sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

PANGGILAN KASIH KARUNIA

Nats     : Yesaya 6 : 1 – 13

Penulis  : Willyem Onggo Wijaya

Tujuan  : Mengajarkan jemaat akan kasih karunia Allah dalam panggilan-Nya kepada setiap orang percaya, agar mereka dapat mengarahkan diri pada panggilan Tuhan itu.

 

Pendahuluan

Saudara, jika pada awal kotbah ini saya menyebutkan nama Saulus, apa yang kira-kira ada dalam pikiran Saudara mengenai nama ini? Lalu apa pula yang Saudara pikirkan jika saya menyebutkan nama Paulus? Ya, tentu Saudara akan langsung melihat bahwa kedua nama itu mengarah pada pribadi satu orang saja bukan? Memang Saulus adalah seorang penganiaya jemaat terbesar di jamannya; dan Paulus adalah rasul Kristus yang sangat mengasihi orang percaya, tetapi kedua karakter yang kontras ini ada dalam diri satu orang saja. Mungkin ada diantara Saudara yang sampai saat ini masih merasa heran akan perubahan yang ‘ajaib’ itu, dan kalau saudara menanyakannya kepada saya, ‘Bagaimana mungkin Saulus si pembenci Injil itu tiba-tiba berbalik menjadi Paulus si pemberita Injil?’ Secara singkat saya akan menjawabnya dengan dua kata saja, itulah “kasih karunia”.

Saudara, hanya karena kasih karunia-Nya Allah mengubahkan Saulus. Di jalan menuju Damsyik, Allah menghampiri dia, berbicara dengannya, membutakannya, lalu juga menyembuhkannya. Bahkan kemudian Allah memilih si pembenci itu menjadi alat pemberita Injil bagi-Nya. Saudara, coba bayangkan bagaimana tokoh dengan alis terangkat dan pedang teracung itu menjadi pribadi dengan hati tertunduk. Tebasan pedang yang membunuh banyak orang, berganti menjadi goresan pena yang tajam dan membangunkan. Itulah panggilan kasih karunia Allah.

Saudara, Yesaya dan Paulus mempunyai kesamaan. Keduanya memperoleh kasih karunia yang sama dari Allah. Kedua tokoh ini dilahirkan dengan panggilannya masing-masing dan menerima langsung penyataan Allah untuk pelayanan mereka; Yesaya menerima penglihatan dan Paulus mendengar. Keduanya juga menerima tanda pengampunan dari Allah, hingga jadilah mereka pelayan yang setia mengikuti apa yang Allah kehendaki dalam hidup mereka.

Saudara, belajar dari apa yang dialami oleh Yesaya, saya percaya bahwa jika seseorang mengerti bahwa panggilan yang datang kepadanya adalah panggilan yang berdasarkan kasih karunia semata, maka hidupnya akan terdorong untuk menjadi seorang pelayan Tuhan yang setia. Untuk mempunyai pengertian sampai ke sana, mari kita melihat 3 tindakan Allah kepada kita yang hanya dimungkinkan oleh kasih karunia-Nya semata.

 

1.      Hanya karena kasih karunia, Allah menyatakan diriNya (ayat 1).

Saudara, saat menerima penglihatan ilahi itu, kemungkinan Yesaya sedang berada dalam suasana hati yang gelisah dan bingung. Ia mengingat bagaimana tiga tahun sebelumnya raja kerajaan Israel, Yerobeam II, terlebih dahulu meninggal dunia, terjadi kekacauan yang cukup besar dalam perebutan tahta kerajaan. Sekarang raja kerajaan Yehuda, Uzia, meninggal dunia, Bisa jadi Yesaya merisaukan kalau-kalau hal yang sama akan terulang lagi. Kita tahu bagaimana ketika Yerobeam dan Uzia masih berkuasa, kedua kerajaan dapat hidup dalam kedamaian; bahkan Uzia dapat melakukan banyak hal yang membangun Yehuda menjadi kerajaan yang sejahtera. ‘Apakah masih akan terus berlangsung keadaan yang seperti ini?’, pertanyaan inilah yang mengganggu pikiran Yesaya.

