sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

BANGKIT DARI KEMATIAN

Nats     : Wahyu 3:1-6

Penulis  : Bedjo

Tujuan  : Mengajar jemaat untuk mengevaluasi kerohanian masing-masing, untuk kemudian boleh mengambil komitmen untuk bangkit, bertobat bahkan menjadi kuat.

 

Pendahuluan

Saudara, pada suatu kesempatan berbincang-bincang dengan seorang aktivis gereja, saya pernah mendengarkan komentar seperti ini, “Dulu jemaat gereja kami ini amat bersemangat dalam pelayanan, ada cukup banyak jemaat yang datang bukan hanya pada kebaktian umum, tetapi juga kebaktian doa dan pemahaman Alkitab. Selain itu, dulu kami juga sering mengadakan penginjilan bersama, wah pokoknya semangat sekali”. “Bagaimana dengan sekarang ?”, saya bertanya kepadanya. “Yah…seperti yang kamu lihat! Saat ini masih banyak yang datang berbakti, dan ikut dalam pelayanan, tetapi sepertinya sudah tidak bergairah lagi. Masih banyak program-program, tetapi asal dijalankan saja. Selain itu, tidak banyak lagi yang bersemangat menginjili dan memikirkan perkembangan gereja ini.  Rasanya ada saja yang dipakai sebagai alasan untuk tidak ikut rapat dan pelayanan. Tetapi walaupun demikian gereja kami ini masih dianggap sebagai gereja yang maju dan besar di kota ini “.

Saudara, kondisi ini sama seperti jemaat di Sardis pada masa Rasul Yohanes dibuang di pulau Patmos. Jemaat-jemaat di tempat lain melihat bahwa jemaat Sardis merupakan jemaat yang berkembang dan maju. Mereka masih memiliki banyak pelayanan, persekutuan, dan jumlah jemaat yang cukup besar, tetapi  sesungguhnya sudah tidak ada lagi kehidupan rohani yang sungguh-sungguh di dalamnya. Jemaat ini memiliki reputasi sebagai jemaat yang hidup, tetapi dalam realita yang sesungguhnya mereka telah mati. Menghadapi jemaat yang seperti ini, Tuhan Yesus dengan keras memperingatkan bahwa Ia akan datang seperti pencuri untuk menghakimi, apabila mereka  tidak bertobat. Namun sebaliknya, kepada mereka yang menang  Tuhan Yesus menjamin penerimaan dan pengakuan-Nya di hadapan Bapa dan seluruh penghuni sorga. Sungguh suatu janji yang amat indah !

Akan tetapi untuk mendapatkan penggenapan janji ini, Tuhan Yesus menuntut  agar kita menjadi orang-orang yang menang dengan cara bangkit dari kematian rohani dan memiliki kembali kerohanian yang hidup dihadapan-Nya. Yang menjadi pertanyaan adalah, “Apakah yang harus kita lakukan agar dapat mengalami suatu kebangkitan dari kematian rohani?”  Melalui perikop yang baru saja kita baca, paling tidak kita dapat melihat dua langkah penting:

 

I.                   Bangunlah dan kuatkanlah… (Ayat 2).

Saudara-saudara, pada masa lalu kota Sardis adalah ibukota propinsi Lydia dan merupakan kota yang amat penting di Asia. Kota ini juga memiliki jalan darat yang menghubungkannya dengan kota-kota lain seperti Efesus, Pergamus, Smirna dan Filadelfia. Oleh karena itu, seringkali para pedagang, pejabat militer bahkan raja mengadakan pertemuan di kota itu. Sungguh suatu kota yang strategis, maju dan berkembang! Akan tetapi Saudara, keadaan menjadi berbeda ketika pada tahun 17 AD atau kurang lebih 80 tahun sebelum Yohanes menerima wahyu ini,  hampir seluruh kota Sardis menjadi hancur karena gempa bumi yang besar. Walaupun selanjutnya kaisar Romawi telah berusaha untuk membangun kota ini  kembali, namun kota ini tetap tidak pernah pulih seperti semula. Ironisnya, penduduk kota Sardis ini menjadi orang yang suka hidup dalam kejayaan masa lampau. Mereka sering membanggakan kehebatan masa lalu, yang sesungguhnya sudah tidak mereka miliki lagi saat itu.

