sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

DOSA MENGINTIP DI DEPAN PINTU

Nats     : Kejadian 4 : 1 – 16 (Kain dan Habel)

Penulis  : Irwan Pranoto

Tujuan : Mengajarkan jemaat bagaimana mewaspadai dosa, agar mereka menyadari bahaya dosa, bertobat dan memohon pengampunan Tuhan, serta mempunyai sikap yang benar dalam meresponi hukuman dosa.

 

Pendahuluan

            Suatu kali ada seorang ahli kecantikan yang melakukan berbagai penelitian dan percobaan untuk membuat suatu formula ampuh bagi perawatan rambut. Dan selang beberapa waktu kemudian diapun berhasil, produk hasil formulasinya itu mulai dipasarkan dan diminati banyak orang karena keampuhannya. Sang ahlipun kemudian menjadi seorang pemilik pabrik obat perawatan rambut yang terkenal, dan bukan hanya itu, sejak itu pula dia mulai banyak diundang untuk menyampaikan berbagai ceramah tentang perawatan rambut. Sampai suatu hari, ketika dia sedang asyik berdiskusi dengan sekelompok orang, sehabis menyampaikan salah satu ceramahnya, dari arah belakang tiba-tiba ada seorang anak kecil usil yang menarik rambut palsu yang dikenakannya untuk menutupi kepalanya yang botak. Saudara, kontan saja tragedi ini menjadi topik hangat pergunjingan orang, dan berakhirlah karir sang ahli kecantikan itu.

            Suatu kejadian yang tragis bukan? Seorang pemilik pabrik obat perawatan rambut terkenal, seorang pembicara top dalam topik masalah rambut dan solusinya, seorang yang memberikan peringatan dan nasihat kepada banyak orang tentang usaha memelihara rambut dengan benar; hanya karena sibuk meneliti masalah rambut, sibuk memasarkan produk kebanggaannya, sibuk menasihati orang tentang rambut, sampai ia sendiri lupa untuk merawat rambutnya. Dan ketika sadar, sudah terlambat, solusi yang ada hanya tinggal mengenakan rambut palsu, yang kemudian justru membongkar segala kecerobohannya itu.

            Saudara sekalian, bukankah demikian juga halnya dengan kita, yaitu ketika berbicara tentang dosa. Sebagai orang Kristen, kita tahu apa itu dosa, kita belajar tentang dosa, kita juga sering menasihati bahkan menegur orang supaya tidak melakukan dosa. Tetapi tragisnya, kadang kita sendiri lupa untuk mewaspadainya. Belajar dari peristiwa Kain dan Habel, seorang yang ingin menjalani hidup dengan benar di hadapan Tuhan harus mewaspadai dosa, dan hari ini kita akan melihat tiga hal yang perlu kita perhatikan dalam mewaspadai dosa:

1.                  Peka terhadap kehendak Tuhan (Ayat 1 – 5a)

            Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, peristiwa Kain dan Habel ini dicatat sesudah catatan tentang peristiwa kejatuhan manusia pertama dalam dosa. Setelah meninggalkan taman Eden, Adam dan Hawa memulai hidupnya yang sungguh berbeda dengan sebelumnya. Hidup mereka sekarang tidak gembira dan sentosa lagi, melainkan penuh dosa dan kesedihan. Mereka sungguh menyadari dan mengalami akibat dari dosa mereka itu sekarang. Sampai suatu hari terjadilah suatu keajaiban dalam hidup mereka. Lahirlah seorang anak, dan kemudian lahir pulalah seorang anak laki-laki lagi. Yang sulung diberi nama Kain dan yang kedua diberi nama Habel. Dan demikianlah Adam dan Hawa memulai kehidupan keluarga manusia yang pertama di muka bumi, merekapun mulai mendidik anak-anak mereka, dan ketika tiba waktunya, kedua anak itupun mulai bekerja. Kain menjadi petani, sedangkan Habel menjadi gembala.

            Sampai suatu ketika, kedua bersaudara ini ingin menyampaikan persembahan mereka kepada Tuhan sebagai ucapan syukur. Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah miliknya, sedang Habel mempersembahkan anak sulung kambing dombanya, yaitu lemak-lemaknya. Dan alkitab mencatat bahwa Tuhan mengindahkan Habel dan persembahannya, tetapi tidak mengindahkan Kain dan persembahannya. Yang sering menjadi pertanyaan bagi banyak orang, dan mungkin juga kita, adalah mengapa demikian? Mengapa Habel dan tidak Kain?