Dalam suasana hati yang seperti itu, Yesaya mencoba mencari kehendak Allah. Ketika berada dalam bait suci itulah, Yesaya dengan kasih karunia menerima penyataan Allah. Uzia meninggalkan tahtanya dalam keadaan kosong, tetapi Allah menyatakan diri-Nya dengan duduk di atas tahta yang kekal. Raja-raja dunia boleh berlalu, tetapi Raja kemuliaan itu tidak pernah turun dari tahta-Nya.

Saudara, Allah menyatakan diri-Nya sebagai jawaban atas kegelisahan Yesaya bukan tanpa perencanaan, Ini semua ada dalam rencana Allah yang indah. Perhatikan bahwa ketika Yesaya mencemaskan kerajaan Yehuda, Allah menyatakan diri-Nya seraya berkata; ‘Hai hamba-Ku Yesaya, janganlah cemas akan kerajaan dunia ini. Ingatlah, akan ada waktunya semua itu akan berlalu. Arahkan pandanganmu kepada kerajaan-Ku dan temukanlah tidak ada kecemasan di dalamnya, dan kamu telah mempunyai bagian dalam kerajaan-Ku ini’.

Saudara, inilah inti dari penyataan Allah. Ia tidak menempatkan diri-Nya jauh dari kita. Allah kita tidak pernah menyembunyikan diri di tempat yang tidak dapat kita temui. Pintu kepada Allah selalu terbuka lebar bagi kita. Bahkan kenyataannya, kita seringkali tidak sempat beranjak dari tempat duduk kita untuk mencari Tuhan karena Ia lebih dulu menghampiri. Seperti apa yang terjadi pada Yesaya, ia melihat Allah pada saat ia memang membutuhkannya untuk menguatkan dan menstabilkan emosinya.

Aplikasi

Saudara, setiap saat kita selalu membutuhkan Tuhan, karena Ialah sumber segala sesuatu yang kita perlukan. Dan kapanpun saudara membutuhkan-Nya, ingatlah: Ia selalu beserta kita. Jika ada sesuatu yang membuat kita merasa seakan-akan Tuhan terasa jauh, satu-satunya hal yang perlu kita selidiki adalah diri kita sendiri. Adakah hati kita sungguh-sungguh telah menyediakan tempat yang istimewa bagi Tuhan? Penting bagi kita untuk menempatkan Tuhan di tempat yang selayaknya Ia dapatkan di hati kita agar Ia dapat benar-benar leluasa menolong kita. Itulah kasih karunia-Nya, Ia menyatakan diri-Nya.

 

2. Hanya karena kasih karunia, Allah menyatakan pengampunan tak bersyarat-Nya (ayat 5-7).

Saudara, ketika Yesaya melihat kemuliaan Tuhan, Ia tersentak seketika. Saya membayangkan penglihatan yang luar biasa itu membuat gerakan kakinya mulai terjatuh ke belakang beberapa langkah dengan mimik wajah yang berubah dan nafas tertahan. Yesaya mengharapkan pertolongan Tuhan tetapi bukan ini yang dibayangkannya. Ungkapan ‘celaka’ yang keluar dari mulutnya menggambarkan betapa ia tersadar akan ketidaklayakkannya. Kita tidak mungkin dapat melihat kekudusan Tuhan tanpa juga menyadari dosa-dosa pribadi kita. Ketika itu Yesaya sadar tidak ada lagi yang dapat disembunyikan di hadapan Allah. Coba bayangkan jika saudara berada di posisi Yesaya saat itu?

Saudara-saudara yang terkasih, Yesaya dan kita semua telah berdosa di hadapan Tuhan. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk menjadikan diri kita murni tanpa dosa. Sadar atau tidak, setiap saat dosa dapat kita lakukan! Masalah dosa telah ada sejak Adam jatuh sampai saat ini, dan masalah ini tetaplah merupakan masalah manusia yang terbesar walaupun jaman telah berputar seiring waktu sampai saat Saudara mendengarkan kotbah ini. Tidak ada yang dapat menghentikan masalah ini!

