sumber kristen

 www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

JANGAN BERZINAH

Nats     : Keluaran 20:14; Matius 5:28-30; Yakobus 1:13-15

Penulis  : Andi

Tujuan  : Agar jemaat dapat hidup kudus dan tidak jatuh ke dalam dosa perzinahan.

 

Pendahuluan

            Saudara, suatu saat ketika saya sedang lewat di depan seorang penjual koran dan majalah, saya terkejut sewaktu membaca salah satu judul artikel dari sebuah tabloid yang ditawarkan: “Trik Bagaimana Cara Berselingkuh”.  Saya lalu bertanya di dalam hati, “Inikah sesungguhnya kondisi kehidupan masyarakat kita yang modern, di mana masalah perselingkuhan sudah bukan hal yang luar biasa lagi?  Saudara, dan memang inilah kenyataannya:

            Dari 466 sampel siswa-siswi SMU di lima kota besar di Jawa Timur yang diteliti oleh Badan Pembina Penanggulangan Narkotika dan Kenakalan Anak-anak dan Remaja Jawa Timur didapatkan hasil yang mengejutkan.  Sebanyak 27 persen suka bermain WTS, 42 persen remaja yang duduk di bangku SMU ternyata mengaku pernah melakukan hubungan seks, dan 50 persen sering berkunjung ke panti-panti pijat serta 68 persen suka menonton film porno.  Dan yang lebih mengejutkan adalah 12 persen dari responden mengaku berpraktik sebagai perek hanya karena untuk kenikmatan semata-mata.  Jikalau pada masa-masa SMU saja tingkah laku seks mereka sudah sedemikian rupa, apakah ada jaminan jikalau mereka sudah menikah nanti, mereka akan menganggap bahwa perselingkuhan itu sebagai hal yang tabu?

            Saudara-saudara, meskipun dunia mendorong manusia untuk menikmati seks di luar nikah sebebas-bebasnya, tetapi Allah tetap menuntut kekudusan kehidupan seks di dalam pernikahan orang-orang percaya. Dan Allah menyatakan perintah-Nya: “Jangan berzinah”.  Pada hari ini kita akan belajar beberapa hal yang berkaitan dengan perzinahan:

 

1.      Apa Itu Perzinahan?  (Kel. 20:14; Mat. 5:28).

Sebelum berbicara lebih jauh,  mari kita terlebih dahulu melihat tentang apa sebenarnya perzinahan itu menurut Kitab Suci:

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, peristiwa keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir merupakan suatu permulaan kehidupan baru bagi bangsa Israel (Kel. 12:2).  Suatu kehidupan yang bebas dari segala tekanan peraturan, penindasan dan penjajahan bangsa Mesir.  Kemerdekaan mereka yang baru itu, juga menuntut suatu hukum baru yang menggantikan hukum yang lama, yakni Hukum Mesir.  Demikianlah Hukum Taurat diberikan oleh Allah untuk membawa keteraturan dan kebahagiaan bagi kehidupan yang baru. 

Di samping mengatur kehidupan keagamaan dan sosial, Hukum Taurat juga mengatur kehidupan pernikahan.  Di dalam perintah ke-tujuh, Allah menetapkan “Jangan Berzinah”.  Hukum ini begitu penting, khususnya bagi kehidupan pernikahan umat Tuhan.

Di dalam bahasa Ibraninya kata naaph, diterjemahkan oleh LAI “berzinah” atau dalam bahasa Inggrisnya “commit adultery”.  Yang menarik adalah kata ini pada mulanya tidak dipakai untuk menunjuk kepada suatu aktivitas seksual, melainkan dipakai untuk menunjukkan penyimpangan di dalam penyembahan, yang seharusnya menyembah kepada Allah, tetapi menyembah kepada allah lain.  Baru kemudian kata ini berangsur-angsur berubah artinya menjadi penyimpangan dalam hubungan seks, yaitu yang seharusnya dilakukan dengan suami atau istri yang sah, tetapi malah dilakukan dengan orang lain. keduanya jelas menunjuk pada suatu pelanggaran terhadap kesetiaan. 