            Saudara, sulit sekali bagi kita untuk mengetahui mengapa Tuhan mengindahkan persembahan Habel dan tidak mengindahkan persembahan Kain. Sebelum bagian ini, memang kita tidak menemukan adanya catatan mengenai tata cara memberikan korban persembahan yang benar pada Tuhan. Dalam bahasa Inggris kata “persembahan” itu memakai istilah offering, yang dalam bahasa aslinya juga berarti hadiah atau suatu persembahan, dan bukan suatu korban atau sacrifice. Jadi memang tidak mudah bagi kita untuk mengatakan bahwa Kain memang  mempersembahkan persembahan yang tidak benar atau dengan tidak benar, apalagi dalam bagian ini tidak terlihat penekanan pada salah atau tidaknya jenis persembahan yang diberikan oleh kedua tokoh ini.

Satu-satunya catatan lain adalah dalam Ibrani 11 : 4 yang mencatat tentang pujian kepada Habel yang telah memberi persembahan dengan iman sehingga diindahkan Tuhan. Tetapi hal ini tetap tidak menjawab pertanyaan apakah Kain dan Habel sudah tahu sebelumnya tentang tata cara memberi persembahan, sehingga Kain bisa dipersalahkan dalam hal ini. Kalau kita menjadi pembela Kain dalam persidangan kasus ini, mungkin ktia akan menang, bukankah memang tidak cukup bukti yang menegaskan bahwa Kain bersalah. Ada kemungkinan kedua anak manusia ini memang belum tahu tentang tata cara yang benar dalam pemberian persembahan ini, jadi bagaimana mereka bisa dengan mudah dipersalahkan?

            Saudara, kasus yang sebenarnya dimulai setelah itu, yaitu setelah Allah menyatakan kehendak-Nya tentang persembahan yang diindahkan-Nya dan yang tidak. Bagian ini seakan mau mengajarkan kepada manusia untuk pertama kalinya tentang tata cara memberikan korban persembahan yang diindahkan Tuhan. Tuhan ingin manusia belajar kehendak-Nya. Seakan Tuhan mengatakan: “Inilah kehendak-Ku! Persembahan seperti yang dilakukan Habel inilah yang akan Kuindahkan, lakukanlah selalu seperti demikian!” Saudara, inilah awal kasus itu, Kain tidak peka terhadap penyataan Tuhan ini, ia bukannya dengan tulus menerima penyataan kehendak Tuhan, dan segera belajar melalui Habel adiknya. Sebaliknya dia memilih untuk marah dan mengizinkan dosa mulai menggodanya. Salah satu arti dosa adalah meleset dari apa yang sudah ditentukan Allah, meleset dari apa yang dikehendaki oleh Allah, dan itulah yang terjadi dalam diri Kain. Kain tidak peka terhadap kehendak Allah, ia tidak waspada terhadap dosa.

 

Aplikasi

            Bagaimana dengan kita? Hari ini Allah telah menyatakan kehendak-Nya kepada kita, segala aturan main yang kita butuhkan untuk hidup benar di hadapan-Nya sudah dinyatakan-Nya dengan jelas dalam keseluruhan Kitab Suci. Adakah kita memberikan perhatian kita pada kehendak Allah tersebut? Adakah kita menjadikan-Nya yang  utama dalam hidup kita? Ataukah kita sudah melupakannya, dan tidak lagi memperhatikannya? Bahkan mungkin kita sudah memilih cara yang lain, yang justru telah membawa kita semakin terjerumus di dalam dosa!

            Bagaimana cara kita beribadah ? Bagaimana cara kita membina kehidupan keluarga? Bagaimana cara kita mencari nafkah? Sudahkah dalam menjalani kehidupan ini, kita peka terhadap penyataan kehendak Tuhan dalam Kitab Suci dan hidup seturut dengannya? Marilah kita belajar untuk selalu peka terhadap kehendak Tuhan!

 

2.                 Peka terhadap peringatan dan teguran Tuhan akan dosa (Ayat 5b – 9)

            Allah yang menyatakan kehendak-Nya itu juga adalah Allah yang Maha Tahu, Ia tahu apa yang ada di dalam hati Kain, Ia tahu kalau Kain sudah memilih untuk tidak peka terhadap kehendak-Nya. Dan Allah mulai mengingatkan Kain, kira-kira demikian kata-Nya: “Kain, apa sebabnya engkau marah? Ingatlah, dosa itu ada di depan pintu dan mengintaimu. Kuasailah dia dan bertobatlah engkau, lalu Aku akan menerima korbanmu juga!”

