sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

SIKAP BENAR DALAM MENERIMA PENYERTAAN TUHAN

Nats     : Yosua 1 : 1 – 9

Penulis  : Rohani

Tujuan  : Agar jemaat dapat memiliki sikap yang benar sebagai seorang anak Tuhan dalam bersandar pada penyertaan-Nya, sehingga dapat menemukan keberhasilan rohani yang sejati.

 

Pendahuluan

            Saudara, setiap manusia ingin berhasil dalam hidupnya, sehingga seringkali keberhasilan itu diusahakan dengan berbagai daya upaya, asalkan dapat tercapai. Ternyata  hal seperti ini bukan hanya berlaku bagi masyarakat sekuler saja, tapi juga dalam ke-Kristenan, bukankah sebagai anak-anak Tuhan kita juga mengharapkan segala yang kita lakukan dapat berhasil.

            Lalu apakah yang menjadi kunci keberhasilan itu? Banyak orang berpikir bahwa keberhasilan dapat diperoleh dengan adanya kekuasaan, atau dengan menjalin hubungan dengan orang-orang berpengaruh, ataupun dengan dimilikinya suatu kemauan yang menggebu-gebu untuk maju dan mencapai sasaran, dan tentu masih banyak lagi yang lain. Dan faktanya konsep-konsep  yang demikian memang telah ikut terbawa dalam hidup dan pelayanan Kristen.

            Saudara-saudara, memang kita tidak dapat menyangkali bahwa faktor-faktor tersebut merupakan penunjang bagi keberhasilan hidup dan pelayanan Kristen,  tetapi harus juga kita ingat bahwa masih ada 1 syarat atau faktor mutlak yang kita butuhkan di dalam mencapai keberhasilan itu, dan ini adalah hal yang terpenting.

            Bacaan kita dalam Kitab Yosua ini menunjukkan adanya satu syarat itu, syarat yang dimiliki oleh Yosua dalam mencapai keberhasilannya, yaitu “penyertaan Tuhan”. Sebagai syarat mutlak, penyertaan Tuhan ini harus dimiliki oleh setiap pelayan Tuhan, dan untuk itu perlu ada suatu sikap yang benar. Di sini kita juga melihat paling tidak ada dua sikap yang perlu dimiliki oleh seorang pelayan Tuhan:

 

1. Kita perlu memiliki keyakinan pada janji penyertaan Tuhan ( ayat 6, 7, & 9 )

Saudara, pada saat Musa mati dan Yosua ditunjuk untuk menggantikannya sebagai pemimpin Israel, Yosua merasa sangat takut dan gentar. Tentu saja ketakutan dan kegentaran Yosua ini sangat beralasan. Yosua sadar akan keberadaan dari bangsa yang akan dipimpinnya, suatu bangsa yang bukan hanya besar, tapi juga degil, pemberontak, bahkan dikenal sebagai suatu bangsa yang tegar tengkuk

            Tentu kita setuju bahwa Yosua memang merupakan pilihan yang tepat untuk menggantikan posisi Musa. Yosua yang memang sebelumnya sudah dipersiapkan selama bertahun-tahun di padang gurun, yaitu dimana ia menjadi pelayan pribadi Musa selama 40 tahun. Ia juga merupakan salah satu dari dua orang saksi mata yang masih hidup dari penderitaan di Mesir hingga keluar dari Mesir, dan itu berarti bahwa ia telah melihat sendiri bagaimana Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan bagaimana Tuhan telah memimpin Musa. Selain itu ia juga merupakan salah satu dari 12 mata-mata yang masuk ke tanah Kanaan dan kemudian kembali dengan memberikan pandangan yang penuh keyakinan bahwa Tuhan akan menolong mereka menaklukkan tanah Kanaan, imannya begitu teguh.

Tetapi Yosua menyadari bahwa keunggulan-keunggulan yang dimilikinya itu bukanlah jaminan bagi keberhasilan tugas yang akan dipikulnya. Selama ini, ia telah melihat bagaimana Musa sebagai seorang pemimpin yang begitu agung, seorang pemimpin yang memiliki kharisma, seorang yang sangat dihormati, namun tetap saja Musa masih kewalahan menghadapi bangsa Israel. Bagaimana dengan dia? Bukankah ia hanyalah seorang pelayan? Dia sadar bahwa tugas yang akan diembannya tidaklah mudah, karena itulah ia merasa takut dan gentar.