Yesaya ketika melihat kemuliaan Tuhan, segera menyerukan kalimat ‘..karena aku seorang yang najis bibir…’. Ia langsung secara cepat mengakui dosanya di hadapan Tuhan, dan lihatlah bagaimana seorang daripada Seraphim itu terbang menghampirinya dengan bara menyala di tangan. Kemudian ia menyentuhkan bara itu ke mulut Yesaya, dan menyatakan bahwa dosanya telah dihapuskan. Allah telah menyiapkan kasih karunia-Nya itu bagi Yesaya sebelumnya. Begitu Yesaya mengakui dosanya, Allah segera mengampuni dia. Tidak ada tuntutan yang Allah berikan untuk mengampuni dosa Yesaya; tidak ada syarat-syarat yang harus ia perhatikan; tidak ada suatu formulir pernyataan yang harus ia tanda tangani; juga tidak ada denda untuk setiap pelanggaran yang dilakukannya. Saya pribadi bahkan tidak menemukan sepatah kata pun yang Tuhan ucapkan sebelum bara itu menyentuh bibir Yesaya! Saudara, inilah wujud dari kasih karunia Allah. Ia mengampuni dosa pribadi setiap orang, tanpa syarat!

 

Ilustrasi

Saudara, selama perang Spanyol-Amerika, Theodore Roosevelt datang ke tempat seorang wanita bernama Clara Barton dari Palang Merah untuk membeli persediaan obat-obatan yang ia perlukan untuk banyak anak buahnya yang sakit dan terluka. Sangat mengejutkan, pembeliannya tidak dikabulkan. Roosevelt merasa sangat sedih dan ia mencoba menanyakan, “Bagaimana saya bisa mendapatkan barang-barang ini? Saya harus mempunyai cukup makanan dan obat-obatan untuk rekan-rekanku yang sakit.” Clara menjawabnya, “Anda hanya perlu memintanya saja, Kolonel”.

“Oh”, sahut Roosevelt, “Kalau begitu saya sungguh-sungguh ingin meminta barang-barang ini”. Segera setelah ia menyelesaikan kalimatnya, ia mendapatkan apa yang diperlukannya. Ia menerima melalui kasih karunia, bukan karena membelinya.

 

Aplikasi

Saudara-saudara yang terkasih, kita tidak diselamatkan karena perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan. Tidak. Satu-satunya alasan yang dibutuhkan agar kita diselamatkan adalah dengan percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita. Dengan memahami prinsip kasih karunia ini dengan jelas, kita akan menyadari betapa Allah sangat mengasihi kita. Ia hanya ingin kita pulang ke tempat yang telah Ia sediakan, dan Ia telah menyatakan satu-satunya jalan bagi kita agar kita tak mudah tersesat. Cukup dengan percaya saja kepada Tuhan Yesus, dan kita akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Surga. Itulah kasih karunia Allah, Ia mengampuni dosa tanpa syarat!

 

3. Hanya karena kasih karunia, Allah menyatakan kehendak-Nya (ayat 9-10).

Pada ayat 8, Tuhan berkata, “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Dan segera setelah Tuhan selesai berbicara, Yesaya tanpa ragu mengajukan dirinya untuk menjadi pembawa berita yang Tuhan butuhkan. Saudara, perhatikan apa yang Yesaya serukan, “Ini aku, utuslah aku!” Tidak ada keraguan sedikitpun dalam kata-katanya; tidak terlihat dahi yang mengerut untuk berpikir sejenak pun. Yesaya berhasil mengatakan sesingkat mungkin dengan tujuan yang sangat jelas, Ia rela Tuhan pakai menjadi pembawa berita itu.

Mungkin diantara Saudara ada yang merasa Yesaya terlalu emosional saat itu; bahkan mungkin ada yang bertanya dalam hati, ‘Bagaimana mungkin ia begitu saja mengajukan diri padahal ia belum tahu apa-apa mengenai pelayanan yang harus dikerjakannya?’ Saudara, memang Yesaya belum tahu apa yang akan dikerjakannya, namun ia bukannya bodoh ketika mengajukan dirinya secepat itu. Sesungguhnya penglihatan yang diterimanya sebelumnya telah membawanya kepada penglihatan lain yang jauh ke depan. Ia melihat Yehuda yang membutuhkan pelayanannya sebagai pembawa berita yang besar itu. Yehuda yang dari ayat 5b dikatakan sebagai bangsa yang najis bibir, bangsa yang penuh dosa lidah yang tak dapat disangkali, bangsa yang telah jauh dari Tuhan; Yehuda inilah yang membutuhkan seorang pembawa berita firman Tuhan.