            Tetapi Kain tidak mau mendengarkan peringatan Allah. Ia menemui Habel dan diajaknya ke ladang. Kemudian dibunuhnyalah adiknya itu di sana. Mayat Habel tergeletak di atas rumput dan darahnya mengalir membasahi tanah. Kain terkejut. Cepat-cepat ia pergi dari tempat yang mengerikan itu. Rasa takut memburunya. Darah adiknya masih melekat pada tangannya.

            Allah yang Maha Tahu itu melihat Kain! Allah menegurnya: “Dimanakah Habel, adikmu itu?” Tetapi dalam hati Kain belum timbul rasa menyesal dan bertobat. Sebaliknya ia menjawab: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?” Saudara-saudara, seharusnya Kain sadar bahwa ia sedang berhadapan dengan Allah yang Maha Tahu, bukankah itu juga yang sering diceritakan oleh ayahnya, pertanyaan yang khas bukan: “Adam, dimanakah engkau?” Bukan Allah tidak tahu, tapi Allah ingin memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat, Allah menegur dia.

Tapi rupanya dosa telah membutakan Kain, ia terus berkelit dan justru semakin terjerumus lebih dalam lagi. Ia mulai berdusta kepada Tuhan, ia juga mengalihkan tanggung jawab yang harus dipikulnya. Itulah dosa, kalau tidak segera bertobat dan mengaku di hadapan Tuhan, maka ia akan terus menyeret lebih dalam dan lebih dalam lagi.

Tuhan jelas sudah memperingatkan Kain dari awal, Tuhan bahkan juga sudah menegur Kain, tapi Kain tidak peka, dosa menggodanya, dan ia jatuh, ia tidak waspada terhadap dosa.

 

Ilustrasi

            Saudara-saudara yang terkasih, suatu ketika diberitakan dalam surat kabar kisah tentang seorang wanita tua yang tinggal di sebuah gubuk dekat sebuah kolam kecil. Setiap hari wanita itu pergi ke kolam untuk mengambil air. Di kolam itu tinggal seekor aligator (sejenis buaya). Dengan mengesampingkan bahayanya, ia membiarkan aligator itu tetap tinggal di kolam selama bertahun-tahun. Binatang itu memang tampak jinak, karena itu dia tidak mengganggu aligator itu, dan aligatorpun tidak mengganggunya. Sampai suatu hari, ketika wanita itu sedang mengambil air dari kolam, aligator itu tiba-tiba muncul ke permukaan lalu menyambar tangan wanita itu dengan rahangnya yang kuat, tangan wanita itupun putus seketika.

Peristiwa yang tragis ini menggemparkan seluruh kota. Petugas yang kemudian membunuh aligator itu menjelaskan kepada wartawan bahwa memang aligator adalah binatang yang paling berbahaya justru pada saat binatang itu tidak takut lagi kepada manusia. Dengan membiarkan aligator itu tinggal di kolam, secara tidak sadar berarti juga memberinya kesempatan untuk mencelakainya. Dosa juga adalah hal yang sangat bahaya untuk dibiarkan terus di dalam diri, peringatan dan teguran sudah diberikan, bila hal itu tidak diperhatikan, tanpa sadar dosa akan segera menjadi petaka besar.

 

Aplikasi

            Bagaimana dengan kita? Adakah memang kita telah menyimpan dosa di dalam hati kita. Mungkin itu adalah iri hati, atau ketamakan, mungkin juga adalah kesombongan atau rasa benci, atau bahkan mungkin juga dosa percabulan. Saudara-saudara, mungkin selama ini kita masih merasa aman karena tidak ada seorangpun yang tahu, kita menyimpan dosa itu dengan rapat di balik segala topeng kita. Tapi Allah adalah Allah yang Maha Tahu, tidak ada yang dapat disembunyikan dari hadapan-Nya.

            Kalau hari ini secara khusus Tuhan mengingatkan dan menegur kita akan dosa yang kita lakukan, Ia ingin agar kita datang kepada-Nya dan mengaku. Kiranya setiap kita peka akan peringatan dan teguran Tuhan, saudara, jangan biarkan dosa itu terus tinggal di dalam hati kita!

 

3.                  Peka terhadap hukuman Tuhan akan dosa (Ayat 10 – 16)

            Allah yang menyatakan kehendak-Nya dan yang Maha Tahu itu, juga adalah Allah yang Maha Kudus, Ia membenci dosa, Ia menghukum dosa. Jawaban Kain yang tidak menunjukkan pertobatan dan penyesalan membuat Allah sangat marah. Allah mengutuk Kain. Kalau Kain mengusahakan tanah maka ia tidak akan mendapat hasil sepenuhnya. Onak dan duri akan mematikan benih yang ditaburkannya, dan ia akan mengembara sebagai seorang pelarian. Di manapun ia tidak akan merasa aman dan tenteram lagi.