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, sekarang saya minta Saudara untuk memejamkan mata, kemudian bayangkanlah di dalam pikiran Saudara: “Suatu danau yang indah dengan kilauan sinar mentari di atas riak-riaknya, dikelilingi pepohonan serta beraneka macam bunga di sepanjang tepinya.  Burung yang berkicau sambil berterbangan di antara pepohonan menambah keindahan danau tersebut”.  Apakah saudara dapat melihat gambaran tersebut?  Sungguh kita patut bersyukur, jikalau Allah mengaruniakan suatu kemampuan yang luar biasa untuk memvisualisasikan gambar di dalam pikiran manusia. Tetapi apa jadinya kalau kemampuan tersebut digunakan untuk membayangkan gambar-gambar porno?  Bukankah manusia sebenarnya memang dapat melakukan percabulan dengan begitu bebasnya?  Karena itu, bagi Tuhan Yesus yang namanya dosa perzinahan tidak hanya sebatas fisik saja, tetapi juga secara imajinatif, seperti yang ditulis dalam Matius 5:28.

Tuhan Yesus berbicara tentang perzinahan dengan arti yang lebih dalam lagi, “Jika seorang memandang perempuan serta menginginkannya maka orang tersebut sudah berzinah di dalam hatinya”.  Di dalam bahasa aslinya kata “melihat” menggunakan tenses Present Participle, yang mengandung arti suatu tindakan melihat, yang sedang berlangsung terus menerus tanpa berhenti atau tanpa adanya interupsi.  Sedangkan kata “menginginkan” menggunakan kata depan pros to yang dipakai dengan kata ephithumesai, yang artinya mempunyai nafsu birahi terhadap seorang wanita, menunjukkan suatu tujuan dari tindakan melihat tersebut.  Jadi perkataan Yesus ini bukanlah ditujukan kepada nafsu birahi yang wajar dan alami yang merupakan bagian intrinsik dan hakiki dari manusia yang dapat muncul secara wajar ketika hendak melakukan hubungan seks antara suami dengan istri, melainkan ditujukan kepada hawa nafsu birahi yang dibangkitkan secara sengaja dengan memandang wanita dengan sedemikian “kreatif”-nya.  Jadi pandangan yang penuh nafsu birahi itu sendiri adalah ungkapan ekspresi dari keadaan hati yang sudah berdosa dan tidak bermoral (Mat. 15:19).  Itulah zinah!

 

2.      Apa Penyebab Terjadinya Perzinahan?  (Yakobus 1:13-15)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Charoters Merlin di dalam buku “Jatuhnya Seorang Hamba Tuhan”, mengatakan bahwa semua anak Tuhan, termasuk para hamba Tuhan yang pernah jatuh ke dalam dosa perzinahan mengaku bahwa mereka telah menikmati perzinahan di dalam pikiran dengan cara membayangkannya.  Mereka menganggap bahwa kenikmatan yang didapat dengan cara membayangkan aktivitas seksual adalah hal biasa dan tidak berbahaya, karena tidak melibatkan dan merugikan orang lain.  Dan ternyata mereka keliru besar, karena justru itulah langkah awal yang menyeret mereka jatuh ke dalam dosa perzinahan. 

Saudara-saudara,  Alkitab mengatakan bahwa titik awal terjadinya perzinahan adalah dari keinginan.  Mari kita lihat Yak. 1:13-15.  Yakobus secara tidak langsung mengatakan bahwa penyebab terjadinya perzinahan adalah dari keinginan yang ada di dalam diri orang itu sendiri.  Kata “keinginan” di sini dalam bahasa aslinya (epithumia) mempunyai arti keinginan yang kuat dari jiwa seseorang untuk menikmati ataupun memperoleh sesuatu. 

Pada dasarnya keinginan manusia adalah baik, sebab tanpa adanya keinginan, maka manusia tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.  Tanpa adanya keinginan atau nafsu seks, suatu pernikahan tidak akan dapat menjadi suatu pernikahan yang sempurna.  Tetapi natur manusia sebagai orang berdosa telah mencemari keinginan tersebut dan menjadikannya jahat.  Celakanya lagi, manusia melihat keinginan jahat tersebut bukan sebagai sesuatu yang menakutkan melainkan sesuatu yang sangat menarik dan harus sesegera mungkin dipuaskan. 

