sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Text Box: Nats        :  Ibrani 12:1-3
Penulis   :  Yusman Liong
Tujuan : Agar jemaat dalam perjalanan imannya mengerti bahwa kerohanian harus terus bertumbuh dan satu dengan lain jemaat harus terus berlomba mencapai tujuan, tidak hanya puas sampai pada tahap tertentu saja tetapi maju terus sampai bertemu Tuhan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TERUS BERLOMBA!

 

Pendahuluan  :           

 

 

 

 

 

 

 

Anda mungkin pernah mendengar cerita tentang John Stephen Akhwari, pelari maraton dari Tanzania yang paling akhir tiba di garis finis pada Olimpiade 1968 di Meksiko. Sebelumnya, tak pernah ada seorang pelari yang sampai di garis finis begitu terlambat.

 

Karena terluka dalam perjalanan, ia berjalan tertatih-tatih masuk stadion dengan kaki yang berdarah dan dibalut. Satu jam lebih telah berlalu ketika para pelari lain telah menyelesaikan perlombaan itu. Hanya sedikit penonton yang masih tinggal di tempat duduk ketika Akhwari akhirnya melintasi garis finis.

 

Ketika ditanya mengapa ia terus berlari walaupun kakinya terluka, Akhwari menjawab, "Negara saya tidak mengirim saya ke Meksiko hanya untuk memulai perlombaan. Mereka mengirim saya ke sini untuk menyelesaikan pertandingan."

 

Sikap atlet itu seharusnya menjadi teladan bagi kita yang sedang bertumbuh. Ada "perlombaan yang diwajibkan bagi kita" Ibrani 12:1, dan kita diharapkan terus berlomba sampai tiba di garis finis.

 

Tak ada yang terlalu tua untuk melakukan perlombaan rohani dalam Kerajaan Allah. Kita semua harus terus berlomba, menjadi dewasa, dan berlamba sampai akhir hidup ini. Perlombaan  kita tidak tahu sampai kapan akan berakhir namun adalah sangat sia-sia jika dalam perlombaan kita membuang percuma tahun-tahun terakhir hidup kita. Sebab nanti ketika kita bertemu Tuhan Yesus pasti Tuhan akan bertanya  apa yang sudah di lakukan dalam perlombaan itu. Marilah kita melakukan perlombaan dengan tekun, sekalipun sudah lelah bahkan mungkin sampai lecet kaki kita.

 

Jika pelari Afrika Akhwari dari Tanzania bisa bersemangat dalam Olimpiade terlebih lagi kita anak-anak Tuhan. David Roper berkata: “ TIDAK ADA ALASAN UNTUK BERHENTI BERTANDING “.   Berhenti berarti memberikan kesempatan kepada Iblis untuk memang, Allah tidak pernah menyuruh kita berhenti dan berpuas diri.

 

Penulis surat Ibrani berkata dalam 12:1-3.: “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”

 

Dari ayat-ayat yang baru kita baca ini kita menemukan persyaratan untuk menang dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita yaitu:

 

1.Menanggalkan semua beban dan dosa.

 

Dalam arena pertandingan marathon sudah dapat dipastikan banyak orang yang datang untuk menyaksikan acara pertandingan tersebut. Penulis Ibrani mengatakan yang menyaksikan acara marathon ini bagaikan awan banyaknya. Tentunya dan seharusnya pula para penonton yang menyaksikan acara perlombaan marathon ini menjadi pemicu semangat untuk terus berlari secepat kilat. Kan malu kalau kalah disaksikan oleh banyak orang! Orang Yunani kuno dalam pertandingan marathon, tidak mengenakan selehai benangpun pada tubuh mereka. Hal ini dilakukan agar tubuh atlet tidak dirintangi oleh pakaian yang di zaman itu masih memakai sehelai kain yang panjang melilit ditubuh mereka. Sudah dapat dipastikan  pakaian yang demikian akan sangat merintangi gerak larinya atlet, karena itu para atletik harus melepaskan seluruh pakaian atau selendangnya.  

Penulis Ibrani berkata marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, kata menanggalkan biasanya dipakai untuk maksud menanggalkan pakaian yang melilit ditubuh. Rupanya penulis Ibrani melihat bahwa perintang bagi orang Kristen dalam perlombaan marathon adalah pakaian, yaitu di sini diibaratkan sebagai beban dan dosa.

 

Apa yang dimaksud dengan beban dan dosa itu?

 

Beban di sini bukanlah dosa, tetapi sesuatu yang merintangi, menghalangi, misalnya bisa saja itu merupakan nama yang sudah tercemar karena suatu perbuatn yang tidak baik, jelek di masyarakat. Istilah pemilu yang lalu disebut calek busuk, bisa juga suatu kebiasaan yang kurang baik yang diketahui oleh masyarakat, mungkin itu adalah tidak suka mendengar nasihat orang lain, keras kepala. Suka baca buku  silat, main catur sampai lupa segalanya sehingga isteri harus datang menjewer telinganya. Atau suka rebut di rumah, malas bekerja maunya foya-foya saja.