Dengan putus asa Kain meratap: “Kesalahanku itu lebih besar akibatnya daripada yang dapat kutanggung. Setiap orang yang bertemu dengan aku tentu akan membunuh aku!”

            Hukuman dosa itu pasti sifatnya, tidak ada yang suka, berat dan tidak menyenangkan. Kain tahu itu, bukankah ia juga turut merasakan bagaimana akibat dosa yang sedang dijalani oleh ayah dan ibunya. Kalau saja dia mengingat benar tentang akibat dosa ini jauh sebelumnya, ya … tapi sekarang sudah terlambat, dosa sudah dilakukan dan akibatnya harus ditanggung.

            Respon Kain setelah mendengar hukuman dari Tuhan juga tetap hanya melihat dirinya saja. Ia mengasihani diri yang harus menanggung akibat dosanya itu. Saudara-saudara, dosa tetap membutakan Kain untuk melihat dengan benar. Ia tetap lupa bahwa Allah yang menghukum dosa itu juga adalah Allah yang akan memberikan kekuatan pada waktu hukuman dosa itu dijalani. Dan memang demikianlah adanya, Allah memberi jaminan bahwa tidak akan ada yang membunuh Kain. Lalu Tuhan membuat suatu tanda padanya supaya orang yang bertemu dengan dia tidak membunuhnya, atau akan mendapat balasan tujuh kali lipat.

            Saudara-saudara, tidak ada dosa yang sekecil apapun yang tidak perlu diselesaikan dengan Tuhan, Allah membenci dosa, biar bagaimanapun kecilnya. Tetapi tidak ada dosa yang sebesar apapun yang lebih besar dari kasih setia Tuhan, Allah mengasihi anak-anak-Nya, Ia akan menolong, menguatkan dan memberi pengampunan. Kain belum peka terhadap hukuman dosa.

 

Ilustrasi
            Saudara-saudara, tentu kita masih ingat akan dosa raja Daud yang berzinah dengan istri perwiranya, bahkan ia juga membunuh perwira tersebut untuk mendapatkan istrinya. Tetapi setelah Nabi Natan yang diutus Allah datang untuk menegurnya, Daud menyadari keseriusan teguran itu. Insaflah dia, ia tahu betapa ia telah menyedihkan Bapa di sorga yang selalu setia kepadanya. Ia memohon ampun kepada Tuhan, dan Tuhan mengampuninya.

Tetapi akibat dosa tetap berlaku, hidup Daud akan penuh kesedihan dan perjuangan, keluarganya akan selalu dibayangi oleh pedang, anaknya yang baru lahir dari Batsyeba akan diambil oleh Tuhan Allah. Tetapi Tuhan tidak meninggalkan Daud, tak lama setelah itu, Batsyeba kembali mengandung dan melahirkan Salomo. Ialah yang kemudian diangkat menjadi raja menggantikan Daud. Anak yang kecil itu menghibur hati Batsyeba, tetapi lebih-lebih hati Daud. Anak itu menjadi bukti yang hidup baginya, bahwa Tuhan sudah mengampuni dosanya.

 

Aplikasi

            Saudara-saudara yang terkasih. Sudah menjadi hal yang jelas bagi kita, bahwa hukuman dosa itu adalah pasti dan serius. Marilah kita sejak dini belajar untuk peka akan hukuman dan akibat dosa tersebut dan mewaspadai dosa. Tetapi kalau hari ini, ada di antara kita yang ditegur dengan keras oleh Tuhan akan dosa kita. Marilah kita mohon pengampunan daripada Tuhan, dan kita juga mohon kekuatan dari Tuhan untuk menjalani segala akibat dari dosa kita. Dan biarlah kita juga mengingat bahwa Allah tidak pernah meremehkan hati yang hancur. Buluh yang terkulai tidak dipatahkan-Nya, sumbu yang memudar tidak dipadamkan-Nya. Saudara-saudara, hukuman dosa itu nyata, demikian juga dengan kasih pengampunan Tuhan.

 

Penutup

            Saudara-saudara, Kita semua mempunyai hidup yang rentan terhadap dosa. Jadi bila kita sungguh ingin hidup benar di hadapan Tuhan, marilah kita mewaspadai dosa. Mari kita menumbuhkan kepekaan kita terhadap kehendak Tuhan, juga kepekaan kita terhadap peringatan dan teguran Tuhan akan dosa, marilah kita menaruh kepekaan juga pada hukuman dosa dengan memohon kekuatan dan pengampunan dari Tuhan. Kiranya Tuhan menolong kita,

AMIN

==========================================