sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Text Box: Nats        : Keluaran 16 : 1 – 5; 35
Penulis   : Timotius Witarsa
Tujuan   : Setelah mendengarkan khotbah, jemaat diharapkan mengerti dan memahami pemeliharaan Tuhan dan mempercayakan seluruh gerak kehidupannya pada pemeliharaanNya.

 

 

 

 

 

 

 

Pemeliharaan Allah

 

Pendahuluan

Mujizat mengenai pemberian manna kepada bani Israel di padang gurun adalah mujizat yang berbicara mengenai pemeliharaan Allah dengan cara supra alami. Apabila kita memperhatikan konteksnya, (Keluaran 15 : 22 – 17 : 16)  dengan jelas diberitakan kepada kita bahwa pemeliharaan Tuhan tersebut diberikan dalam rangka pemenuhan makan minum umat setelah mereka keluar dari tanah penindasan.

Demikianlah Allah bukan saja memimpin umat keluar dari tanah penindasan, tetapi Ia juga Allah yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup umat, seperti apa yang pernah dikatakan seorang hamba Tuhan, “Menjadikan Allah sebagai Pencipta sesaat, yang hanya satu kali melaksanakan karyaNya, terlalu dingin dan sempit rasanya. Iman harus melihat lebih jauh. Mengakui bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu maka, hendaklah disimpulkan dengan segera bahwa Iapun mengurus dan merawatnya untuk seterusnya. Ia tidak hanya menggerakkan dengan suatu gerak umum baik bangunan dunia maupun bagian-bagiannya masing-masing, tetapi Ia juga merawat, mengasuh dan mengurusi dengan pemeliharaan yang istimewa apa saja dari hal-hal yang telah diciptakanNya, sampai burung pipit yang paling kecilpun.”

 

Untuk itu mari kita belajar beberapa hal yang penting pada hari ini:

 

1. Tuhan mengetahui kebutuhan umat, ayat 2 – 3.

 

Mengapakah umat bersungut-sungut? Yang dalam terjemahan lain lebih ditegaskan bahwa mereka” …bersungut-sungut melawan Musa dan Harun”. Musa dan Harun selaku oknum representatif dari kepemimpinan Tuhan atas umat. Jawabnya jelas sekali, umat lebih menyukai makanan daripada kebebasan, malah daripada kehidupan itu sendiri. Demikianlah umat bersungut-sungut, menggerutu, menyumpah-nyumpah kepada Musa dan Harun yang pada hakekatnya ditujukan kepada Allah sendiri.

 

Yang paling menyedihkan dari sungutan umat adalah dibunyikannya musik lama, musik lama yang berisikan nostalgia bahwa Mesir masih lebih baik daripada pembebasan, sebab meskipun mereka dalam penindasan masih berhadapan dengan “kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang” sedangkan jalan pembebasan menurut pemandangan umat sebenarnya hanya jalan menuju kebinasaan. Padahal baru saja Allah memberikan air minum kepada umat dengan cara yang ajaib, Keluaran 15 : 22 – 27.

 

Sayang, umat hanya mengasyikkan diri dengan irama keroncong diperut dan menghubungkannya dengan makan minum di tanah penindasan; sedangkan pada segala perbuatan ajaib yang Allah nyatakan pada waktu pembebasan dan tanda ajaib lainnya yang mengiringi sepanjang perjalanan sudah menjadi kenangan yang basi. Kenangan yang tidak berbicara lagi.

 

Umat telah lupa bahwa Allah bukan saja berurusan dengan wilayah-wilayah rohaniah tetapi juga memperhatikan wilayah jasmaniah. Allah bukan saja Allah Pembebas tetapi Ia juga Allah yang memelihara umat yang telah dibebaskannya, seperti apa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus, “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata : Apakah yang kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.” (selengkapnya baca Matius 6 : 25 – 34).

 

Demikianlah, dengan pola pikir yang berpusat pada diri sendiri umat lupa bahwa Allah mengetahui kebutuhan mereka dan sebagai akibatnya lahirlah sungut-sungut yang kemudian berkembang menjadi ciri khas umat setiap kali bertatap muka dengan kesulitan.

 

2. Tuhan menyediakan kebutuhan umat, ayat 4 – 5.

 

Tuhan Allah tidak saja mengetahui kebutuhan umat kemudian dengan sikap acuh membiarkannya, tidak. Ia tahu dan mengiringi apa yang diketahuiNya dengan suatu tindak nyata. Demikianlah Yehovah Jireh berfirman kepada Musa (ayat 4 – 5) bahwa Ia akan mengaruniakan roti dari langit kepada umatNya.

 

Jadi sebenarnya Musa dan Harun hanyalah alat untuk memimpin sedang yang bertanggung jawab  adalah Tuhan sendiri. Itulah sebabnya sungut-sungut umat langsung ditangani oleh Tuhan, ayat 4. Pemecahan masalah krisis pangan dengan jelas bukan di tangan Musa dan Harun, melainkan  pada Tuhan Allah. Umat menuntut dan meminta roti, Tuhan akan bergegas memenuhinya.

 

Selanjutnya dari ayat ke empat dan ke lima kita menemukan beberapa kebenaran yang penting :

 

Tuhan menyediakan manna tetapi umat harus berusaha mendapatkannya, ayat 4.