Saudara-saudara, seseorang dicobai untuk melakukan dosa perzinahan, yaitu ketika keinginannya timbul dan meresponi godaan yang ada di sekitarnya.  Godaan tersebut dapat berupa sekretarisnya yang cantik, atau teman istrinya yang bisa memahaminya, tidak pernah marah dan cerewet seperti istrinya, ataupun sahabat suaminya yang memperlakukan dirinya dengan lemah lembut dan bukan seperti suaminya yang kasar dan suka memukulnya.  Ketika godaan itu datang dan keinginan mulai timbul, Ia tak ubahnya seperti seekor tikus yang kelaparan, yang melihat dan terpikat oleh ikan di dalam sebuah perangkap tikus, sehingga ditarik untuk mengambil ikan tersebut  tanpa menyadari bahaya yang bersembunyi di baliknya. 

Jikalau keadaannya sudah demikian, dan ditambah lagi orang tersebut tidak memiliki pengendalian diri yang kuat, maka dirinya akan terjerumus semakin dalam.  Keinginannya tersebut akan mempengaruhi pikirannya dan secara perlahan-lahan akan membenarkan dan merasionalisasikan dirinya bahwa adalah haknya untuk memiliki apa yang diinginkannya itu.  Pikirannya ditipu untuk percaya bahwa memenuhi apa yang diinginkannya akan memuaskan dirinya dan memenuhi kebutuhannya.  Dan saat itu, orang tersebut akan terus berpikir bagaimana caranya mendapatkan apa yang diinginkannya.  Selama keinginannya belum terpenuhi, ia akan memuaskannya dengan cara membayangkan kenikmatan perzinahan tersebut.  Jika kesempatan itu datang dan segala sesuatunya aman maka pasti ia akan melakukannya. 

 

Ilustrasi

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Daud tidaklah berdosa ketika tanpa sengaja melihat Batsyeba sedang mandi dari sotoh istananya.  Ia berdosa pada saat ia dengan sengaja terus menerus melihat Batsyeba dan menikmati pemandangan tersebut di dalam pikirannya.  Gambaran Batsyeba yang cantik dan molek, yang sedang mandi tercetak dengan kuat di dalam pikirannya.  Sejalan dengan hal tersebut, muncullah keinginan yang kuat di dalam hatinya untuk memiliki Batsyeba.  Lama kelamaan, keinginan yang kuat tersebut mempengaruhi pikirannya, dan ia mulai membenarkan dan merasionalisasikan dirinya bahwa tidak ada salahnya memiliki apa yang diinginkannya itu, karena ia seorang raja yang paling berkuasa pada waktu itu.  Siapakah Batsyeba, bukankah dia hanyalah istri dari salah satu pegawainya?  Akibatnya, lahirlah rencana keji terhadap Uria, dan akhirnya Daud berhasil membawa Batsyeba ke dalam kamarnya. 

Bapak/Ibu/Saudara sekalian, jika seseorang tidak dapat mengendalikan keinginan dan pikirannya untuk membayangkan kenikmatan perzinahan atau kenikmatan seks, maka setan tidak akan berhenti sampai dosa di dalam pikiran saja.  Gambaran kenikmatan yang suka dibayangkan di dalam pikiran akan selalu dikobarkan dan hanya tinggal menunggu kesempatan yang pas saja untuk orang tersebut berani mewujudkannya. 

Aplikasi

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, sekarang bolehlah kita mengibaratkan semua keinginan dan pikiran yang berkaitan dengan seks gelap sebagai monster yang selalu siap menerkam.  Monster yang dapat bersembunyi dan menantikan dengan sabar, bahkan mungkin menantikan kita selama bertahun-tahun, menunggu saat yang tepat untuk membuat kita jatuh ke dalam perzinahan.  Marilah kita mengintrospeksi diri kita.  Apakah masih ada niat-niat yang terselubung, keinginan yang tersembunyi ataupun nafsu terpendam yang secara moral tidak bersih?  Jikalau masih ada, marilah sekarang ini juga, kita berdoa agar Roh Kudus memampukan kita untuk membuang segala hal yang najis tersebut. 

