalah kenyataan yang terdapat dimana-mana. Dan para penulis Alkitab memang begitu berterus terang mengenai dosa: “Tidak ada manusia yang tidak berdosa” (I Raj 8:46). Di bagian Alkitab yang lain dikatakan bahwa “sesungguhnya di bumi tidak ada orang yang saleh” (Pkh 7:20). “Tuhan memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat apakah ada yang berakal budi dan mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak” (Mzm 14:2, 3). Jadi memang tepatlah bagian yang tadi kita baca dalam Kitab Yesaya, kita semua adalah sesat seperti domba, masing-masing mencari jalannya sendiri. Mengapa kesesatan manusia disamakan dengan kesesatan seekor domba? Domba adalah binatang yang sangat lemah, yang sangat mudah tersesat. Domba mudah tersesat karena binatang ini hanya mampu melihat dengan jelas objek-objek yang berjarak kurang dari 3 m, lebih jauh dari itu ia tidak dapat melihat apa-apa. Oleh karena itu, supaya ia tidak tersesat, ia harus berjalan beriringan dengan domba-domba lainnya dengan seorang gembala memimpin di depan. Namun demikian, selalu saja ada domba yang membelokkan diri dan mencoba untuk cari jalan yang lain. Dan pada akhirnya menjadi tersesat. Sekali ia tersesat, ia tidak mungkin mendapatkan jalan pulang. Sekali tersesat, ia tidak akan mampu berbuat apa-apa. Sekali tersesat, maka akan ada bahaya bahkan kematian yang tiba-tiba dari serigala-serigala lapar yang siap menyergap. Seperti itulah keadaan manusia yang telah jatuh dalam dosa. Manusia telah tersesat, yang ada hanya kegelapan. Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Dan murka Allah siap untuk menimpa manusia berdosa. Allah adalah Tuhan yang Maha Suci, karena itu murka Allah tidak tertahankan ketika melihat dosa manusia. Ia juga adalah Tuhan yang Maha Adil, karena itu dalam kemurkaan-Nya, Ia akan menghukum dosa manusia. Setiap dosa harus menerima upahnya. Dan upah dosa adalah maut. Yaitu KEMATIAN dan SIKSAAN yang KEKAL bagi setiap manusia. Tetapi syukur kepada Allah, Bagian selanjutnya dari ayat yang tadi kita baca menyatakan “tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”(Yes 53:6b). Yah, melalui peristiwa salib 2000 tahun yang lalu itu, hukuman dosa yang harusnya ditanggung oleh manusia, ditimpakan seluruhnya kepada seorang Tukang Kayu yang mengklaim diri-Nya sebagai Tuhan yang datang ke dunia. Klaim itu benar, Dialah Yesus, Anak Allah yang turun ke dalam dunia dan menjelma menjadi manusia. Dia mati di kayu salib untuk menanggung dosa manusia, dosa saudara, dan saya. Kalaulah ada jalan keluar lain, tentu Ia tidak perlu datang ke dunia dan mati secara mengenaskan di Golgota. Di atas kayu salib, Yesus dilaknatkan karena kita; seluruh hukuman dan murka Allah ditimpakan kepada-Nya. Segala ketamakan, kebencian, kesombongan, dan kejahatan manusia dipakukan di sana. Nabi Yesaya menyadarkan kita bahwa “sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya, padahal kita mengira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas oleh Allah. Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh”. Saudara, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatnya menjadi dosa karena kita, supaya kitaberoleh kebenaran di dalam Dia”(II Korintus 5:21). Dan dalam bagian lain Paulus menegaskan: “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, …bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita. …Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga, …” (I Korintus 15:3). Saudara-saudara yang terkasih, kematian-Nya di salib itu tidak sama dengan kematian manusia biasa. Kematian-Nya adalah dengan kesakitan yang hebat, kesengsaraan batin dan jiwa yang luar biasa. Kematian-Nya adalah korban untuk dosa-dosa manusia. Karena karya Yesus di salib, sejarah hidup manusia menjadi berubah. Yah, peristiwa salib adalah peristiwa dimana nasib manusia yang menuju kematian kekal, berubah menjadi kehidupan kekal. Melalui salib, kisah tragedi manusia berubah menjadi kisah keselamatan, asalkan, manusia mau bertobat dan percaya kepada-Nya.
Aplikasi Saudara, apakah pada hari ini kita sadar bahwa kita, saya dan saudara adalah juga orang berdosa? Tidakkah saudara sadar berapa banyak kali kita sudah mengecewakan Allah. Berapa banyak dosa yang kita telah lakukan selama ini? Sadarkah saudara, Allah murka atas segala kejahatan, ketamakan, perzinahan, dendam, iri hati, dan kesombongan kita. Dia tahu dan melihat dosa yang kita lakukan di tempat-tempat tersembunyi itu. Adakah pada hari ini kita mau mengakui segala dosa kita dihadapan Tuhan Yesus, dan membiarkan Dia membasuh dosa kita?