            Demikian juga dengan jemaat Tuhan di kota Sardis yang juga hanya bisa mengenang kesetiaan dan pelayanan mereka yang sungguh-sungguh di masa lalu.  Apa yang terjadi sekarang?  Saat ini mereka telah mengalami kemerosotan, mereka telah menjadi dingin, bahkan mati secara rohani. Tuhan Yesus yang digambarkan sebagai pemilik ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang yang mewakili jemaat Tuhan, mengatakan “Aku tahu segala pekerjaanmu : Engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati” (ayat 1). Saudara, kata “pekerjaan” disini kemungkinan besar mengacu pada pelayanan, kesetiaan, kasih, iman dan kesungguhan mereka dalam melakukan firman Tuhan. Ya, di hadapan manusia, jemaat Sardis ini memiliki reputasi sebagai jemaat yang hidup, akan tetapi di dalam realitas sesungguhnya mereka telah mati. Dalam ayat 2b, Tuhan melihat bahwa tidak ada satu pun dari antara pekerjaan mereka yang sempurna, tidak ada satu pun yang memenuhi standard Allah. Sungguh, semua pekerjaan rohani mereka tidak ada yang memuaskan hati Allah!

Jemaat ini masih terus menjalankan berbagai-bagai kegiatan rohani, namun semua itu dilakukan tanpa kesungguhan, tidak ada lagi kasih yang meluap-luap. Mereka seperti mayat hidup di hadapan Kristus. Oleh karena itu, Kristus dengan keras berkata, “bangunlah dan kuatkanlah apa yang masih tinggal, yang sudah hampir mati”.

Saudara, kata “bangunlah” atau “waspadalah ” (be watchful -KJV) yang dipakai disini menggunakan kalimat perintah untuk melakukan sesuatu secara terus menerus (Present imperative). Jemaat Sardis harus terus menerus bangun dan waspada atas kondisi kematian rohani yang mereka alami. Tuhan ingin agar mereka senantiasa sadar: apakah semua pekerjaan mereka itu telah memperkenankan hati Tuhan, atau justru telah mendukakan hati-Nya. Tuhan ingin agar mereka kembali memiliki kasih, semangat, dan pelayanan yang seperti dahulu.

Selanjutnya Tuhan berkata, “kuatkanlah apa yang masih tinggal, yang sudah hampir mati”. Beberapa penafsir setuju bahwa kalimat ini tampaknya mengacu pada hal-hal rohani yang masih dimiliki oleh jemaat Sardis. Ya ! sisa-sisa kesungguhan, kasih, iman dan semangat mereka kepada Allah.  Semuanya itu harus dikobarkan kembali, karena apabila tidak, maka makin lama semua itu akan mati dan tidak tersisa sedikitpun.

 

Ilustrasi

Saudara, rasul Paulus juga  pernah menyampaikan tuntutan yang serupa kepada jemaat Tuhan di Efesus. Dalam surat Efesus 5:14, Paulus berkata,” Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu”. Jemaat Efesus didorong oleh Paulus untuk bangun dari tidur dan kematian karena kelalaian mereka dalam melakukan kehendak Tuhan (ayat 17).  Selanjutnya dalam bagian penutup surat ini, Paulus berkata, “ akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya “. Paulus menyadari bahwa iblis, sang pembunuh manusia terus berusaha untuk membawa orang percaya pada kematian rohani. Oleh karena itu ia mendorong jemaat Efesus agar menguatkan diri mereka dengan segala perlengkapan rohani yaitu kebenaran, keadilan, kerelaan untuk memberitakan Injil, iman, firman Allah dan doa. Seperti jemaat di Sardis, jemaat Efesus harus menguatkan diri mereka apabila tidak ingin ditipu oleh iblis dan mengalami kematian rohani. Sayang sekali baik jemaat Efesus maupun Sardis gagal melakukan perintah tersebut.  Kita dapat melihat hal ini dalam Why 2:4-5 dan 3:1-6 dimana kedua jemaat ini ditegur Tuhan dengan keras.