 

Apa yang menjadi beban kita? Tanggalkanlah, sebab tidak ada gunanya dipakai! Buanglah, Sebab bukan sesuatu yang membanggakan!  

 

Dosa, dosa apa yang di maksudkan di bagian ini? Secara umum, jadi sesuatu yang tidak tepat, sesuatu yang berlawanan dengan maksud Tuhan, sesuatu yang membuat nama Tuhan malu, bisa saja dosa itu adalah suka pukul isteri, suka menipu, main judi, tidak jujur dalam usaha/dagang. Suka menggoda atau berselingkuh dengan isteri atau suami orang lain. Dan banyak lagi  dosa – dosa yang sering dilakukan, misalnya, bolos kebaktian, menipu perpuluhan, lalai melakukan tugas pelayanan di gereja, dan suka berkata kotor, porno, gosipin orang sehingga masyarakat sangat mengenalnya.

 

Nah, beban dan dosa demikian apakah perlu dibawa kemana-mana agar para saksi yang seperti awan banyaknya terus melihat dan meneriaki kita? Kan memalukan bukan?

 

Ilustrasi:

Ada seorang jemaat, punya seorang anak yang baru berusia 19 tahun, anak muda ini sedang mengebu-ngebu berpacaran, entah setan apa yang sedang sial pas lagi lewat sehingga kesamber anak tersebut, selanjutnya apa yang terjadi? Anak yang baru berusia 19 tahun itu dengan beraninya  melakukan hubungan biologis yaitu perzinahan. Nah, karena bukan hanya sekali lalu bertobat, tetapi sering melakukannya, akhirnya Tuhan mengizinkan sang putri menjadi hamil.   

 

Kalau sudah begitu mau bilang apa sama Pendeta?

 

Jemaat tersebut merasa sangat dibebani dengan peristiwa tersebut,   malu, belum siap, anak baru di SMU kelas 3, dekat ujian akhir lagi.   Sekarang minta kawin. Coba pikir apa nggak pusing kepala menghadapi anak produk zaman ini?

 

Sang anak merasa sudah berdosa maka diapun mengundurkan diri dari pertandingan marathonnya, alias tidak berani ke gereja lagi, disamping itu dia merasa begitu   banyak saksi bagaikan awan yang mengelilinginya. Dia malu, belum siap menghadapi hari esok.

 

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, dengan tidak ke gereja lagi apakah persoalan menjadi selesai? Dalam Matius 11:28 Tuhan Yesus mengundang kita sekalian:”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Tanggalkanlah beban dan dosamu dan larilah ketempat Tuhan Yesus agar Tuhan membebaskan segala beban dan dosamu sehingga engkau dapat berlari bersama Tuhan lagi! Maukah Saudara?

 

Tuhan Yesus sedang menanti Saudara.

 

2. Berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.

 

Penulis surat Ibrani mengatakan bahwa perlombaan yang diadakan ini hukumnya wajib, tidak ada terkecuali, tidak dapat kita katakan maaf saya lagi tidak sehat, saya lagi nggak enak badan, saya lagi ada kerjaan, toko lagi ramai, ada famili datang, Oh maaf mertua saya lagi datang. Jadi saya tidak bisa ikut lomba.  Tuhan Yesus pernah mengatakan suatu perumpamaan  tentang orang yang tidak ikut perjamuan  lihat Lukas 14:17-21.

 

Saya pikir, tuan itu begitu baik hati, dengan segala kerendahan hati mengundang tetamu untuk menghadiri pesta yang diadakan, eeeh, pada beralasan tidak mau hadir maka dalam perumpamaan itu kemudian mengatakan bahwa tuan itu sangat murka.

 

Tuhan dengan penuh kasih mengundang kita untuk menghadiri pestaNya di hari Minggu, namun kita tidak hadir dengan banyak alasan yang dibuat-buat apakah Allah tidak akan menjadi murka ?    

Kata dengan tekun memiliki arti  melakukan dengan rajin, keras hati dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya, juga berarti semangat yang mengalahkan.  Perlombaan yang diwajibkan bagi kita adalah sesuatu yang harus di lakukan dengan tekun, tidak boleh lalai. Mengapa demikian? Karena hasil dari perlombaan akan kembali untuk kita sendiri, tetapi jika saya tidak mau berlomba, lalu bagaimana ?  Siapa yang mewajibkan atau mengharuskan saya berlomba?