            Saudara, tugas yang diberikan pada Yosua ini memang sangat berat tetapi Allah menghibur hatinya. Di ayat 5, kita melihat Tuhan berjanji bahwa Ia akan menyertai Yosua. Janji ini begitu indah dan sungguh memberi kekuatan bagi Yosua di tengah-tengah ketakutannya. Namun penghiburan ini dilanjutkan pada ayat ke 6 dengan suatu perintah agar Yosua memiliki hati yang kuat dan teguh. Kalimat ini diulangi kembali dalam ayat 7 dan dipertegas dalam ayat ke 9. Apakah artinya ini?

            Saudara-saudara yang terkasih, kalimat “kuatkan dan teguhkanlah hatimu” menunjukkan bagaimana sebenarnya Tuhan yang telah memilih Yosua tidak meminta Yosua untuk memiliki keberanian yang melebihi kodrat manusia.  Tuhan hanya minta agar Yosua tetap kuat dan teguh, yaitu dengan memiliki kepercayaan dan keyakinan yang penuh terhadap janji penyertaan Tuhan. Saudara, tetap kuat dan teguh berarti percaya dengan sungguh-sungguh akan janji Tuhan.

 

Ilustrasi

            Saudara, suatu kali di sebuah desa kecil yang telah mengalami musim kemarau panjang. Terjadi bencana kekeringan yang dahsyat, lahan-lahan sawah dan ladang menjadi kering dan tidak dapat menghasilkan. Penduduk merasa sangat sedih dan menderita karena persediaan bahan makananpun hampir habis. Mereka sudah mengusahakan berbagai cara agar hujan segera turun namun hujan tetap tidak turun.

Hingga pada suatu hari, karena desakan penduduk setempat, akhirnya kepala desa meminta agar  penginjil yang melayani disana berdoa kepada Allah. Mereka mengatakan bahwa mereka akan semakin percaya kepada Allah bila Ia mencurahkan hujan bagi mereka. Saudara, penginjil inipun menjawab tantangan mereka. Ia memerintahkan kepada semua penduduk untuk membawa segala benda yang menunjukkan keyakinan mereka bahwa Allah akan segera mencurahkan hujan. Saudara, penduduk di sana segera pulang ke rumah dan kembali dengan membawa berbagai macam benda. Ada yang membawa Alkitab, salib, dan lain-lain.

Di tengah orang banyak itu tampaklah seorang anak kecil datang dengan membawa sebuah payung dan membukanya. Penduduk menertawakannya dan bertanya kepadanya,” Mengapa di tengah panas terik ini engkau membawa payung?” Lalu anak ini menjawab,” Bukankah Allah akan mencurahkan hujan buat kita, karena itulah saya membawa payung karena sebentar lagi hujan akan turun.”

Saudara, anak kecil ini telah menyatakan kepercayaannya yang sungguh pada Tuhan.  Dan sikap percaya yang sungguh inilah yang diingankan Tuhan bagi setiap kita.

 

Aplikasi

Saudara, janji penyertaan yang disampaikan Tuhan kepada Yosua pada waktu yang lalu, hari ini kembali disampaikan bagi kita. Ibrani 13:5b mencatat bagaimana Allah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”. Saudara, apakah saat ini hati kita mulai bimbang? Kita mulai meragukan Tuhan? Saudara, Tuhan berjanji bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan kita ataupun gagal di dalam menolong kita. Ia hanya  meminta agar kita yakin dan percaya akan janji penyertaan-Nya. Saudara, percayalah dan yakinlah akan janji-Nya. Ia yang telah memanggil kita menjadi anak-anak-Nya, Ia juga yang akan menyempurnakan segala rencana-Nya dalam kita.