Disini kita melihat bahwa Tuhan Allah tidak meniadakan tanggung jawab umat, tetapi Tuhan Allah mengajarkan bahwa dalam masalah penanggulangan krisis pangan, umat juga harus ikut ambil bagian di dalamnya.

Barangsiapa tidak bangun pagi dan memungut manna maka ia akan tetap kelaparan, ayat 21. Rasul Pauluspun menegaskan hal yang sama,”…jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” 2 Tesalonika 3 : 10.

 

Tuhan menghendaki ketergantungan yang mutlak dari umat, ayat 4, 17, 18.

Manna tidaklah diberikan sekaligus secara berlimpah tetapi diberikan setiap hari seturut dengan kebutuhan setiap orang. Hal ini mengingatkan kita kepada Doa Bapa Kami, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Matius 6 : 11. Demikianlah, hal ini mengajarkan ketergantungan yang mutlak dari umat kepada Tuhan.

 

Tujuan penurunan manna adalah, penyataan diri Allah secara nyata kepada umat sekaligus menguji umat apakah mereka taat kepadaNya atau tidak, ayat 4.

Demikianlah setiap pagi (ayat 21, 14), sesudah embun menguap, terdapatlah di tanah sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, seperti embun beku dengan rasa madu, yang dapat digiling dan dipakai dalam masakan dan panggang-panggangan. Sesuatu yang tidak ada padanannya sepanjang pengetahuan orang, sesuatu yang supra alami, dan semuanya adalah mujizat adanya.

 

3. Gambaran ketamakan manusia, ayat 19, 20, 27.

 

Kata tamak mengandung arti, selalu ingin beroleh banyak; loba dan serakah. Orang yang memiliki perangai tamak akan berusaha memperkaya diri sendiri dengan segala keserakahannya dengan tidak mempedulikan cara untuk mendapatkannya atau akibat dari perbuatannya. Dalam hal ini contoh ketamakan bangsa Israel memperjelas keterangan di atas.

 

Pada point sebelumnya telah dijelaskan bahwa selain sebagai penyataan diriNya pemberian manna sekaligus juga sebagai batu ujian bagi umat apakah mereka taat kepada Tuhan atau tidak, ayat 4. Sayang umat gagal. Meskipun yang mengumpulkan banyak tidak berkelebihan dan yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan, namun masih ada sebagian umat yang loba dan hasilnya ulat dan bau busuk bertebaran sebagai ganti manna yang disimpan dalam gudang.

 

Tuhan sudah memberikan persediaan yang cukup, namun seringkali manusia tidak menyambutnya dengan ucapan syukur, sebaliknya dengan rasa tidak puas bahkan ketamakan. Padahal di bagian lain Alkitab menasehatkan, “…cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu”, Ibrani 13:5.

 

Yang menyedihkan dari dosa ketamakan ini adalah, sering akibatnya justru orang akan kehilangan yang terbaik dari Allah bagi kehidupan dan gagal melihat berkat-berkat pribadi yang indah, yang ada hanyalah ulat dan bau busuk, ay 20, hasil yang kosong, 27.

 

 

1.       Jangan mengasihi pemberian lebih dari Pemberinya,

 

ayat 5. Pada hari yang ke enam bila umat mengambil manna dua kali maka manna tersebut tidak menjadi busuk pada hari yang ke tujuh. Mengapa demikian? Jawabnya adalah, agar pada hari yang ke tujuh umat tidak usah bekerja mengambil manna, sebaliknya mengkonsentrasikan diri dalam ibadah. Demikianlah Allah mengajar agar umat mengasihi Sang Pemberi lebih dari manna itu sendiri.

 

Allah membiarkan umat lapar, supaya dengan memberikan manna Ia dapat mengajar mereka bahwa, “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi …dari segala yang diucapkan Tuhan” (Ulangan 8 : 3’ 16; Yohanes 6 : 25 – 5; Wahyu 2 : 17).

 

Tujuan dari pada semuanya itu adalah, supaya umat mempercayakan diri seutuhnya kepada Allah bahkan merindukan diri dan firmanNya. Dan barangsiapa menuruti aturan ini maka kepadanya bukan saja diberikan roti dalam arti sebenarnya; kepadanyapun akan diberikan hidup yang kekal seturut dengan pernyataan Yesus dalam Yohanes 6; dimana Tuhan Yesus menegaskan bahwa Ia adalah roti hidup (Yohanes 6 : 48), tetapi sayang orang Yahudi hanya mau menerima roti yang dilipat gandakan dan menolak Sang Pelipat Ganda yang adalah Roti Hidup yang sesungguhnya.

 

Penutup

Mempelajari mujizat turunnya manna, roti yang diturunkan dari sorga sebagai penyataan pemeliharaan Tuhan atas umatNya sungguh indah dan menguatkan. Dimana daripadanya didengungkan ulang di tengah-tengah kita bahwa Allah adalah Allah yang bukan saja berurusan tetapi khususnya Ia memelihara.

 

Amin.  dAmin.

engan kita pada hal-hal rohaniah tetapi Ia juga Allah yang memperhatikan kebutuhan jasmani kit

 

 

 

 

a. Demikianlah pemeliharaan Allah lengkap