Konsekuensi dari pengudusan dan pengampunan Tuhan adalah sesuatu hal yang unik dalam pengalaman seorang nabi. Berbeda dengan Musa dan Yeremia yang menolak pelayanan karena perasaan ketidakmampuan mereka, Yesaya dengan sukarela dan spontan memberikan diri untuk diutus. Ia diliputi perasaan yang penuh ucapan syukur. Baginya Allah telah memeliharanya di masa lalu, tentu juga akan memeliharanya di masa depan. Tuhan telah melupakan dosa masa lalunya, dan ini adalah kesempatan untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan.

Dan Tuhan kemudian mengemukakan apa yang Tuhan ingin Yesaya kerjakan. Benar, pelayanan yang harus dikerjakannya bukanlah pelayanan yang mudah. Bahkan secara ekstrim dapat dikatakan impossible, mustahil. Ia akan berseru kepada bangsa itu, namun karena memang dasarnya telah menjadi keras hati sehingga tidak seorang pun yang akan mendengarkannya. Sebagai nabi Tuhan, Yesaya tidak akan dipuja-puja, dimanja, disayang, atau disanjung; ia justru akan memainkan peranan sebagai seorang pelayan yang ditolak. Namun demikian, Yesaya tetap mengerjakan tugas pelayanan ini.

 

Ilustrasi

Saudara-saudara yang terkasih, sebagaimana Yesaya, kita juga mempunyai panggilan hidup yang harus kita kerjakan, sekalipun panggilan kita masing-masing adalah berbeda, satu dengan yang lain, ada yang menjadi pendeta, tetapi juga ada yang menjadi dokter, pengacara, pengusaha, bahkan juga pedagang kecil, tukang becak dan lain-lain.

Ijinkan saya menceritakan sedikit kesaksian hidup saya; saya menerima panggilan Tuhan ini sejak saya masih muda sekali, dan saya pernah mencoba untuk pura-pura tidak mendengarnya. Saya pernah merasa tidak yakin akan hal ini, saya pernah mencoba melarikan diri dari panggilan saya karena saya merasa tidak layak dan tidak mampu. Bahkan saya juga pernah ingin mencoba jalan hidup yang lain, namun akhirnya saya tahu pasti bahwa apa yang Tuhan inginkan itulah yang saya lakukan.

 

Aplikasi

Saudara, mari kita membuka hati kita untuk menemukan panggilan Tuhan itu. Cari dan temukanlah apa yang Tuhan ingin untuk kita lakukan saat ini! Jika memang Saudara tidak menemukan panggilan yang khusus bagi Saudara, Saudara dapat melakukan banyak hal untuk dapat mengikuti apa yang Tuhan inginkan. Secara umum Tuhan menginginkan agar setiap anak-anak-Nya dapat menjadi saksi bagi-Nya. Jika Saudara seorang dokter, jadilah saksi Kristus dengan melayani setiap pasien dengan kasih yang sungguh-sungguh. Dengan demikian, apa pun pekerjaan Saudara saat ini, Saudara dapat mengikuti panggilan Tuhan dengan benar.

Jangan katakan Saudara tidak layak melayani Tuhan. Yesaya juga pada awalnya tidak layak; bagaimana ia dapat menjadi penyambung lidah Tuhan jika  ia dalam dosa najis bibir? Namun Allah telah mengampuni dia dengan kasih karunia-Nya. Allah sanggup melayakkan ketidaklayakkan. Jangan pula Saudara mengatakan Saudara merasa tidak mampu. Allah yang sanggup melayakkan ketidaklayakkan itu tentu sanggup memampukan ketidakmampuan.

 

Penutup

John Newton pernah berkata, ‘Saya sekarang tidak menjadi sebagaimana yang seharusnya (menurut saya); saya tidak menjadi sebagaimana yang saya harapkan; tetapi karena kasih karunia Tuhan, saya sekarang tidaklah sebagaimana saya dahulu.’ Saudara, Tuhan mempunyai rencana yang indah dalam hidup setiap kita. Dengan kasih karunia-Nya, rencana Allah dalam hidup kita dapat menjadi kenyataan, yaitu jika kita mau melakukan dan melayani Dia dengan kasih karunia-Nya yang bekerja dalam kita.

AMIN