 

2. Kita perlu memiliki ketaatan untuk melakukan perintah-perintahNya (ay.7)

            Saudara, jikalau kita melihat peta perjalanan bangsa Israel ke tanah Kanaan, mungkin kita akan merasa heran ketika melihat bahwa sebenarnya jarak dari Mesir ke tanah Kanaan tidaklah terlalu jauh, semestinya tidak dibutuhkan waktu sampai 40 tahun untuk bosa tiba di Kanaan. Beberapa tafsiran menyatakan bahwa jarak tersebut hanya memerlukan ± 6 bulan perjalanan, bahkan mungkin tidak perlu selama itu. Tapi mengapa Tuhan membiarkan bangsa Israel berkeliling dan mengembara di padang gurun selama hampir 40 tahun?

            Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita dapat melihat bagaimana sepanjang perjalanan itu bangsa yang besar dan tegar tengkuk ini terus bersungut-sungut dan memberontak kepada Allah. Mentalitas budak yang diperoleh di Mesir terus dibawa-bawa, tidak heran kalau berulangkali mereka mengancam Musa dan meminta untuk dikembalikan ke Mesir saja. Selama pengembaraan itu, bangsa Israel telah gagal untuk mempercayai Tuhan yang akan memberikan kemenangan kepada mereka. Dan akibatnya, Tuhan membiarkan mereka mengembara berpuluh-puluh tahun di padang gurun untuk mengajar mereka dan membiarkan mereka sampai generasi yang tidak taat itu semuanya mati di padang gurun. Mereka juga dididik untuk taat pada hukum Tuhan, mereka sering diingatkan bahwa iman dan ketaatan kepada Tuhan akan membawa kepada kemenangan, sebaliknya ketidakpercayaan dan ketidaktaatan akan membawa tragedi.

Saudara, sejarah yang demikian juga menyadarkan Yosua bahwa mereka harus memiliki sikap yang taat pada hukum Tuhan. Janji penyertaan yang Tuhan berikan pada mereka menuntut konsekuensi ketaatan dari bangsa ini kepada Tuhan. Hal ini dapat kita lihat di dalam ayat 7, Tuhan mengingatkan Yosua untuk bertindak sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadanya oleh Musa.

            Saudara-saudara, hanya dengan ketaatanlah pimpinan dan penyertaan Tuhan itu dapat dimengerti dan dinikmati. Untuk itu Tuhan juga membimbing Yosua bagaimana memiliki ketaatan yang sungguh kepada Tuhan, mari kita perhatikan ayat 8:

Tuhan memerintahkan Yosua untuk merenungkan Firman Tuhan siang dan malam dan memperkatakannya, ini berarti bahwa Firman Tuhan itu bukan hanya disimpan dalam hati dan direnungkan dalam pikiran, tapi juga dinyatakan dalam mulut. Apa artinya Firman Tuhan itu dinyatakan dalam mulut ? Ada dua hal yang dapat kita pelajari:

a. Kita ketahui bahwa mulut berfungsi untuk makan, jadi Firman Tuhan itu perlu dikunyah, ditelan dan dicerna sampai menjadi bagian dari orang itu dalam pikiran maupun  tindakannya.

b. Yang kedua, mulut juga berfungsi untuk berbicara. Seseorang yang menerima pengajaran dari Tuhan, ia juga harus mengajar, mengingatkan dan menguatkan orang lain ( Yos 8:34-35 ).

Dengan merenungkan dan memperkatakan Firman Tuhan, maka Yosua dan bangsa Israel akan semakin mengerti kehendak Tuhan, dengan demikian mereka akan dapat taat pada Firman Tuhan. Firman Tuhanlah kunci ketaatan itu. Dan ketika kita terus hidup dalam Firman, maka ketaatan tidak akan lagi kita pandang sebagai sesuatu yang memberatkan, kita akan mengerti dan menikmatinya. Dan itu semua membawa kita kepada sikap yang berserah kepada Tuhan, dan siap menerima penyertaan-Nya.