2. Pada salib itulah – kasih Allah terbesar dinyatakan (Yoh 3:16) Saudara, sungguh peristiwa salib itu merupakan peristiwa yang terlalu agung bagi manusia. Bagaimana Allah yang Maha Kuasa rela mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia, bahkan disalibkan seperti penjahat yang sama sekali tidak berdaya. Mengapakah Allah rela Anak-Nya yang tunggal itu dicambuk, difitnah, dihina, diludahi, dipukuli, dimahkotai duri, dan akhirnya disalibkan di bukit Kalvari ? Di kayu salib itu, Yesus dipermalukan sebagai seorang penjahat kelas kakap. Tidak cukup sampai disini, dalam keadaan tergantung antara langit dan bumi itu, dalam kesakitan-Nya yang tak terperi, Anak Allah iru masih diejek, bahkan ditelanjangi. Apakah ludah dan tinju yang dihujamkan ke wajah-Nya belum cukup? Apakah paku-paku yang tertancap di kedua lengan itu kurang banyak? Apakah mahkota duri yang menjepit kepala-Nya itu terlalu lunak? Tidakkah kita bayangkan betapa sadisnya mereka yang menyalibkan Dia? Manusia macam apa yang tega mengejek orang yang sedang sekarat? Saudara-saudara sadar atau tidak sadar, saudara dan saya termasuk didalamnya. Tetapi anehnya, Ia cuma diam. Ia tidak balas mengutuk. Ia tidak berusaha membalas mereka. Ia malah memohonkan pengampunan Allah kepada mereka, dengan berkata, “Ya Bapa, ampuilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Yesus yang sekujur tubuh-Nya kesakitan dan berlumuran darah; yang mata-Nya hampir dibutakan karena darah yang mengalir dari luka-luka akibat mahkota duri; dengan paru-paru yang megap-megap karena kesulitan bernafas; bagaimana mungkin Ia masih bisa berbicara membela penjahat-penjahat itu yang sama sekali tidak mempunyai belas kasihan. Untuk apakah Ia lakukan semuanya itu? Tidakkah tindakan yang Dia lakukan itu sangat berlebihan dibanding dengan kebejatan dosa manusia? Mengapa Allah lakukan itu? Mengapa? Saudara-saudara yang terkasih, Yohanes 3:16 memberi jawabnya: ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia rela mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Satu-satunya alasan mengapa Allah melakukan semuanya itu adalah karena Ia sangat mengasihi manusia. Kasih-Nya yang besar itu menjangkau seluruh manusia. Kasih-Nya yang tidak terbatas itu diberikan bagi segala golongan bangsa. Dia mengasihi manusia karena Dia adalah kasih adanya. Allah bukan hanya mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, tetapi Allah juga memberikan Anak-Nya untuk disalib sebagai penebusan dosa manusia. Kasih Allah bukanlah kasih manusia. Sebab kasih manusia dicetuskan oleh karena kebaikan yang dia terima, tetapi kasih Allah adalah kasih yang mengalir secara spontan, dari sumber, yaitu hakikat Allah yang adalah KASIH. Kasih-Nya bukanlah kasih yang samar-samar, bukanlah suatu perasaan yang sentimentil; tetapi sebuah kasih yang berkorban. Di salib itu, kasih Allah yang terbesar dinyatakan dengan pemberian Allah terbesar. Allah yang mengasihi semua manusia, juga memberikan semua yang dimiliki-Nya bagi manusia. Tiada pengorbanan yang terlalu besar untuk Allah berikan kepada manusia; yang terbaik yang Tuhan berikan; yaitu Anak-Nya Yang Tunggal. Seperti yang ditulis oleh Paulus dalam Roma 5:8:“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati bagi kita ketika kita masih berdosa”. Kasih Allah mendahului segala tindakan kebaikan manusia.
Ilustrasi Seorang pengkotbah besar bernama Billy Graham berkata: Allah membuktikan kasih-Nya pada kayu salib. Ketika Kristus digantung, berdarah, dan mati, itulah saatnya Allah berkata kepada dunia “Aku mencintaimu”. Salib adalah bukti termulia dari kasih Allah. Salib menyingkapkan kasih terbesar di dalam dunia. Seorang penyair mengumandangkan betapa mustahilnya manusia melukiskan betapa besar kasih Allah itu, dia berkata: Kasih Allah tak terduga, melebihi tinggi bintang di langit, Melebihi dalamnya samudra. Bila laut jadi tinta, Tiap batang pohon di dunia ini sebagai pena, Langit dijadikan kertas, dan tiap orang menjadi penulisnya.Itupun tidak pernah akan cukup melukiskan kebesaran kasih Allah. Saudara, di salib itu – kasih terbesar Allah sudah dinyatakan. Apa respon saudara?
Aplikasi Adakah saudara sudah menerima pengampunan dosa dan kasih terbesar ini? Adakah saudara pada hari ini masih hidup di dalam dosa dan kenajisan? Maukah saudara pada hari ini berkata “Tuhan ampunilah saya, saya orang berdosa”? Mungkin di antara saudara ada yang berkata, “Tidak, saya tidak layak diampuni, saya sudah terlalu banyak melakukan dosa” Saudara, ketahuilah, tidak ada seorangpun yang terlalu berdosa sehingga tidak diampuni oleh Allah. Allah mengasihi saudara, dan mau mengampuni saudara, asalkan saudara mau datang di hadapan-Nya, mengakui segala dosa saudara, dan menerima Dia masuk ke dalam hati saudara. Amin. ================================== | |