 

3.      Bagaimana Caranya untuk Tidak Jatuh ke Dalam Perzinahan? (Mat. 5:19-20)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, mari kita terlebih dahulu memperhatikan apa yang tertulis dalam Mat. 5:28-30.  Yang cukup mencolok adalah kata “menyesatkan” yang dalam bahasa aslinya adalah Skandalon, dan kata “kanan” yang dipakai sebanyak dua kali.

Kata Skandalon ini berasal dari kata skandalethron yang berarti tongkat umpan, yaitu  tempat meletakkan makanan-umpan, yang kalau tersentuh akan menggerakkan pintu perangkap, sehingga sang korban tidak dapat keluar dan akhirnya akan mati dengan sendirinya.  Jadi kata skandalon berarti segala sesuatu yang menyebabkan manusia membinasakan dirinya sendiri.  Sesuatu yang membawa diri manusia ke dalam kehancurannya.  Juga dalam budaya Yahudi, mata kanan dan tangan kanan melambangkan anggota tubuh seseorang yang paling baik dan paling berharga.  Mata kanan melambangkan penglihatan seseorang yang paling baik, sedangkan tangan kanan melambangkan keahlian /keterampilan seseorang yang paling baik. 

Jadi keduanya menunjukkan sesuatu yang paling berharga, yang paling disayangi di dalam hidup seseorang, tetapi jika hal tersebut dapat menimbulkan keinginan untuk tergoda berbuat zinah, maka harus secara tuntas disingkirkan dari diri dan dari hidup orang tersebut. 

Penggambaran Tuhan Yesus mengenai mata yang dicongkel dan tangan yang dipotong menggambarkan betapa seriusnya dosa, termasuk dosa perzinahan.  Oleh sebab itu, segala penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang tergoda, sehingga timbul keinginan untuk berzinah, harus secara tuntas disingkirkan dari diri dan hidup orang tersebut. 

Jadi sekarang bagaimana orang mampu untuk membebaskan dirinya dari keinginan-keinginan atau nafsu-nafsu kotor dan pikiran-pikiran kotor itu, yang merupakan penyebab perzinahan?  Padahal bukankah orang tersebut masih hidup di dalam daging dan di dalam dunia, di mana dorongan dan godaan untuk berbuat dosa begitu kuat sekali?

Bapak/Ibu/Saudara sekalian, salah satu buku tafsiran yang saya baca menawarkan suatu cara yang efektif, yaitu dengan melakukan tindakan kristiani dan mengisi pikiran dengan hal-hal yang alkitabiah.  Ketika seseorang mengisi hidupnya dengan melayani Tuhan dan sesama, maka tidak ada lagi kesempatan bagi hal-hal kotor untuk masuk ke dalam pikirannya.  Ketika seseorang mengisi pikirannya dengan hal-hal yang indah dan baik, maka dengan sendirinya pikirannya akan meninggalkan hal-hal yang kotor dan beralih untuk memikirkan hal-hal yang baik dan indah. 

 

Aplikasi

            Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, marilah kita sekali lagi mengintrospeksi hidup kita.  Bagaimana dengan hobi kita selama ini?  Bagaimana dengan tempat-tempat yang suka kita kunjungi seperti mal-mal yang megah dengan pengunjung yang di antaranya para wanita yang berpakaian seronok dan seksi?  Bagaimana dengan VCD-VCD yang ada di rumah kita?  Apakah film-filmnya dapat dipertanggungjawabkan secara moral kristiani?  Dan bagaimana dengan bacaan-bacaan kita?  Apakah semuanya itu dapat membuat kita semakin dekat dengan Tuhan atau malah cenderung menimbulkan keinginan yang tidak-tidak ataupun juga membuat kita mempunyai pikiran-pikiran yang kotor?  Jikalau ya, marilah kita memberanikan diri untuk membuangnya agar kita tidak jatuh ke dalam dosa perzinahan yang lebih dalam.

 
Penutup

            Saudara-saudaraku sekalian, Firman Tuhan jelas menuntut kekudusan di dalam kehidupan seks anak-anak-Nya.  Oleh karena itu, marilah kita menjauhi segala hal yang dapat menyeret kita jatuh ke dalam dosa perzinahan, dan marilah kita memakai pikiran kita hanya untuk memikirkan hal-hal yang berkenan kepada Tuhan, seperti yang ditulis oleh Paulus dalam Filipi 4:8: “Jadi akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”. 

AMIN