 

Ilustrasi

Saudara, saya teringat akan pergumulan saya beberapa bulan yang lalu sebelum saya mengambil keputusan menjadi hamba-Nya. Panggilan untuk menjadi hamba Tuhan telah saya rasakan sejak di bangku SMA, namun saya terus menghindar dari panggilan itu. Sampai pada suatu ketika, di saat saya hampir menyelesaikan bangku kuliah, panggilan itu kembali mendorong saya dan kali ini lebih kuat lagi. Namun hati saya bergumul, di satu sisi saya yakin Ia akan menyertai saya, tapi di sisi lain saya tetap tidak ingin pergi jauh dari orang-orang yang saya kasihi. Malam hari itu, saya berdoa sambil menangis dan berkata,”Baiklah Tuhan, saya akan taat asal saja Engkau meyakinkan saya sekali lagi bahwa memang Engkau ingin saya pergi.” Namun tidak ada sesuatu apapun yang terjadi malam itu. Dalam hati saya sedikit merasa lega, karena ini berarti saya tidak harus pergi.

Keesokan harinya di saat saya bersaat teduh, entah mengapa waktu itu saya tertarik untuk membaca buku renungan yang biasa dipakai oleh kakak saya padahal saya jarang sekali memakai renungan itu. Dan disitulah saya ditegur dengan sebuah ayat yang dikutip dari Mat 10:37-38 yang berbunyi:”Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku; ia tidak layak bagi-Ku…..”

Saat itulah saya merasa sangat terpukul sekali, saya kembali menangis dan berkata Tuhan, Engkau tahu bahwa saya tidak bisa apa-apa dan Engkau tahu bahwa saya tidak mampu, bukankah kakak dan abang saya sudah menjawab panggilanMu? Bukankah itu cukup? Saat itu saya masih tetap tidak dapat menerima hal itu dan dalam hati saya berkata bahwa itu semua hanya kebetulan saja. Tetapi pada siang harinya, saya menerima satu ayat yang kembali menegur saya yang dikutip dari Lukas 9:62, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang tidak layak untuk kerajaan Allah.”

Oh … saudara saat itu saya benar-benar pasrah dan dengan tidak berdaya akhirnya saya berkata, “Tuhan, saya akan taat asalkan Engkau berjanji untuk selalu menyertai saya. Saudara, banyak pergumulan dan tantangan lain yang saya alami di dalam menjawab panggilanNya, tapi di saat saya taat, saya dapat melihat bagaimana tangan Tuhan terus menyertai saya.

 

Aplikasi

            Saudara, saya yakin ketaatan yang pernah Tuhan tuntut dari Yosua juga dituntut dari diri kita hari ini. Pada saat kita taat kepadaNya, maka ia akan membuat kita mampu melewati berbagai-bagai kesulitan. Hidup sebagai anak-anak Tuhan memang tidak mudah, akan ada banyak tantangan yang akan kita hadapi, ada banyak godaan yang mencoba untuk menarik kita keluar dari hidup sesuai dengan Firman-Nya, belum lagi berbagai ancaman yang merongrong kita, mungkin dari pihak luar bahkan sampai keluarga kita yang paling dekat sekalipun. Tapi ingatlah bahwa Ia berjanji untuk menyertai kita. Tuhan tidak meminta yang lebih dari kita, tapi Ia hanya meminta agar kita taat kepadaNya.

 

Penutup

            Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus, melalui kisah Yosua, kita telah belajar suatu pelajaran yang sangat berharga. Bahwa Tuhan yang memanggil Yosua untuk melayani Dia adalah Tuhan yang sama yang memanggil kita menjadi anak-anak-Nya, juga pelayan-pelayan-Nya. Dan sebagaimana Ia berjanji untuk menyertai Yosua, demikian jugalah Dia akan menyertai kita. Saudara, hidup dan tugas pelayanan yang kita lakukan bukanlah tugas yang mudah. Tantangan yang akan kita hadapi akan jauh lebih rumit dan sulit dari yang kita bayangkan. Setiap hari kita bertemu dengan tantangan-tantangan baru, situasi-situasi yang tidak menyenangkan, namun yakinlah akan janji penyertaanNya dan taatlah akan perintah-perintahNya. Bersama dengan Allah kita akan dimampukan untuk melalui semuanya itu.  Allah kita jauh lebih besar dari masalah yang kita hadapi dan Ia tidak akan pernah gagal untuk menolong kita. Saya akan menutup Firman Tuhan pada siang hari ini dengan sebuah ayat yang telah kita baca sebelumnya yakni Ibrani 13:5b-6. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. AMIN