 

Aplikasi

 Saudara-saudara yang terkasih, adalah fakta yang tidak dapat disangkal bahwa saat ini ada banyak gereja yang mengalami kondisi serupa dengan jemaat di Sardis. Di dalam banyak gereja masa kini, bukan hanya kasih mula-mula telah memudar, semangat pelayanan telah merosot, bahkan kerinduan akan Allah pun sudah tidak ada lagi. Bagaimanakah dengan kehidupan kita sebagai orang-orang percaya yang membentuk gereja Tuhan? Apakah saat ini kita sedang bangkit dan hidup bagi Allah ataukah kita mulai terlelap dan menuju pada kematian rohani? Masihkah kita menjalankan pelayanan kita dengan sepenuh hati? Masihkah kita memiliki semangat dan kasih yang membara kepada Tuhan? Bagaimana dengan acara-acara kebaktian yang kita ikuti? Apakah semua itu masih merupakan sesuatu yang kita rindukan,…ataukah telah menjadi suatu rutinitas yang mematikan?

Tuhan Yesus berkata, ”Bangunlah dan  kuatkanlah apa yang masih tinggal, yang sudah hampir mati! Tuhan menuntut kita untuk terus menerus bangun bagi Allah, dan menguatkan kembali sisa-sisa kesungguhan kita kepada Allah. Itulah  yang diperintahkan Tuhan bagi kita.

 

II.                Ingatlah, turutilah dan bertobatlah (Ayat 3).

Saudara, banyak ahli yang berpendapat bahwa jemaat Sardis adalah jemaat yang didirikan oleh orang-orang percaya datang dari berbagai tempat pada hari Pentakosta di Yerusalem. Ketika baru menerima Injil, jemaat Sardis ini begitu antusias, kasih yang mula-mula membuat mereka begitu  bersemangat, tetapi lama-kelamaan semuanya menjadi dingin. Bahkan lebih dari itu, jemaat Sardis ini mengalami kondisi yang lebih buruk dari Jemaat Efesus. Jemaat ini bukan hanya dingin, tetapi “mati” dalam kerohanian mereka. Dalam jemaat Sardis  ini tidak ada nabi dan pengajaran palsu seperti yang terdapat dalam jemaat Efesus, Pergamus, Tiatira dan Filadelfia. Mereka tidak mengalami tantangan dari luar tetapi kematian rohani justru menggerogoti mereka dari dalam diri mereka sendiri. Mereka tidak bisa lagi mengingat akan anugrah keselamatan, yaitu Injil yang mereka terima. Jemaat ini juga sudah mulai meninggalkan pengajaran firman para rasul dan hamba-hamba Tuhan yang telah mereka dengar. Oleh karena itu Tuhan memerintahkan jemaat ini untuk mengingat kembali, bagaimana mereka telah menerima dan mendengar Injil, menurutinya dalam kehidupan mereka, dan bertobat. Tuhan berkata, “Karena itu  ingatlah, bagaimana  engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! “

Saudara, menarik sekali bahwa kata “ingatlah” yang dipakai dalam ayat ini, lebih daripada sekedar melakukan aktivitas pengingatan secara biasa. Tenses present imperative dalam bahasa Yunani yang dipakai menekankan, bahwa Tuhan ingin agar jemaat Sardis terus menerus mengingat atau menaruh Injil dalam pikiran mereka. Ini sama sekali bukan perintah untuk mengingat satu kali dan kemudian melupakannya lagi. Perintah untuk mengingat ini langsung disusul dengan perintah berikutnya yaitu, “turutilah dan bertobatlah“. Tuhan tidak ingin jemaat Sardis berhenti hanya sampai pada mengingat. Ia ingin agar jemaat Sardis mengambil suatu tindakan yang nyata. Dan tenses aorist yang dipakai disini menekankan bahwa jemaat Sardis dituntut untuk mengambil tindakan pertobatan, satu kali dan untuk seterusnya mereka harus hidup dalam pertobatan itu. Melalui perintah ini, sebenarnya Tuhan ingin mengatakan kepada jemaat Sardis, bahwa mereka harus terus menerus mengingat Injil yang telah menyelamatkan mereka, menuruti segala pengajaran firman Tuhan yang telah diberikan oleh para rasul, dan kemudian mengambil satu tindakan pertobatan yang nyata.