 

Ingat! Bukan penulis surat Ibrani ! Tetapi  Tuhan sendiri yang mewajibkan kita, Dia yang mengharuskannya agar  kita melakukan perlombaan itu. Jadi ini jelas, bahwa perlombaan kita itu adalah wajib hukumnya dan harus. Dalam hal apa kita harus bertekun? Tentunya hal-hal yang berhubungan dengan kerohanian.

 

Misalnya berdoa, mambaca firman Tuhan, pelayanan, ikut persekutuan yang diadakan, atau ikut pemahaman Alkitab dan kegiatan lainnya. Ketika kita melakukan kegiatan kerohanian tersebut apakah keuntungannya bagi gereja atau bagi Tuhan? Bukankah kita sendiri yang mendapatkan berkat tersebut? Coba bayangkan saja, bukankah ketika kita  tidak ke gereja sekali saja, maka minggu berikutnya bukankah kita menjadi  mulai malas bukan? Jika sudah tidak berdoa pagi atau doa malam bukankah seterusnya jadi malas?

 

Dan apakah segala usaha atau pekerjaan atau keluarga tenang-tenang dan damai sejahtera saja? Saat kita tidak bertekun, disaat itulah Iblis dengan kuasanya mulai mencengkram kita dengan kuku-kukunya yang tajam.

 

Dalam pertandingan ini bukan supaya kita menjadi sombong, tetapi supaya menjadi lebih dekat dengan Tuhan Yesus. Biasanya yang terjadi dalam pertandingan, jika orang yang bertanding  tidak datang, berarti kalah W.O. Kalah sebelum bertanding, bisa karena sakit, berhalangan, belum siap, atau malas, bisa juga karena ketakutan.

 

Ilustrasi:

Suatu kali sekumpulan Setan sedang muktamar atau konsili, ketuanya hadir yaitu Iblis. Dalam muktamar tersebut setelah Iblis mengadakan ceramah,  lalu diadakan tanya jawab, suasana menjadi ramai sebab setan-besar ataupun kecil tidak mau kalah memberikan jawaban.  Ketua yaitu Iblis  bertanya: Siapa yang telah berhasil dalam usaha memperluas Kerajaan Penguasa Udara?  Maka setan, hantu, jin, kuntilanak, jailangkung, gendruwo dan banyak lagi berebut migkrofon untuk menjawab.

Aku telah membuat orang kristen  sakit, yang lain mengatakan, aku membuat orang Kristen  menyebarkan gosip, sedangkan si setan cabul berkata : aku berhasil membuat majelis dan pendeta berzinah, maka suasana jadi heboh, semua mengatakan secara serentak waah hebat betul. Tapi Iblis berkata: hal yang demikian tidak memperluas kerajaan kita. Semuanya diam, tiba-tiba ada seekor setan berkata : Pak ketua saya sudah berhasil, membuat orang Kristen di kota anu jadi ketakutan, tidak ada yang berani lagi ke gereja! Ooh itu juga tidak akan memperluas kerajaan kita.

 

Iblis menantang dengan suara keras, ayo siapa yang sudah berhasil? Ada  seekor setan kemudian berdiri berkata:”Saya sudah bohongi orang Kristen sehingga mereka menjadi pengikutku, caranya tetap pakai cara Kristen tetapi tujuan ibadahnya saya alihkan kepada saya, jadi yang jadi boss di gereja itu bukan Yesus, tetapi saya setan licik!

 

Ketua, yaitu Iblis berkata, kita beri tepuk tangan yang meriah untuk setan licik! Semua tepuk tangan. Tetapi ada seekor lagi yang berkata: Pak Ketua, saya sudah buat orang Kristen ngantuk, malas ke gereja, malas baca Alkitab, malas doa, malas  semuanya, gerejanya mulai kosong, sekarang rajin cari cara pengobatan alternatif, cari orang pintar, bahkan pendetanya juga cari dukun. Pak ketua bukankah ini adalah cara yang terbaik dan paling berhasil ?   Muktamar pun ditutup, selesai.

 

Adam dan Hawa bertekun dalam pembicaraan dengan Iblis, sehingga lupa apa yang Allah pesankan padanya, akhirnya berdosa. Banyak yang bertekun dalam perkara duniawi sehingga Iblis senang, Tuhan bersedih, RohKudus berduka.

 

Jemaat seharusnya bertekun dalam firman Allah atau bertekun dalam ucapan iblis?

 

3. Melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus,

 

Atlet yang berlomba  selain mempersiapkan diri dengan banyak latihan atau bertekun, atlet juga harus bisa mengkonsentrasikan diri kepada tujuan pertandingan, yaitu saya harus menang, saya harus menjadi juara. Saya harus nomor satu! Yang lain harus mengalah, jika saya sudah bertanding! Piala atau Mahkota itu untuk saya !

 

Tekad, dan kemauan keras harus dimiliki,   supaya menjadi motivator dalam melakukan segala perkara yang benar untuk suatu tujuan yang pasti !

 

Penulis surat Ibrani berkata: Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepadaYesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun  memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang  sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. 

 

Ayat 12 ini begitu agung sekali, Tuhan Yesus digambarkan sebagai seorang pemimpin yang luar biasa yang sanggup membawa iman pengikut-Nya kepada kesempurnaan, dengan mengabaikan diri, melupakan diri atau mengosongkan diri demi iman pengikut/ umat-Nya. Sekalipun harus menanggung kehinaan, bukan hanya memikul salib saja tetapi harus mati tersalib, sekali lagi demi iman para pengikut-Nya.

 

Ayat ini juga menggambarkan bagaimana kasih Tuhan Yesus, juga, kesungguhan-Nya dalam menjalankan misi penyelamatan untuk umat manusia.

 

Yesus adalah gambaran kesempurnaan yang menjadi teladan bagi umat-Nya, Karena itu dalam perlombaan biarlah mata kita hanya tertuju kepada Tuhan Yesus yang sekarang duduk  disebelah kanan Tahta Allah Bapa. Bulatkan hati dengan mata yang hanya memandang kepada Yesus, sebab Dialah pemimpin dalam iman yang membawa iman kita kepada kesempurnaan. Orang-orang yang menerima surat Ibrani ini berada dalam penderitaan atau aniaya, penulis surat Ibrani mengingatkan mereka bahwa Yesus juga sudah menderita, tetapi Yesus mengabaikan penderitaan, kehinaan itu dengan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi-Nya. Di bagian  ayat ini terdapat kata tekun, artinya melakukan dengan rajin, keras hati dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya, juga berarti semangat yang mengalahkan.

 

Tuhan Yesus dalam penderitaan-Nya tidak melihat kesengsaraan itu sebagai sesuatu yang menghambat tetapi sebagai pemicu untuk lebih keras hati dan bersungguh-sungguh, dengan semangat yang mengalahkan. Yesus maju terus dalam perlombaan, sekalipun badan-Nya penuh luka, kepala dengan mahkota duri, Dia tetap berjalan dalam perlombaan. Sedikitpun Dia tidak mundur menuju bukit Golgota untuk mati bagi Saudara dan saya, demi keselamatan kita Yesus sudah dengan tekun melakukannya.

 

Ilustrasi:

Teringat sewaktu di SMU dulu, dalam perlombaan marathon mengelilingi lapangan sepak bola, ada seorang teman kakinya sudah lecet, karena gesekan sepatu dengan benturan ditanah yang mengakibatkan lecet dan sakit. Namun teman tersebut terus berlari, karena matanya tertuju kepada kemenangan, ada piala, ada kebanggaan yang akan dia peroleh, karena itu dia lalaikan sekalipun kakinya sakit. Setiba di garis finis cepat-cepat dia membuka sepatunya, ternyata lecet tersebut mulai berdarah. Baginya yang terpenting bisa meraih juara  antar SMU, sekalipun hanya nomor dua. Lecet dan berdarah itu soal kecil, yang terpenting mengukir nama, dapat juara! Apa yang menjadi motivasi teman SMU tersebut? Matanya hanya tertuju pada piala, juara. Itulah yang membuatnya menjadi pemenang.

 

 

Aplikasi:

Karena itu biarlah dalam perlombaan mata kita tertuju hanya pada Yesus saja, jangan memandang kesulitan, kesusahan, atau penderitaan, jangan hanya tertuju pada mencari uang saja, sebab jika uang itu adalah milik kita bagaimanapun juga akan kembali kepada kantong kita. Usaha boleh, kerja banting tulang juga oke, Tuhan akan senang memiliki anak-anak yang bertekun dalam pekerjaan dan usaha, tetapi Tuhan tidak akan berkenan dan Dia tidak akan memberkati jika mata kita hanya tertuju pada materi duniawi

Mata yang tertuju pada-Nya, dengan mengharapkan pertolongaNya itulah kunci keberhasilan dan berkat dari Tuhan akan jatuh dipangkuan kita.

 

Penutup:

Biarlah melalui firman Tuhan hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita sebagai jemaat Tuhan yang dikasihi Allah kita tidak berhenti berlomba, ibarat seperti perahu sekali layar berkembang pantang berhenti. Maju terus dalam iman, dalam Tuhan. Ada mahkota sedang menanti kita. Baca Wahyu 14:13.

Sudahkah kita   mempersiapkan diri dengan baik dalam perlombaan?

Maukah kita mempercepat langkah untuk terus maju  dalam perlombaan?

Mahkota yang disediakan adalah untuk mereka yang menang, mahkota itu sekarang berada didepan mata kita, marilah,  raihlah mahkota itu untuk diri saudara sendiri!!

 

Amin.