 

Ilustrasi

Saudara-saudara, John Stott, seorang tokoh Injili dari Inggris berkata bahwa, “ingatan adalah jalan terdekat kepada pertobatan”. Saya menyetujui hal ini, tetapi saya ingin menyatakan bahwa ingatan saja tidaklah mencukupi. Diperlukan ketaatan pada firman Tuhan serta tindakan nyata berbalik kepada Allah, agar kita mengalami pertobatan sejati. Kisah anak yang hilang dalam Injil Lukas menggambarkan hal ini secara jelas. Si bungsu memulai kisahnya dari suatu keluarga yang indah. Ia mempunyai seorang kakak serta ayah yang kaya dan penuh kemurahan. Tetapi kemudian si bungsu ini melakukan tindakan yang amat bodoh. Ia meminta warisan kepada ayahnya yang masih hidup dan kemudian berfoya-foya di negeri yang jauh. Saudara, bertepatan dengan saat dimana harta benda anak durhaka ini telah habis, negeri dimana ia tinggal itu mengalami bencana. Suatu kelaparan yang hebat melanda negeri itu, sehingga ia harus bekerja sebagai seorang penjaga babi. Dan penderitaan hidup mulai akrab dengannya. Menyadari akan keadaannya itu, ia mulai mengingat kembali akan masa lalunya ketika ia masih tinggal bersama bapanya. Dan ketika itulah si bungsu ini mulai sadar. Dengan segera ia merencanakan untuk pergi dan datang kepada bapanya serta berkata : “Bapa , aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa…”.  Si bungsu ini sadar bahwa dosanya yang pertama-tama bukanlah pada bapanya yang telah ia khianati, tetapi kepada sorga atau Allah. Ia telah sadar bahwa segala perbuatannya selama ini telah jauh menyimpang dari kehendak Allah.

Saudara-saudara yang terkasih, kisah ini tidak berhenti sampai disini. Alkitab mencatat, bahwa segera sesudah itu, “bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya…”. Anak yang hilang ini bangkit dan berbalik kembali kepada bapanya (Luk 15:17-18). Ia tidak hanya mengingat dan menyadari kesalahannya tetapi ia mengambil jalan pulang, jalan pertobatan. Dan apa yang ia peroleh sesudah itu?  Bukan penolakan! Bukan pula kebencian dari bapa yang merasa dikhianati, tetapi sukacita dan penerimaan dari  bapa yang penuh kasih. Bapa itu bukan hanya menyambut dia, tetapi juga merangkul dan menciumi dia. Pesta yang besar diadakannya bagi anak bungsu ini. Dan kemudian bapa itu berkata kepada para hambanya, “…anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali”.

 

Aplikasi

Saudara, kisah anak yang hilang ini memang berbicara mengenai pertobatan orang berdosa.  Namun kita mengetahui bahwa sebagai orang percaya kita pun perlu mengalami pertobatan dalam proses penyucian kita.  Kita dapat melihat proses yang sama dari kedua jenis pertobatan tersebut dan hal inilah yang perlu kita lakukan untuk dapat bangkit dari kematian rohani. Ingatlah pada Injil yang telah menjadikan kita anak-anak-Nya! Sadarlah akan dosa-dosa kita! Turutilah kembali firman-Nya! Dan bertobatlah!

 

Penutup

Saudara-saudara yang terkasih, tuntutan Tuhan bagi kita untuk bangkit dari kematian rohani merupakan hal yang amat serius. Tuhan Yesus sendiri memperingatkan kita, bahwa Ia akan datang seperti pencuri dan menghakimi orang-orang yang tidak berjaga-jaga dan menaati perintah-Nya (ayat 3b). Ia dapat sewaktu-waktu datang dan menghakimi perbuatan kita. Akan tetapi kita patut bersyukur, karena Tuhan Yesus menegaskan bahwa jemaat yang mati dapat hidup kembali! Dia telah memberikan langkah-langkah bagi kita untuk dapat bangkit dari kematian rohani. Bangun dan kuatkanlah dirimu ! Ingatlah, turutilah dan bertobatlah.  

Saudara-saudara, kebangkitan rohani bukanlah suatu anjuran melainkan sebuah perintah yang tegas dari Tuhan Yesus bagi setiap orang percaya, pribadi lepas pribadi.  Dan kepada mereka yang pada akhirnya mengalami kemenangan, dengarlah janji Tuhan ini, “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian: Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku  namanya di hadapan Bapa-Ku dan  di hadapan malaikat-Nya.” Marilah kita bangkit bagi Tuhan!

AMIN

=================================